“Kami tidak akan memaksamu, Nak.”Suara Sekar lembut, tapi di dalamnya masih ada sisa gemuruh yang belum padam sepenuhnya. Getarannya halus, seperti bara yang tertutup abu—tak terlihat, tapi hangatnya masih terasa di udara.Ia menatap Raka dengan pandangan yang tak sepenuhnya marah, namun juga bukan sekadar lembut. Ada sesuatu di matanya: kelelahan yang dipoles dengan kasih, luka yang berusaha disembunyikan di balik ketegaran.“Tapi tetap... pikirkan baik-baik semuanya,” lanjutnya, pelan tapi tegas. “Sekarang, mari kita fokus pada Ellie dulu, ya?”Ia bangkit perlahan, lututnya terdengar berderit samar. Sinar sore menembus kisi jendela ruang tamu, menimpa rambut putihnya yang disanggul rapi, memantulkan cahaya keemasan di sekeliling wajahnya.Sekar berjalan ke arah tangga, suaranya bergema lembut saat memanggil,“Cempaka, tolong panggil Ellie turun.”Langkah-langkah kecil terdengar dari atas—ritmis dan ringan, seperti denting lonceng angin di sore tenang. Tak lama, muncullah Elina, atau
Last Updated : 2025-06-30 Read more