All Chapters of PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG: Chapter 281 - Chapter 290

Tanpa membuang waktu, Akash menggendong Asha dan membawanya keluar. Beruntung saat itu Pak Bambang sopir pribadi keluarga masih terjaga dan melihat Akash yang keluar dari rumah.“Den, mau kemana?” tanyanya.“Rumah sakit Pak,” balas Akash dengan suara berat.“Saya antar Den,” ujar Pak Bambang dengan cepat. Pria paruh baya seumur ayahnya itu tidak menunggu jawaban, ia bergegas membuka pintu belakang dan Akash menurunkan Asha di sana. “Aku masuk sebentar ya Yang, aku ambil perlengkapannya dulu.” Asha mengangguk pelan sambil mengusap perutnya yang masih terasa tegang.Akash berlari cepat tanpa memperhatikan sekeliling. Ia bahkan tidak menyadari kalau Cakra berdiri di ambang pi

“Asha baik-baik saja Bu, dia sedang ditangani Dokter.” Kinasih mengulas senyum haru dan bahagia mendengar jawaban menantunya. “Akash ke ruang bayi dulu, si kecil harus diperiksa dokter anak dulu untuk memastikan kondisinya sebelum dipindahkan ke ruang perawatan.”“Pergilah, kami akan menunggu di sini,” balas Cakra.Kedua paruh baya itu mengucap syukur berkali-kali, tidak hanya hati mereka yang hati, tapi air mata bahagia pun ikut menetes di wajah mereka.Setelah cukup lama menunggu, Asha akhirnya dipindahkan ke ruang perawatan. Cakra dan Kinasih yang tadinya menunggu di depan ruang operasi ikut masuk ke dalam ruang perawatan.Saat itu, Asha sudah terlelap dengan infus terpasang di tangannya. Akash duduk di sofa bersama Kakek dan Ibu me

Tadinya, Akash berniat mengabaikan panggilan itu, tapi Asha meminta sebaliknya. Dengan sedikit berat hati, Akash menggeser layar hingga panggilan terjawab dan mengaktifkan pengeras suara.“Assalamu’alaikum,” sapa Amora dari seberang sana.“Wa’alaikumussalam, Mor. Ada apa?” balas Asha.“Sha, maaf aku hubungi ke nomor Akash ya. Aku hubungi ponselmu gak aktif. Aku dengar kamu sudah melahirkan, aku sudah di rumah sakit tapi aku gak tahu ruangannya di mana?” Suara kekehan terdengar di akhir kalimat Amora, seolah sedang menertawakan dirinya sendiri.“Aku di ruang VIP 2 Mor, mau ke sini sendiri? Apa mau dijemput Akash.” Akash sampai mendelik mendengar Asha menawarkan dirinya menjemput Amora di bawah.“Eh gak usah, aku ke atas sendiri aja, ini lagi antri lift. Sudah dulu ya, kita ketemu di ruangan.”Setelah itu, panggilan terputus sepihak. Asha melirik ke arah suaminya yang memasang wajah cemberut. “Kenapa begitu mukanya? Kayak gak senang?” tanya Asha.“Kamu tahu aku belum bisa memaafkan Amor

Halaman rumah keluarga Kurniawan dihias dengan dekorasi sederhana namun elegan. Atha berlari kecil dengan pakaian kurta putih, sesekali mendekati adiknya dan membetulkan selimut mungilnya seolah mengerti betapa pentingnya hari ini. Naya dan Kana terlalu serius mengekorinya kemana saja.Hari ini, nama bayi kecil yang menjadi sumber tawa baru di rumah itu akan diumumkan, bersamaan dengan acara aqiqah yang akan dilaksanakan sebentar lagi.Ketika waktu zuhur hampir tiba, para tamu mulai memenuhi ruang utama. Ustadz yang diundang duduk di depan, memimpin doa dan lantunan ayat-ayat pendek. Suasana hening, penuh khidmat. Asha duduk bersandar di samping Akash, sambil menggendong bayi kecil mereka.Seorang mc memimpin jalannya acara dengan mengucap basmalah, lalu dilanjut Akash yang melantunkan ayat suci al-qur’an untuk menyambut putra keduanya. Suaranya tenang dan menyejukkan. Dan disusul dengan pemberian nama untuk si bayi berkulit putih yang kata semua orang, mirip sekali dengan Atha ketika

Beberapa hari berlalu.Ruang auditorium lantai 28 gedung pusat CPM dipenuhi puluhan pemegang saham, jajaran direksi, komisaris, dan beberapa undangan penting. Logo CPM terpampang besar di layar LED, sementara suasana serius terasa sejak para petinggi mulai memasuki ruangan.Selama beberapa hari terakhir, desas-desus tentang rencana Cakra untuk mundur dari posisi Komisaris Utama sudah mulai terdengar. Dan hari ini, desas-desus itu dipertegas langsung oleh Cakra di hadapan semua orang.“Saya mengucapkan terima kasih untuk kerjasama yang kita bangung selama puluhan tahun, membesarkan nama CPM dari nol, sampai hari ini,” ucapnya dengan tenang. “Seperti yang sudah kalian dengar sebelumnya, saya memutuskan untuk mundur, bukan karena tidak lagi ingin membersamai CPM dan kalian semua, tapi karena saya ingin istirahat. Rasanya, duduk tenang di rumah sambil bermain dengan cucu, sekarang jauh lebih menyenangkan daripada mendengar kalian membicarakan saham.”Suara tawa kecil terdengar. Wajah Cakr