Martin akhirnya melangkah ke arah pintu, memutar knop pintu untuk mencari tahu orang yang berada di balik pintu.“Tuan Martin, maafkan saya mengganggu waktu anda. Den Kazuya dan nona Clay, mereka sudah pergi,” ucap Hasan dengan wajah gusar dan nafas tersengal.Martin terdiam. Wajahnya tak berubah, tetap datar dan dingin. Tak ada keterkejutan, tak ada kepanikan, seolah kabar itu bukan hal yang berarti.“Aku sudah tahu,” jawab Martin singkat. Suaranya tenang terkontrol, seakan benar-benar sudah merelakan.Hasan menatapnya heran. “Tuan, apa anda tidak berniat menyusul mereka? Masalahnya mereka pergi dengan berjalan kaki, tidak menggunakan mobil,” tanyanya hati-hati.Martin menggeleng samar, “tidak perlu, biarkan mereka menentukan jalan hidupnya sendiri.”Dengan tenang, Martin menutup kembali pintu kamar. Berdiri membelakangi pintu, tangannya terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Tatapannya kosong, namun hatinya bergemuruh hebat. Martin merasa ada bagian dari dirinya yang ikut
Dernière mise à jour : 2025-08-27 Read More