All Chapters of Pernikahan Dadakan dengan Bos Arogan: Chapter 131 - Chapter 140

Nana mengerutkan kening seperti tengah mengingat-ingat. Tetapi akhirnya dia menggeleng. "Siapa ya? Saya tidak kenal. Atau mungkin sudah lupa?"Ini aneh. Siapa sebenarnya perempuan yang selama ini Reiner kenal sebagai Nadira?"Jasmine punya trauma. Apa Bunda tahu apa penyebab dia menjadi takut gelap sampai sekarang?" tanya Reiner penasaran.Wajah Nana mendadak terlihat sedih. "Jasmine pernah terkurung di rumah kosong semalaman. Hari itu Jasmine hilang dan tidak ada satu orang pun yang tahu ke mana dia pergi kecuali Luna.“Luna bilang, Jasmine pamit padanya untuk pergi ke festival yang sedang diselenggarakan hari itu. Akhirnya kami mencarinya ke sana, tetapi sama sekali tidak ditemukan. Akhirnya semalaman kami mencari keliling kampung, tapi hasilnya nihil."Nana menghela napasnya, dia menyesap teh manisnya sesaa

Reiner terkejut. "Apa yang sudah kamu lakukan padanya?" desis Reiner dengan suara terdingin yang pernah dia lontarkan pada perempuan. "Apa kamu yang sudah membuat dia pergi? Katakan, di mana dia sekarang?!!" teriaknya.Luna hanya tertawa.Reiner semakin marah. Dia melangkah hendak menghampiri Luna, tetapi suara dering ponsel berhasil menghentikan langkahnya. Reiner lantas mengangkat panggilan tersebut yang ternyata dari Bayu."Ada apa? Cepat katakan!" Reiner tidak ingin membuang-buang waktu."Pak, sebaiknya anda ke rumah sakit sekarang. Saya sedang memeriksa rekaman CCTV rumah sakit, dan menemukan keanehan.""Keanehan bagaimana?""Ada dua perawat yang masuk ke ruangan rawat Non Jasmine sebelum dia pergi. Tapi perawat itu tidak dikenali identitasnya. Sebaiknya anda segera kemari.""Sialan!" Reiner segera menutup panggilan. Dia lebih dulu menghampiri Luna, mencengkeram rahang perempuan itu dan menyudutkannya ke dinding."Kamu tah

‘Papa tahu, bukan? Aku tidak akan pernah meminta bantuan Papa kalau tidak mendesak dan belum menemukan jalan buntu?’‘Ya. Papa tahu. Ada apa?’'Aku ... mau meminta bantuan Papa untuk mencari Jasmine. Sudah hampir satu bulan aku mencari dia. Tapi belum menemukan titik terang sampai sekarang.’'Akan Papa usahakan. Kamu mewarisi kemampuan Papa, jadi strategi pencarian kita pasti sama. Maka dari itu kamu jangan terlalu berharap sama Papa.’Reiner mendesahkan napasnya ketika percakapannya dengan Nicko dua bulan yang lalu kembali terngiang di telinganya.Ya, saat ini sudah tiga bulan berlalu sejak kepergian Jasmine. Dan sampai saat ini Reiner belum menemukan keberadaan istrinya, begitu pun dengan Nicko."Pak, ada tamu yang memaksa-maksa ingin bertemu dengan anda. Tapi belum membuat janji sebelumnya." Terdengar suara Elis dalam interkom."Siapa?" tanya Reiner lengkap dengan nada tegasnya."Namanya P

Leica menatap Reiner yang belum sadarkan diri dengan perasaan khawatir. Sudah tengah malam tetapi Reiner tak kunjung bangun."Yang, kenapa dia tidak bangun-bangun?" Leica menghela napas resah sembari menggenggam lengan suaminya yang berdiri di sampingnya."Jangan panik, Sayang. Beberapa bulan ini Reiner kurang istirahat," jawab Nicko, "jadi kemungkinan tubuhnya butuh lebih banyak waktu untuk mengembalikan energinya.""Iya juga, sih," gumam Leica. "Tapi tetap saja aku khawatir takut ada apa-apa.""Lebih baik sekarang kamu istirahat saja di ranjang sana. Nanti kamu ikut-ikutan sakit."Leica akhirnya mengangguk. Dia menatap Reiner sesaat, sebelum akhirnya beranjak menghampiri ranjang kosong khusus untuk penunggu. Sedangkan Nicko duduk di sofa."Jasmine ...." Reiner mengigau. "Jasmine ...."Leica d

Jasmine terperanjat begitu ruang pandangnya tiba-tiba dipenuhi oleh pria berkemeja abu-abu. Jantung Jasmine mendadak berdebar-debar hebat kala mendengar suara yang tidak asing di telinganya, tetapi sangat Jasmine rindukan saat ini.Pria itu berdiri tepat di hadapan Jasmine, membuat Jasmine terpaksa mendongak untuk memastikan wajahnya."K-kenapa kamu bisa ada di sini?" Jasmine tergagap dengan mata membelalak. Dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.Reiner tersenyum penuh kerinduan sembari memandangi wajah. Jasmine yang terlihat semakin cantik. Dadanya membuncah oleh perasaan bahagia ketika akhirnya dia bisa melihat perempuan ini lagi."Apa kabar?" lirih Reiner. Dia membawa tangannya mendekati wajah Jasmine, kemudian ibu jarinya mengelus pipi Jasmine dengan penuh kelembutan.Untuk sesaat Jasmine membeku. Matanya terkunci oleh tatapan Reiner yang membuat hati Jasmine semakin terasa nyeri. Tatapan itu ... selalu membuat Jasmi