All Chapters of Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku: Chapter 381 - Chapter 390

“Entahlah…” Jawaban Bastian membuat Ernando menghela napas lelah. Ernando menggeleng pelan. “Sudahlah. Aku tidak mau memikirkanmu lagi.” “Hei!” Willie datang bersama Brayson. Brayson menyipitkan mata menatap Bastian. Tatapan yang entah mengapa membuat Bastian sedikit terintimidasi. “Kenapa?” tanya Bastian menjauh saat Brayson mendekat. Selain dengan tatapan yang mengintimidasi. Tingkah Brayson dari dulu sulit ditebak. Ia takut saja tiba-tiba Brayson melakukan hal gila padanya. “Tidak apa.” Brayson tersenyum. memeluk Bastian. “Aku merindukanmu.” “Owh!” mendorong Brayson menjauh darinya. “Menjauh dariku.” “Teman-teman!” Wilie memanggil teman-temannya. “Hari ini biar aku saja yang traktir.” “Apa yang terjadi?” tanya Ernando bingung. “Karena aku resmi berkencan.” Willie tersenyum dengan bangga. “Woow..” Brayson menepuk bahu Willie. “Bagus, Will. Good Job.” Wille terkekeh pelan. “Karena itu aku akan mentraktir kalian.” menatap Ernando. “keluarkan wine atau wisky

Hari pernikahan Gwen dan Vando. Di sebuah Gereja mereka melakukan janji pernikahan. Eve duduk bersama Nicholas mendengarkan janji pernikahan yang diucapkan oleh mereka berdua. “Aku jadi terharu…” Eve mengusap air matanya yang turun. Melihat Gwen dan Vando yang menggunakan pakaian serba putih di sana. Mereka nampak sangat serasi. Nicholas menoleh dan tersenyum—ia mengusap pipi Eve yang basah. “Karena kamu teman baik mereka.” Eve mengangguk. “Aku bersama mereka saat mereka baru berkencan. Aku mengikuti proses mereka sampai bisa dititik ini…” Eve tertawa pelan. “Mereka memang serasi.” Eve menoleh—ke bangku samping. “Mereka terlihat konyol sekali.” Nicholas mengusap pinggang Eve pelan. Bukan hanya Eve di bangku para laki-laki juga sedang terharu. Tepatnya tiga orang yang sedang menatap sang pengantin. Brayson, Willie dan Ernando juga terlihat menitikkan air mata. Meskipun Ernando berusaha agar tidak terlihat cengeng. Tapi pria itu berkali-kali mengerjap—menoleh dan

21++ “Hai babe. Aku akan ganti dress dulu aku tidak terlalu nyaman menggunakan dress ini.” Eve datang dan memeluk Nicholas. Nicholas yang sibuk berbicara dengan seseorang mengangguk saja. “Langsung ke sini setelah berganti,” ucapnya sembari mengecup dahi Eve. Eve segera pergi. Dress yang diberikan oleh Gwen sangat mencetak lekuk tubuhnya. Karena… Gwen salah mengira ukuran pakaiannya. alhasil lebih sempit dari biasanya. Ia tidak ingin menjadi pusat perhatian di pernikahan temannya. Ia akan berganti Dress miliknya sendiri. Ada satu kamar yang digunakan untuk berganti, kamar tersebut memang disediakan Gwen sendiri untuknya. Eve menempelkan kartu akses. Saat pintu tersebut terbuka, tubuhnya langsung ditarik ke dalam tanpa melihat siapa yang sudah menariknya. “Bas—” Cup! Bastian menekan tubuh Eve ke pintu. mencium bibir wanita itu dengan liar. Menyalurkan segala rindunya selama beberapa hari tidak bisa menemui wanita itu. Jujur bahwa hasratnya sudah tidak terbendu

Eve melotot. Ia segera berdiri. “Eve!” panggilan itu berasal dari luar pintu. “Itu suara Nicholas.” Eve melotot. Ia mendorong Bastian. memungut pakaian Bastian yang berserakan. “Cepat bersembunyi!” mendorong pria itu. Bastian terkekeh pelan. sebelum pergi—masih sempat mencium bibir Eve. “Tunggu sebentar! Aku sudah selesai!” teriak Eve. Eve menghela napasnya pelan. ia tersenyum sembari menyentuh kalung barunya. Setelah itu barulah keluar menemui Nicholas. Mengajak Nicholas langsung kembali ke acara Gwen dan Vando yang belum selesai. Berjalan sembari menggandeng lengan Nicholas—ia menoleh ke belakang sebentar. “Babe,” panggil Nicholas. “Ya.” Eve menoleh dan tersenyum. Di sisi lain—ada pria yang sibuk merapikan pakaiannya di dalam kamar. Menyugar rambutnya perlahan setelah membersihkan sisa-sisa percintaan mereka. Tidak lupa merapikan kamar yang berantakan akibat perbuatan mereka. Akhirnya Bastian keluar dari kamar—menuju gedung yang menjadi tempat utama pes

“Lepaskan aku…” Eve mengernyit. Pria yang memeluknya ini enggan sekali melepaskannya. Bastian masih memeluk pinggangnya. tubuh mereka semakin dekat. Alunan musik romantis yang semakin terdengar membuat semua orang terhanyut. “Kau marah?” tanya Bastian. “Menurutmu?” tanya Eve. Bastian terkekeh pelan. “Kau marah karena aku bersama wanita lain?” Eve hanya memutar matanya malas. Bastian menggenggam tangan Eve—mengangkatnya. Membuat Eve berputar sebentar. Setelah itu… Tubuh mereka semakin menempel. “Itulah yang aku rasakan kalau kau bersama tunanganmu itu…” bisik Bastian. “Kau sudah tahu rasanya kan?” “Kau sengaja melakukannya?” tanya Eve. “Entahlah…” Bastian mengedikkan bahu. “Dasar brengsek.” Eve menyipitkan mata. “Bibirmu ini harus diberi hukuman…” jemari Bastian terangkat hendak menyentuh bibir Eve. tapi—Eve lebih dulu menepisnya. “Tidak usah menyentuhku, ada banyak orang di sini,” ucap Eve menghentikan pergerakan Bastian. “Come on. Yang terpenting tidak