Diceraikan Suami, Dipersunting Sultan의 모든 챕터: 챕터 61 - 챕터 70

Andreas dan Selly berkerja sama kembali di dalam ambulan. Anjani belum sepenuhnya sadar, tapi Selly tetap berusaha mengajaknya bicara agar sahabatnya tetap aman. "Tolong kamu pasangkan oksigen dan infus," perintah Andreas dengan serius. Selly mengangguk tangannya langsung bekerja memasangkan oksigen kepada Anjani. Kemudian beralih memberikan infus, ia tetap fokus meski jalanan sedikit bergoyang. Beberapa kali Anjani bernapas kecil sampai mengeluarkan asap putih dari oksigen, namun napasnya tetap tersenggal. Selly terus memantau perkembangan Anjani. "Dok, tekanan darah Anjani rendah... Kita harus naikkan saturasinya," jelas Selly kepada Andreas. Andreas memberikan beberapa kabel dan menyerahkannya kepada Selly untuk dipasang di dada Anjani. Ia mengusap wajahnya kasar, baru kali ini ia tidak bisa tenang saat menangani seseorang. Tangan Andreas mengepal. Ia melirik depan, menengok apakah perjalanan mereka masih jauh untuk sampai ke rumah sakit. Andreas mengambil ponselnya, menghub

Pak Sanjaya memutuskan untuk menunggu Anjani, sedangkan Bu Aulia bersama Selly disuruh menunggu dan beristirahat di hotel yang ada di seberang rumah sakit. Esok harinya, Andreas sudah datang kembali ke rumah sakit tentunya bersama Yudistira yang selalu menamani. Meski Andreas meminta Yudistira untuk diam saja di penginapan, Yudistira tetap ikut karena ia masih dalam misi memata-matai Andreas. "Gimana kondisi Anjani?" tanya Dokter Andreas kepada kawannya. Raut wajah kawannya tenang dan mengangguk tipis, "Alhamdulillah Dres, kondisinya ada perubahan. Saturasi oksigen sudah stabil. Cairan di paru-paru sudah berkurang jika dilihat dari hasil Rontgen terkahir. Jadi tidak perlu memasang alat bantu napas invasif lagi," jelas sang dokter kepada Andreas. "Syukurlah," sahut Andreas merasakan kelegaan mendengar Anjani sudah mulai stabil. Dokter itu melihat catatan hasil observasi. "Semalam pacar elu sempet sadar. Bahkan dia membuka mata buat beberapa detik, sedikit kebingungan tapi respon

Syahira dan yang lainnya sudah sampai di rumah sakit. Mereka langsung menuju kamar Anjani dengan membawa beberapa makanan. Bu Aulia dan Pak Sanjaya pamit sebentar untuk ke hotel.Untung saja Syahira peka melihat orang tua anaknya yang butuh istirahat di tempat yang jauh lebih nyaman, meski di ruangan Anjani ada ruang khusus dan kasur untuk yang menunggu."Jan, gimana udah lebih baik?" tanya Selly dengan tangan menggenggam tangan sahabatnyaAnjani mengangguk dan tersenyum. "U-udah lebih baik kok," sahut Anjani dengan suara sedikit serak dan pelan."Kamu kok bisa sih Jan kebawa ombak gitu? Kamu ngapain malah main air? Udah tahu kamu nggak bisa renang," ucap Syahira yang kembali mengomeli sahabatnya.Selly dan Anindita meringis sedangkan Gerald sudah menepuk keningnya."Aku awalnya cuma di pinggir, tapi nggak tahu tiba-tiba aja udah jauh dari pinggir pantai," jawab Anjani.Andreas dan dua sahabatnya tidak ikut mendekat karena tidak ingin membuat Anjani merasa pengap. Mata Anjani seketika

Andreas sampai di kediaman orang tuanya dan langsung ikut bergabung di gazebo tempat biasa mereka berkumpul. Bu Sekar sudah ancang-ancang untuk membujuk Andreas bertemu Lulla lagi, tapi Andreas telanjur tahu lebih dulu gerak-gerik ibunya."Maaf mih, Andreas nggak bisa temuin Lulla lagi. Andreas kan udah bilang kalau Andreas cuma mau ketemu dia waktu itu aja, selebihnya jangan paksa Andreas buat nemuin dia lagi," Ucap Andreas langsung mendahului Bu Sekar sebelum ditanya."Mamih cuma nggak enak aja... kemarin Lulla juga ke sini, dia baru pulang dari Singapura dan bawa oleh-oleh buat mamih," sahut Bu Sekar. Andreas mengambil bantal. Ia tiduran di pangkuan adiknya yang sedang selonjoran. Tangannya merogoh ponsel dan mengecek kontak Anjani. Bibirnya terangkat samar saat melihat nama Anjani.Tangannya mengetik sesuatu, tapi ia hapus kembali. Andreas menatap ke langit-langit, tangannya kembali membuka ponsel dan mengetik kembali, tapi dihapus lagi."Kak... Kakak mau kirim pesan ke siapa sih

Pihak penerbit sudah menghubungi Anjani perihal launching bukunya yang sudah selesai dicetak. Anjani bersama tim penerbit langsung membuat beberapa acara untuk meet and greet untuk pertama kalinya. Jelas antusiasme para pembaca setia Anjani begitu besar karena mereka merasa penasaran sosok penulis yang ia sukai. Tempat pertama kali yang akan didatangi oleh Anjani adalah toko buku yang paling terkenal di Indonesia di salah satu mall yang cukup besar di kotanya. Anjani belum ingin pergi keluar kota setelah kejadian dirinya yang hampir tidak selamat. Untung saja pihak penerbit menyanggupi dengan alasan Anjani. "Semoga ini langkah yang baik ya Bu Anjani. Sayang sekali jika sosok Bu Anjani hanya di kelas di sosial media saja, mereka juga harus mengenal sosok Bu Anjani secara nyata. Saya sangat kagum dengan antusias penggemar Bu Anjani dan respon mereka sangat baik," jelas salah satu tim yang selama ini selalu berkomunikasi dengan Anjani "Terima kasih mba, ini juga berkat tim yang tela