Semua Bab Dicintai Raja Siluman Ular: Bab 21 - Bab 30

“Dimana Alana mbok?” tanya Amara, ibu Alana, pada Mbok Mar yang menyambutnya dengan mengambil dan membawakan tasnya.“Non Alana sedang istirahat di kamarnya bu” untuk sesaat Mbok Mar ragu apakah harus mengatakan bahwa Alana tidak sendirian di dalam kamar atau menuruti perintah Alana agar merahasiakan keberadaan ular besar tersebut.“Kenapa mbok? Ko wajahmu kaya orang bingung begitu?” Wahyu Mahesa, ayah Alana yang pertama kali menyadari kebimbangan Mbok Mar.“Eh.. ngga pak, ngga apa-apa... tadi Non Alana berpesan untuk tidak mengganggunya dulu, karena dia masih mau istirahat” akhirnya Mbok Mar pun memutuskan untuk menuruti permintaan Alana.“Ohh.. ya sudah, kalau begitu, kami juga mau istirahat dulu” ucap Amara.Wahyu mengambil tas dari tangan Mbok Mar. “Biarkan kami saja yang membawanya ke kamar, sekalian mau istirahat” ucapnya.Mau tak mau Mbok Mar pun menyerahkan tas tersebut, dan melangkah ke dapur sambil menundukan kepalanya karena takut kebohonganya ketauan oleh kedua majikanya.

Setelah resmi menikahi Ratu Bhavya, Pangeran Dewaloka pun diangkat menjadi raja di kerajaan ular. Namun, ia tak kunjung menerima separuh kesaktian sang ratu.Dari pernikahan itu Pangeran Dewaloka dan Ratu Bhavya Gandhali Naryavati memiliki seorang putra yang juga berparas tampan, yang diberi nama Prabu Hyang Aghratapura Ghanapati.Kini Pangeran Dewaloka merasa telah menunaikan persyaratan yang diajukan oleh sang ratu. Ia terus menagih janji dari Ratu Bhavya untuk menurunkan kesaktianya itu, karena ingin membalas dendam pada kerajaan yang menyerang mereka kala itu.Ratu Bhavya terus menunda dan mengulur waktu, dan karena Pangeran Dewaloka adalah manusia biasa, dia tetap menua dan tak bisa menjadikanya hidup abadi seperti Ratu Bhavya yang hidup kekal sebagai seorang siluman dan tetap terlihat cantik serta awet muda seperti seorang wanita berusia 25 tahun. Ramuan panjang umur yang rutin diberikan oleh sang ratu pun hanya bisa membuat Dewaloka bertahan hidup beberapa ratus tahun saja. Set

Alana tak segera membalas pesan dari Nina. Otaknya mendadak terasa kosong, ia ingin menelpon Nina tetapi juga merasa enggan. Alana teringat saat-saat dia melihat Lidya dan suaminya. Diawali dengan keduanya makan siang bersama dengan begitu mesra, lalu memasuki hotel dan terakhir adalah kemarin malam dia melihat Cakra dan Lidya melakukan hal menjijikan didepan matanya, di dalam rumahnya.Jantung Alana pun seakan berhenti berdetak, karena hari ini dia mendengar berita tentang kematian Lidya yang mengenaskan. Saat Alana mencari tau tentang berita penemuan mayat itu dari grup komplek perumahanya. Dia mendapat informasi bahwa kematian wanita itu kemungkinan besar adalah akibat kecelakaan. Karena bagian belakang kepalanya remuk dengan otaknya yang telah hilang.Alana bergidik ngeri membayangkan kondisi mayat Lidya. Dia memang membenci apa yang telah dilakukan oleh Lidya dan Cakra. Namun, Alana tak pernah berharap bahwa Lidya akan menemui ajal semenyedihkan itu.Ponsel Alana kembali berderin

Alana merasa sedih dan kecewa, jika saja dirinya benar-benar hamil. Pasalnya ia sudah memutuskan akan mengajukan gugatan cerai pada Cakra, tapi dengan jika dirinya hamil, ia harus mempertimbangkan keputusanya demi sang anak.Sore hari Alana memutuskan untuk pulang ke rumahnya, ia membereskan pakaianya dan dimasukan ke dalam koper. Kedua orangtua Alana masih berada di luar kota, jadi Alana hanya akan menitipkan pesan pada Mbok Mar untuk berpamitan.Saat Alana menutup koper, ia mendengar seseorang memanggil namanya. Alana pun menoleh dan melihat ke sekeliling kamar.“Aneh, akhir-akhir ini aku sering sekali mendengar seseorang memanggilku” gumamnya.Alana bukanlah seseoroang yang takut pada mahluk ghoib, meskipun ia akui dirinya takut pada ular. Namun, saat ini ia merasakan bulu kuduknya meremang.“Alana...”Kembali terdengar seseorang memanggilnya, kali ini Alana memusatkan perhatianya untuk mendengarkan suara itu supaya lebih jelas.“Alana, ikutlah denganku...”Alana menoleh kesana kem

“Hentikan Raja Agha!”Entah dari mana datangnya, tiba-tiba Cakra Heryawan telah berdiri di belakang Raja Agha. Dalam sekejap mata, ular besar itu berubah wujud kembali menjadi Raja Agha.“Kau telah melanggar janjimu Cakra! Kau telah membunuh rakyatku, dan wanita ini telah membinasakan anak-anak dari bangsa ular”“Itu salahmu sendiri raja Agha, karena kau menolak untuk memberikan sisik emas di kepalamu itu”“Dasar manusia serakah! Kau sungguh manusia biadab Cakra, aku akan menuntut balas atas pembantaian yang kau lakukan pada bangsaku”Raja Agha bersiap hendak menyerang Cakra, namun gerakanya terhenti saat mendengar kalimat yang diucapkan Cakra.“Hahaha, apa kau lupa? Aku memiliki kekasihmu, dan kau tak bisa melakukan apapun padaku, atau kekasihmu itu akan kuhancurkan”“Baiklah, kuakui kali ini kau menang Cakra! Tapi jangan harap kau akan selamanya bisa lolos dariku”Tubuh raja Agha menghilang dalam sekejap setelah selesai berkata, bersamaan dengan tubuh Hesti yang perlahan mulai berge