All Chapters of Tabib Kesayangan Tuan Jenderal : Chapter 121 - Chapter 130

***Di sisi lain, Yulia – putri perdana menteri kiri menerima laporan dari pelayannya. Melihat pelayan yang biasa pergi ke istana untuk mendapatkan informasi dia merasa sangat senang sekali karena pikirnya dia akan memiliki kesempatan untuk pergi menemui Guwenki – putra mahkota.“Anli, bagaimana? Apa kamu sudah tahu bagaimana kabar Yang-mulia? Kami sudah lama tidak bertemu, dia pasti sangat merindukanku!” ujarnya dengan penuh percaya diri. “Ma-maaf, Nona muda, sebelumnya saya sudah menyampaikan surat dari Nona pada Yang-mulia Putra mahkota, tapi karena Yang-mulia Permaisuri sakit, beliau sibuk mencari tabib dengan ilmu tinggi untuk menyembuhkan Yang-mulia Permaisuri sekaligus mendapatkan penghargaan dari Yang-mulia Raja.” “Lalu? Apa lagi yang kamu tahu tentang dia?”“Kemarin malam Yang-mulia Putra mahkota membawa gadis desa dari gunung, dari yang saya dengar gadis itu adalah seorang tabib, tapi saya ragu karena ....” Anli menggigit bibi

“Waning? Dia sungguh memiliki hubungan dengan seekor ular raksasa? Penampilannya yang sekarang sama sekali bukan seperti Waning yang aku kenal.” Sutangji tertegun dan larut dalam pemandangan menakjubkan itu. Dia terpaku di tempatnya berdiri. Ular raksasa itu merasakan kedatangannya segera mengangkat kepalanya, dia hanya ingin menyapanya akan tetapi refleks Sutangji langsung menodongkan ujung pedangnya.“Jika kamu ingin memakankanku lebih baik berpikirlah dua kali!” ujarnya pada ular itu.Jenderal perang dari Kota alam Dewa sama sekali tidak memiliki ingatan di masa lalu, jika aku tetap berkeras untuk tinggal di sini dia pasti akan membunuhku. Ular yang menjaga Dania memutuskan untuk mundur dan pergi.Tubuh ular itu bergeser dan Dania langsung terjaga. Dania melihat Sutangji menodongkan ujung pedangnya ke arah ular yang menjaganya, Dania segera beringsut mendekat, lalu menyentuh bilah pedang tersebut tanpa rasa takut. Dania merasa tubuhnya begitu ringan dan berjalan dengan tidak bia

***Pinggang ramping Dania dipeluk dan tubuhnya dibawanya terbang. Dalam sekejap mata dia sudah berada di depan kediaman di wilayah terpencil. “Kamu siapa? Kenapa membawaku ke sini? Kamu tadi bilang akan mengantarkanku pulang ke rumah. Ini-ini bukan rumahku! Tolong bawa aku pulang ke rumah!” Dania mulai kebingungan. Sikap Chang An begitu tenang, pria itu berjalan beberapa langkah ke depan, tangannya terulur menyentuh kening Dania. Tanda bulan sabit di sana mulai bersinar terang benderang, cahayanya membuat area di sekitar ikut menjadi terang. “Sebenarnya apa yang kamu lakukan padaku?”“Dania Ansel, apakah kamu tidak mengingatku?” “Da-dania siapa? Ke-kenapa kamu memanggilku Dania?”“Dania adalah namamu, status dan kedudukan yang sangat tinggi di Kota alam Dewa, prestasimu menyelamatkan nyawa manusia sudah tidak terhitung. Kamu adalah Dewi Bulan dari Kota alam Dewa,”Dania mundur beberapa langkah, kepalanya terasa pusing dan sakit. Dia tidak tahu apa yang telah terjadi. Dania jatuh

“Uhuk! Uhuk! Apa maksudmu?” Dania menyeka bibirnya.Chang an tertawa melihatnya. “Hahaha! Nona Hu, aku hanya bercanda! Makanlah, sudah jangan dipikirkan perkataanku tadi,” ujarnya seraya berdiri dari samping Dania. Dania melihat Chang an mengipasi wajahnya sendiri, senyum masih terukir di bibir pria itu. Dania terus menatap punggungnya dan seketika Chang an menoleh lalu berkata padanya seperti memiliki mata di punggungnya. “Berhentilah menatapku dengan ekspresi seperti itu jika tidak ingin jatuh cinta padaku!” nada suaranya terdengar dalam dan tegas, namun setelah menatap ekspresi Chang an Dania tahu pria itu sengaja berkata demikian untuk menggodanya.“Hahahaha! Tuan, Anda memang sangat suka bercanda!”“Aku serius.”Dania langsung menyemburkan bubur dari mulutnya. “Uhuk! Uhuk! Mana ada pria senarsis ini? Perutku sakit sekali, sudahlah, jangan bicara lagi, pergilah urus urusanmu, aku akan tidur sebentar lagi.” Ujar Dania seraya melambaikan tangannya kemudian kembali rebah di ranjang

Di sisi lain, setelah Chang an selesai menemui tamunya, dia mendapatkan laporan dari pelayan yang dia tugaskan untuk menemani Dania. Pelayan itu berkata bahwa Dania telah kabur. Dania bilang ingin makan bubur dan ketika pelayan ke dapur untuk mengambilkannya, kesempatan itu dia gunakan untuk pergi diam-diam. “Yang-mulia, maafkan saya! Saya sungguh ceroboh, saya tidak mengira Nona Hu akan pergi tanpa berpamitan dengan Yang-mulia!” ujarnya sambil berlutut untuk mengakui kesalahan.Chang an mengibaskan tangannya, wajahnya tidak menunjukkan emosi apa pun. “Sudahlah! Biarkan saja, lagi pula dia tidak akan bisa kabur dari pengawasanku,” jawabnya. Tidak lama setelah itu, seseorang datang mengunjungi Chang an. Xingyi masuk ke dalam tanpa permisi, dia menatap Chang an yang kini duduk di ruangan utama. Xingyi memiliki dendam pada Chang an, mereka seharusnya bersama dan menjadi pasangan tapi Chang an tidak pernah menghiraukannya.“Kondisimu sepertinya tidak baik-baik saja! Apa kamu butuh bantu