Semua Bab Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Raya: Bab 191 - Bab 200

Aldiano mendongak, "Siapa ya? Apa saya pernah kenal Bapa?" "Aldiano, kamu ... " Stev menggeleng. "Kamu kenapa Nak?" ucap Stev sambil memeluk sang anak dan menangis. Nadine masih menangis melihat kondisi Aldiano yang miris. "Aldiano Pa, dia kenapa seperti ini?" Stev membuka mata Aldiano yang terlihat tatapannya kosong dan bingung. "Kamu benar-benar gak ingat Papa Nak?" Aldiano menggeleng. "Sama sekali nggak. Aku gak ingat siapa pun. Hidupku seperti hampa. Rasanya percuma aku hidup." "Kamu gak boleh putus asa. Papa akan melakukan CT scan ulang dan observasi intensif besok." ujar Stev sambil mengambil ponsel-nya membuka galeri. "Coba kamu lihat, kamu kenal foto-foto ini," Stev memperlihatkan foto Pamela dan Albert yang sedang bersamanya. Banyak foto-foto yang ditunjukkan olehnya ke Aldiano. Tapi Aldiano tetap menggeleng. "Kamu benar-benar tidak bisa mengingat? Untuk menjaga dan pemeriksaan lanjutan, kamu harus pulang ke rumah Nak." Rasanya ingin Stev berteriak melihat kondisi s

Nadine menahan nafas lalu berkata. "Pagi-pagi sekali Erlan udah nelpon aku Pa. Kelihatannya dia sangat berharap." "Gak perlu khawatir. Kamu tetap temui dia. Katakan yang sesungguhnya sama dia, supaya dia gak berharap lagi. Papa gak pernah mengijinkan kamu menikah lagi sama dia. Ingat itu!" kata Stev tegas. "Tapi Pa, bagaimana kalau dia sakit hati, lalu melakukan yang gak kita inginkan?" tanya Nadine sambil melahap sarapannya. "Nanti jam 12 siang, temannya Kelwin datang ke kantor, untuk menemanimu ketemu Erlan." ujar Stev. "Opa, Mama! Selamat pagi!" sapa Albert sambil tersenyum manis, lalu duduk di samping Nadine. "Hei, anak Mama udah bangun? Dede mana? Kok belum bangun? Dedek lagi mandi Sama suster Ma. Kok Papa belum bangun Ma?" "Ya, udah, kamu makan dulu ya. Mama bangunin Papa dulu." Nadine melangkah ke kamar Aldiano. Ia mengetuk pelan pintu kamar itu. Tidak ada suara. Lalu Nadine mendorongnya. "Nggak dikunci," gumamnya sambil melongokkan kepalanya ke dalam. Di lihatny

"Ayo, kamu tanda tangan disini!" tunjuk jari Erlan.Nadine hanya diam memandang kertas-kertas tertulis dengan rapi."Aku tidak akan tanda tangan apa pun, dan tidak akan pernah menjadi istrimu lagi," jawab Nadine tegas."Maksud kamu?" tanya Erlan mengernyit."Ya, kamu paham kan? Kalau aku nggak akan menanda tangani apa pun. Apa lagi menjadi istri kamu."Erlan duduk mendekat di samping Nadine. Tangannya menggandeng pundak wanita itu. Ia geram mendengar ucapan Nadine."Lantas? Kamu tega melihat mama kamu membusuk di penjara? Kalau kamu gak mau tanda tangan, siapa yang akan nolong kamu?" Erlan mendengus sambil mempererat genggaman tangannya di pundak Nadine."Saya! Saya yang akan menolong nyonya Pamela, orangtua Ibu Nadine," jawab Robert yang sejak tadi melihat adegan itu. Erlan menoleh ke samping, tempat duduknya Robert. tangannya mengepal, giginya gemerutuk."Anda siapa? Saya nggak kenal dengan anda!""Kenalkan, nama saya Robert Sanjaya, pengacara Nadine,"Robert memberikan tangannya u

Sinar matahari pagi menembus tirai jendela menyentuh wajah Nadine yang masih terlelap. Perlahan ia membuka matanya sambil mengerjap sesekali, lalu menguap menggeliatkan badannya. "Jam berapa sih," gumamnya sambil melihat jam dinding. "Huh, sudah jam 7. Kesiangan aku." Akhir Nadine bergegas bangkit duduk beberapa saat. Dengan bermalas-malasan, ia melangkah ke kamar mandi membersihkan diri. Air shower hangat membuatnya terasa segar. Beberapa menit kemudian Nadine keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuknya. Kali ini dia bukan mencari pakaian kerja, tapi yang dia cari pakaian biasa dan sederhana, untuk menjenguk Pamela. Pakaian yang dulu Aldiano. Setelah berdandan asal, dia membuka pintu keluar kamar. Tapi setelah pintu terbuka, Nadine di kagetkan dengan sosok Aldiano, sampai-sampai dia meloncat. "Aldiano? Kamu tuh, ngagetin aja ih!" ucapnya dengan mata membelalak. Ternyata bukan Nadine saja yang terkejut, Aldiano pun ikut terkejut melihat Nadine, hingga matanya terbelalak bag

Tot Tot! Klakson mobil Catalina terdengar dari halaman depan rumah menjemput Aldiano. Siang itu Catalina sudah pamit dengan Nadine, untuk menjemput Aldiano di rumahnya. Pria itu Keluar rumah yang sudah mempersiapkan diri sejak tadi menunggu di ruang tamu. "Ayo, masuk!" ujar Catalina membukakan pintu mobil di sampingnya. Aldiano bergegas masuk dan duduk memasang seat belt ke badannya. Catalina tersenyum melirik ke pria itu. "Hai calon suami, hehehe." sambut wanita itu, membuat Aldiano tersenyum tanpa kata. Mobil melaju cepat ke sebuah toko yang ada di dalam mall. Catalina menghentikan mobilnya di sudut parkiran. Mereka bergegas menuju ke toko khusus pengantin. "Ayo masuk," ujar Catalina menggandeng lengan Aldiano masuk ke toko itu. "Mbak, tolong Carikan jas untuk calon suami saya, dan tolong di pas kan ya!" tukas Catalina tersenyum, dengan bangganya sebentar lagi akan menikah dengan pria tampan seperti Aldiano. "Baik, mari ikut saya Pak," ujar pelayan berjalan ke bagi