Semua Bab Diceraikan Suami, Dipersunting Sultan: Bab 81 - Bab 90

Di sudut yang lainnya Melati keluar dengan Gilang dari satu ruangan. Orang-orang di sana yang melihat keduanya hanya diam dan memberikan anggukan. Ekspresi Melati tidak bisa di baca. Ia kembali mengikuti Gilang ke ruangan awal mereka berbincang. "Kamu buka semua sosial media apa gosip soal kamu masih ada apa sudah hilang," ucap Gilang Ramdan dengan satu kaki di tumpang ke kaki yangblainnya. Melati langsung mengecek. Ajaib kabar soal dirinya langsung hilang begitu saja hanya tersisa satu dua itu pun tidak terlalu parah. "Kamu tidak perlu ragu bergabung dengan saya. Saya memiliki power yang hebat, masalah kamu itu kecil dan itu mudah untuk di tangani. Jadi ya kamu tinggal menuruti arahan saya selesai semuanya," ujar Gilang Ramdan lagi sambil mengambil satu batang rokok "Ya baik. Jika anda bisa menjamin karir dan segala hal yang bisa menguntungkan saya, saya akan menuruti arahan anda dengan baik juga. Setidaknya satu masalah sudah selesai dan saya tidak merasa menyesal untuk sesuatu

Anjani sudah masuk ke ruangan dan memulai acara. Seperti biasa ia akan mengisi acara dengan membedah buku atau memberikan motivasi juga perjalanannya untuk menjadi seorang yang dikenal seperti sekarang. Andreas sendiri sudah anteng di cafe mengerjakan pekerjaan yang dibantu oleh Yudistira meski ditempat yang berbeda. mereka berdua melakukan diskusi melalui zoom. "Udah mulai terang-terangan deketin si Anjani. Mana ada Andreas yang gue kenal relain waktu Sabtu minggunya buat orang lain," sindir Yudistira setelah selesai berdiskusi. "Jadi mau lu apa?" sahut Andreas. "Ya gapapa. nggak usah terlalu lama bosen gue di introgasi terus sama mamih papih. elu yang lagi gaet cewek malah gue yang di introgasi, gimana sih!" jawab Yudistira ketus. Andreas hanya tertawa karena Yudistira menjadi korban kebawelan orang tuanya. Sedang dirinya tidak begitu di tekan untuk memberi tahu siapa wanita yang saat ini ia dekati. "Satsetlah biar nggak lama. Jadi gue bisa tenang nih kalau elu punya pasangan

Anjani terus kepikiran dengan cerita Andreas bahkan sampai beberapa hari. Ia bahkan tidak bisa fokus dan terus merenung. Ternyata hidup Andreas tidak semulus yang ia bayangkan. Siapa sangka Andreas yang menurutnya misterius ternyata menyimpan luka yang sama menyakitkan dengan dirinya. "Hah kenapa aku jadi kepikiran mas Andreas sih," ujar Anjani dengan kepala yang disanggah oleh kakinya. Anjani melirik ponselnya tidak ada pesan apapun dari Andreas setelah hari itu. Terakhir ia mengabari kalau sudah sampai rumah dan tidak ada kabar yang lain. "Terus wanita itu mau apa dateng lagi ke kehidupan Mas Andreas ya? Apa dia menyesal? Ya wajar sih, kalau mas Andreas sampe semarah itu," gumamnya lagi. Anjani terbengong sendiri. Ia sampai tidak bisa menulis dan hanya melamun depan laptopnya. Pintu kamar di ketuk dan terbuka sedikit. Anjani melihat Malik yang menengok ke dalam. "Eh ada Abang... Masuk bang, kapan kesini?" tanya Anjani yang sumringah karena kakaknya berkunjung. "Baru sampe. Kam

"Tente, saya izin masuk ke kamar Anjani ya," "Oh iya mari nak. silakan masuk" Bu Aulia langsung membuka pintu kamar. Andreas mencium wangi yang lembut saat masuk ke ruangan yang cukup luas itu. Ia melihat Anjani yang masih tidur dengan posisi miring. Bu Aulia menggoyangkan pelan Anjani sampai ia terbangun. "Dokternya udah ada ma?" tanya Anjani dengan suara berat "Iya... itu ada dokter Andreas mau periksa kamu," jawab Bu Aulia Anjani melotot kenapa jadi dokter Andreas yang datang pikirnya. Andreas berjalan menuju kasur sudah siap dengan alat pemeriksaan. ia tersenyum lembut ke arah Anjani. "Bisa saya periksa dulu?" Anjani terpaku untung saja dia tidur dengan hijab yang sudah terpasang tadi. Andreas memeriksa dengan telaten dan tenang. "Aktivitas kamu sepertinya pada ya?" ujar Andreas setelah selesai memeriksa "Iya nak... bulan ini Anjani sibuk sekali karena menghadiri banyak undangan. Tante sudah ingatkan untuk tidak banyak kegiatan tapi ya gimana lagi anaknya susah kalau

Setelah melakukan pemeriksaan ulang ternyata Anjani dinyatakan tipes. ia tidak hanya istirahat selama tiga hari bahkan lebih. selama itu juga Andreas tidak pernah absen untuk mengecek Anjani ia bahkan rela pulang pergi hanya untuk memastikan Anjani baik-baik saja.Sama seperti hari ini Andreas baru saja pulang tapi Anjani masih belum bisa mengantar. Hanya Bu Aulia yang menemani Andreas atau sesekali pak Sanjaya."Bu..." ucap Anjani setelah ibunya kembali ke kamar.Ia merebahkan kepalanya dipangkuan sang ibu. menatap langit-langit kamar dengan tatapan bingung."Boleh Anjani bertanya sesuatu Bu?" Bu Aulia mengangguk sambil mengusap kepala anaknya"Menurut ibu kalau ada yang mau kenal Anjani lebih jauh gimana? Maksudnya mengenal dengan maksud yang lain,""Ya selama niatnya baik ibu sih tidak masalah," jawab Bu Aulia"Tapi... apa nggak terlalu cepat ya Bu buat aku membuka hati lagi untuk orang lain?"Anjani membalikkan tubuhnya jadi miring ke kiri."Nak... kadang luka itu bisa sembuh tan