“Dewa Tinggi Chang an!”Tiba-tiba terdengar suara menggelegar, Chang an mencari arah sumber suara. Chang an mengedarkan pandangan matanya ke sekitarnya, dia tidak melihat apa pun di sana. Dia sekarang berada di zaman modern, Chang an pikir dirinya sangat jauh dari pintu gerbang Kota alam Dewa, dan menurutnya mustahil dia dipanggil untuk saat ini. “Siapa kamu? Siapa itu!” teriaknya.Tidak terlihat siapa pun di sana, Chang an hanya seorang diri dan Dania masih terbaring di ranjang pasien. Chang an menghela napas panjang, dia pikir telinganya mungkin bermasalah sekarang.“Dewa Tinggi Chang an, kamu tidak bisa menentang kehendak langit, kamu memiliki tugas untuk menjaga Dewi Bulan bukan untuk memisahkannya dari Dewa Perang!”Chang an menggelengkan kepalanya. “Ti-tidak! Itu tidak benar! Dania hanya akan menjadi istriku! Pada awalnya dia akan menikah denganku kenapa harus dengan Sutangji? Kalian sungguh tidak adil! Kalian tidak bisa memutuskannya seperti ini! Aku adalah pemimpin Kota ala
Sutangji tidak bisa menggunakan tenaga dalam di tubuhnya, semua ilmu bela diri dan kultivasi yang dia latih di zaman kuno terasa lenyap dari dirinya. Semuanya hilang saat dia melintasi ruang dan waktu ke zaman modern. Tubuh yang menjadi miliknya terasa sangat lemah dan tidak berdaya. Sutangji menatap telapak tangannya sendiri, dia masih terkapar di lantai dan muncul pusaran pada telapak tangannya, tubuhnya lenyap secara tiba-tiba dan masuk ke dalam pusaran.“Apa ini? Kenapa aku bisa begini?” Sutangji terlempar kembali ke zaman kuno.***Di sisi lain, Dania pergi ke vila keluarga Gu. Saat turun dari dalam mobil, dia menatap pintu depan. Pintu yang menghubungkan langsung ke ruangan utama itu membuatnya teringat dengan banyak peristiwa di masa lalu. Dulu dia sering melewati pintu ini, dan Guwenki tampak selalu memperhatikannya. Pria itu sama sekali tidak pernah menunjukkan cela hingga Dania percaya dan memutuskan untuk menikah dengannya. Dania berjalan dengan langkah pelan, dia berhent
Chang an memang sangat tampan dengan penampilannya yang sekarang. Pria itu datang dan tidak ragu-ragu langsung menarik kursi di depan meja mereka berdua. Chang an tertawa ketika melihat ekspresi di wajah Guwenki.Dania ingat Chang an adalah pria yang selalu menolongnya di zaman kuno, melihat pria ini juga menemuinya di zaman modern Dania tahu pria ini akan selalu datang di mana pun dan kapan pun. Sepertinya jarak dan waktu tidak bisa menahan Chang an.Hanya saja Dania tidak tahu alasan apa yang membuat Chang an muncul di kantin. “Untuk apa kamu datang ke sini?”Chang an menatap ke arah Guwenki, dia merasa tidak nyaman melihatnya di dekat Dania. “Aku ada urusan dengan Dokter Dania, bagaimana denganmu?” tanya Chang an balik dengan nada tidak bersahabat.“Aku pacarnya tentu saja tidak perlu alasan yang menahanku untuk tidak pergi menemuinya!”Chang an tertawa ringan lalu berkata, “Jangan-jangan Tuan muda Gu tidak tahu saat ini adalah jam kerja, Kakekku secara khusus menugaskan Dokter
Dia melihat Dania menerima teleponnya dan berbicara dengan orang di seberang sana. Di zaman kuno mereka tidak pernah menggunakan benda itu, dan sekarang dia melihat Dania bisa menggunakan benda tersebut dengan lancar.“Ada apa, Ma?”Sutangji tidak sabar dan dia menyentuh lengan Dania lagi. “Waning, dengan siapa kamu bicara?”“Diamlah, aku sedang bicara dengan Mamaku!” perintahnya pada Sutangji.“Mama? Apa maksudnya Mama?” Sutangji bergumam sendiri.Dania pergi keluar dari dalam ruangan. Berikutnya dua orang masuk ke dalam ruangan. Sutangji menatap mereka dengan tatapan aneh. Mereka berdiri di sampingnya dengan tatapan khawatir.“Nak? Kamu sudah baikan?” tanya seorang wanita yang kini ada di sampingnya.“Aku baik-baik saja, kamu siapa?” tanyanya bingung.“Ini Mama! Ini Papa! Kamu tidak ingat kami?” tanya ayah Sutangji.Sutangji menatap mereka dengan tatapan tidak bersahabat. “Sejak kapan dunia
Dania berdiri dari kursinya lalu berjalan keluar menuju ke ruangan operasi. Semua perlengkapan sudah disiapkan. Dania mengenakan baju medis, semua ini terasa tidak asing dan begitu familier dalam ingatannya. Ketika dia berjalan mendekati pasien yang akan dia tangani, Dania membeku di tempatnya berdiri.Asisten di samping Dania menegurnya. “Dokter?”“Siapa nama pasiennya?” “Sutangji.”Dania menatap ke arah orang-orang yang ikut menonton ketika dia akan melakukan pengangkatan peluru di tubuhnya. “Dia orang penting di Kota ini?”“Ya, saya dengar dia adalah seorang Jenderal.”Setelah itu Dania tidak bertanya lagi, tepat saat dia ingin menjahit luka di bagian pinggangnya, lengannya dicekal dengan kuat.Asisten yang membantu Dania mulai panik.“Dokter!”“Dokter!” “Apa kalian tidak membiusnya?!” Dania ingin menarik lepas genggaman Sutangji dari pergelangan tangannya tapi tidak bisa karena genggamannya terlalu kuat.“Sudah, Dokter, kami juga sudah memastikan bahwa pasien sudah tertidur.”
Malam itu mereka makan malam bersama, sinar cerah terlihat di kedua mata Wusheng. Dia merasa cucunya itu tidak lama lagi akan meresmikan hubungannya dengan Waning. “Kalian makanlah yang banyak! Pasti cukup menguras energi karena sepanjang sore hanya tinggal di dalam kamar.”Dania hampir tersedak, sementara Sutangji langsung menyemburkan air dari dalam mulutnya.“Kek, apa maksudmu?” keluhnya sambil menyeka bibirnya dengan lengan bajunya.“Maksudku, Nona Hu pasti sangat lelah karena merawat lukamu. Untung kamu bisa selamat dari bahaya! Kamu harus lebih menyayangi Nona Hu! Lagi pula kalian akan segera menikah, sudah-sudah, makan saja!”Dania tidak mengatakan apa-apa tapi sepertinya pria tua di samping Sutangji itu sudah mengetahui segalanya. Mereka menikmati makanan yang disajikan, Dania merasa canggung karena ucapan kakek Sutangji. Ada beberapa hal yang ingin dia tanyakan terkait kejadian di wilayah perbatasan. Dania pikir Sutang