All Chapters of Tabib Kesayangan Tuan Jenderal : Chapter 131 - Chapter 140

***Di sisi lain, Yulia berencana untuk menemui Dania di toko obat. Yulia sangat marah, dia merasa Sutangji begitu perhatian padanya kemarin, lalu pagi-pagi sekali dia mendengar rumor dari para pelayan bahwa Sutangji memilih Waning putri dari keluarga Hu untuk dijadikan istri, sebelumnya dia juga mendengar bahwa Waning sudah mencuri perhatian dari Guwenki. Yulia merasa Waning sudah menggoda semua orang hingga para pria itu tertarik padanya. Yulia merasa lebih baik dari Waning, dia juga memiliki status tinggi. Termasuk salah satu putri pejabat terkenal di Ibu Kota Selatan, dibandingkan dengan Waning yang hanya putri dari seorang tabib biasa.Yulia tidak terima, dia ingin bertemu dengan Waning untuk membuat perhitungan dengannya.Ketika tiba di sana siang ini ternyata Dania tidak ada, hanya beberapa pelayan yang berada di toko.“Ke mana Waning? Bukankah dia bekerja di sini?”“Nona Yulia, Nona kami pergi ke gunung setiap hari jadi dia sangat jarang datang ke toko untuk melayani pembeli,

“Kenapa aku harus mengalah pada Sutangji! Dia selalu membuat masalah! Di kehidupan sebelum ini pria itu sudah membunuh Waning!” ujarnya dengan penuh amarah. Chang an memiliki rencananya sendiri, dia akan ikut datang di keramaian Ibu Kota Selatan untuk menjaga Dania.“Yang-mulia, saya mendengar kabar Nona Yulia akan mengundang Nona Hu untuk datang ke acara ulang tahun beliau, apakah Anda juga akan pergi ke sana?” tanyanya.“Aku akan masuk ke Istana jika diperlukan! Lagi pula para pejabat itu juga mengenaliku, bagi mereka aku adalah penasihat yang penting dan berstatus tinggi!”Pejabat di Istana kerajaan memang sering datang, beberapa untuk berobat dan yang lainnya datang untuk meminta nasehat darinya.“Ya, Anda benar, tapi kita harus berhati-hati dalam bertindak, Yang-mulia memiliki status tinggi, harus berhati-hati.”“Tenang saja, aku tidak akan memperumit keadaan!” ***Setelah selesai sarapan Dania pergi ke toko obat, di sana ada beberapa pasien yang sudah mengantre, Jiwenhu juga s

Sutangji memikirkan masalah tersebut, tentu saja dia tahu Guwenki tipe pria yang suka tebar pesona dan memainkan beberapa wanita sebagai hiburan. Ketika teringat tentang Dania tiba-tiba Sutangji meledakkan tawanya. “Guwenki ingin mengajak Waning si bodoh itu pergi ke acara ulang tahun Yulia? Hahahahahaha! Jika dipikir-pikir lagi memang seharusnya begitu, hahahaha!”Bawahannya yang melihat reaksi Sutangji, diam-diam membicarakannya.“Apakah Jenderal Agung sudah gila?”“Dia selama ini dekat dengan Nona Hu, apakah karena Nona Hu pergi bersama Putra Mahkota?”“Ya, aku rasa pikirannya sedikit terganggu karena masalah itu.”Sutangji dengan santai berdiri lalu melihat berkas-berkas yang harus dia selidiki di Ibu Kota. Dia juga menulis laporan untuk diserahkan pada Raja Yu hari ini. Semua orang menjadi tenang kembali ketika melihat Sutangji sudah normal. “Kalian tidak membicarakanku lagi?” tanyanya memecah keheningan

Pikir Dania Sutangji akan menindasnya di sana, ternyata pria itu malah menunjukkan gulungan kertas untuk dia periksa. Kening Dania mengernyit bingung.“Apa ini?”“Kasus yang sedang aku tangani di Perbatasan Kota Selatan!” jawabnya.Dania membuka berkas itu, dia tidak tahu huruf-huruf karena tidak pernah belajar di akademi, kata-kata yang tidak dia mengerti sebelumnya tiba-tiba bisa dia ketahui dengan jelas. “Kota di perbatasan rusak parah, bangunan, ternak dihancurkan, semua itu dikendalikan oleh monster aneh. Dia menunjukkan diri saat malam hari dan pada siang hari hanya tersisa tulang-belulangnya saja. Apakah tulang binatang yang sudah mati ratusan tahun bisa hidup kembali? Apakah menurutmu itu masuk akal?” tanya Sutangji pada Dania.Dania menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu.”“Waning, bukankah kamu Dewi Bulan? Kamu yang bisa memecahkan misteri ini!”“Sutangji, kamu sendiri adalah Dewa Perang! Kenapa kamu tidak m

Dania berdiri dari kursinya lalu berjalan keluar menuju ke ruangan operasi. Semua perlengkapan sudah disiapkan. Dania mengenakan baju medis, semua ini terasa tidak asing dan begitu familier dalam ingatannya. Ketika dia berjalan mendekati pasien yang akan dia tangani, Dania membeku di tempatnya berdiri.Asisten di samping Dania menegurnya. “Dokter?”“Siapa nama pasiennya?” “Sutangji.”Dania menatap ke arah orang-orang yang ikut menonton ketika dia akan melakukan pengangkatan peluru di tubuhnya. “Dia orang penting di Kota ini?”“Ya, saya dengar dia adalah seorang Jenderal.”Setelah itu Dania tidak bertanya lagi, tepat saat dia ingin menjahit luka di bagian pinggangnya, lengannya dicekal dengan kuat.Asisten yang membantu Dania mulai panik.“Dokter!”“Dokter!” “Apa kalian tidak membiusnya?!” Dania ingin menarik lepas genggaman Sutangji dari pergelangan tangannya tapi tidak bisa karena genggamannya terlalu kuat.“Sudah, Dokter, kami juga sudah memastikan bahwa pasien sudah tertidur.”