Peluklah aku Seperti Dulu のすべてのチャプター: チャプター 41 - チャプター 50

Tristan tetap diam tanpa sepatah kata pun. Ia sangat mengenal dirinya sendiri, sebagaimana ia juga mengenal Scarlett. Pesona Scarlett adalah kelemahannya. Namun, bayangan bahwa Scarlett hampir terjebak dalam situasi berbahaya hari ini—bahwa ia bisa saja mengalami cedera serius—membuat Tristan merinding ketakutan.Meskipun Scarlett berhasil melumpuhkan Richard sebelum Tristan tiba, rasa cemas itu tidak hilang begitu saja. Jika Tristan terlambat datang, Scarlett bisa saja terluka.Sekitar 30 menit kemudian, mereka tiba di rumah. Raut wajah Tristan tetap suram.Scarlett, yang selalu berusaha optimis, mencoba mencairkan suasana. “Masih marah? Sudahlah, mari kita lupakan saja. Bagaimana kalau aku menyewa beberapa pengawal untuk menjagaku?”Tristan tidak membentaknya. Ia hanya berkata, “Kamu istirahat saja. Aku perlu keluar sebentar. Nanti aku akan kembali.”Tristan menyadari bahwa semua kekacauan ini bukan kesalahan Scarlett. Kesalahan sepenuhnya ada pada Richard.Scarlett memegang lengann

Dengan wajah kecewa, Tristan berkata, “Kalau aku tidak lebih dulu menghubungimu, kamu memang tidak akan berusaha, bukan?”Scarlett tersinggung mendengar ucapannya. “Selama lebih dari dua tahun pernikahan kita, sudah beberapa kali aku memergokimu. Dan sekarang, kamu malah berani membalikkan keadaan?” Ucap Scarlett keluar dari kamar mandi.Wajah Tristan mengeras, sambil mengikuti Scarlett ia berkata. “Memergoki apa, tepatnya? Apa kamu punya bukti?”Scarlett segera membalas, “Jangan desak aku! Begitu aku mendapatkan buktinya, aku akan pastikan perceraian ini membuatmu jatuh miskin.”Tristan langsung mengangkat tubuh Scarlett. “Kamu boleh merencanakan apa pun dengan tubuhku, tapi lupakan soal uang.” Ia mungkin bisa dibohongi dengan cara lain, tetapi untuk urusan uang, itu hal yang tidak bisa ditawar.“Apakah kamu sepelit ini juga pada orang lain? Tidak mau mengeluarkan uang sepeser pun?” tantang Scarlett.Tristan menjatuhkannya ke tempat tidur. Dengan nada angkuh, ia berkata, “Ada banyak

Melly menjawab, “Belum, Tuan. Perjalanan dinas Ibu Scarlett rupanya lebih lama dari yang direncanakan. Beliau sempat mengatakan akan kembali dalam dua atau tiga hari, tetapi sekarang sudah hari kelima.”Mendengar pernyataan tersebut, Tristan segera mengeluarkan ponselnya dari saku dan melangkah naik ke lantai atas. Ia masuk ke kamar tidur, dan panggilannya kepada Andrew tersambung tepat waktu. “Andrew, bisa tolong selidiki keadaan Scarlett?” ujar Tristan dengan nada serius.“Segera, Tuan,” jawab Andrew di seberang sambungan.Setelah perintahnya diterima, Tristan mengakhiri panggilan dan meletakkan ponselnya di atas meja di samping tempat tidur.Memang, Tristan sempat mendatangi Linwood untuk mengecek Scarlett. Namun, pertemuannya dengan Cedric membuat suasana hatinya memburuk. Ditambah lagi dengan ucapan Scarlett yang tajam dan tanpa penjelasan, membuat perasaannya semakin kacau. Maka ketika Nicole menelepon sambil menangis, Tristan hanya melirik ke arah kamar mandi, mengambil kunci m

Scarlett tiba-tiba berbalik. “Ya, Ryan,” ucapnya lembut, selembut nada bicara seorang ibu kepada bayi yang baru lahir. Mendengar namanya disebut, mata Ryan langsung memerah.Di rumah, ia sering dipanggil dengan sebutan kasar seperti “Pembawa Sial”, “Anak Sakit-Sakitan”, atau yang paling menyakitkan, “Anak yang Akan Mati.” Setelah keluar dari rumah itu, sebagian orang yang lebih ramah menyapanya hanya dengan sebutan “Anak Itu,” tetapi mayoritas tetap melontarkan hinaan seperti “Anak Setan” atau “Anak Liar Yang Tidak Diinginkan.”Ryan menatap Scarlett, matanya penuh air mata. Ia berusaha berkata dengan suara pelan, “Kak Scarlett, saya sudah mempelajari hukum sebelum saya membunuh mereka. Jadi, mohon jangan terlalu berharap dan jangan bekerja terlalu keras. Saya khawatir kakak akan kecewa.”Sejak kepergian ibunya, ia tak pernah lagi merasakan kehangatan. Ia bahkan tak lagi tahu seperti apa rasanya diperlakukan dengan kasih sayang.Ironisnya, justru setelah ia dipenjara atas perbuatannya,

Saat Tristan mendekati suite milik Scarlett, ia mengeluarkan kartu akses dari sakunya tanpa menghentikan langkah, lalu menempelkannya ke sensor pintu. Kunci pintu berbunyi klik, dan ia pun masuk dengan tenang, kedua tangan tetap berada di dalam saku celananya.Di dalam kamar, Scarlett tampak sedang tertidur di atas ranjang, memeluk bantal dengan posisi meringkuk, seolah tidak menyadari apa pun yang terjadi di sekitarnya. Ekspresi Tristan langsung berubah muram, lebih gelap daripada langit malam di luar.Ia sudah beberapa hari tidak kembali ke rumah, bahkan sempat membawa Nicole untuk menginap di resort tersebut. Malam ini pun mereka sempat bertengkar. Namun, Scarlett terlihat tidur nyenyak seolah semuanya baik-baik saja.Bagaimana mungkin ia bisa bersikap seacuh itu?Dalam cahaya redup kamar, Tristan mulai menyadari betapa dirinya mungkin tidak terlalu berarti bagi Scarlett. Gary memang sempat mencoba menenangkannya, meyakinkan bahwa Scarlett memiliki perasaan terhadapnya—bahwa ia tid