Raka duduk membatu di kursi makan yang dingin, piring di depannya masih utuh, belum disentuh sama sekali.Nasi yang mengepul perlahan mulai kehilangan hangatnya, berbaur dengan udara sunyi yang menggantung di ruang makan itu.Cempaka, yang berdiri tak jauh darinya, memperhatikan pria itu dengan pandangan ragu—seolah hendak mengatakan sesuatu, tapi ragu pada waktunya.Perempuan paruh baya itu akhirnya memutuskan melangkah pelan, menaiki tangga kayu yang sudah mengeluarkan suara decit lembut tiap kali dipijak.Langkahnya terukur, seperti menyusuri kabut yang menyimpan sesuatu yang tak terlihat. Di depan pintu kamar Elina, ia mengetuk pelan, dua kali, lalu berkata dengan suara yang ditahan seramah mungkin, “Nona Elina... ayo turun, makan malam sudah siap…”Namun kalimatnya menggantung di udara.Brak!Suara benda jatuh mendadak menyusup dari balik pintu, tidak keras tapi cukup untuk membuat jantung Cempaka terasa seperti dijepit tangan di
Last Updated : 2025-06-30 Read more