All Chapters of Rahasia Suami dan Ibu Mertua: Chapter 51 - Chapter 60

67 Chapters

51. Kejutan untuk Sofi

"Semua yang ada di dalam tas dan ponsel kamu sudah aku ketahui. Termasuk KTP ha ha ... dan satu lagi, kamu bukan ibunya Gio, tapi kamu istrinya. Kalian menjebak Bunga dan aku untuk mendapatkan harta. Kamu penjahat, begitu juga Gio. Kalian berdua harusnya berada di penjara, tapi karena kamu sedang hamil, maka kamu tuntaskan pengobatan, setelah itu kamu baru dibawa ke penjara. Ada polisi yang berjaga di depan, jadi kamu gak perlu takut apapun. Satu lagi, saya tidak amnesia, saya hanya pura-pura amnesia demi membuktikan kecurigaan Bunga dan juga saya. Terbukti, kalian berdua adalah penjahat! Kasihan bayi kamu dan Gio harus jadi korban, tapi ada bagusnya juga karena ia akan lahir di penjara jika ia tetap bertahan di rahim kamu.""M-mas, a-apa yang kamu bilang? A-ku gak ngerti maksud ucapan kamu. A-aku----" Sofi merasa sesak napas. Ia tidak sanggup meneruskan kalimatnya karena ia pun sangat terkejut dengan kalimat yang baru saja diucapkan suaminya. Pria itu pura-pura amnesia? "Kamu harus

Last Updated : 2025-07-16

52. Kantor Polisi

"Dokter, apakah pasien sudah selesai perawatannya? Jika kami bawa sekarang, apa sudah bisa?" dokter berkaca mata itu tersenyum tipis. Ia membetulkan letak kaca mata yang sedikit turun dari pangkal hidungnya. "Apa tidak sebaiknya menunggu pihak keluarga? Katanya ada saudaranya bernama Gio dan dia ingin bertemu. Tapi saat pihak rumah sakit menelepon, nomor ponselnya gak aktif.""Oh, itu biar menjadi urusan kami saja, Dok. Kami hanya butuh kejelasan kondisi kesehatan pasien," ujar polisi lagi dengan nada tegas. "Sudah, bisa." "Makasih, biar anggota yang urus berkasnya karena pasien ini tersangka penipuan bersama mantan suaminya bernama Gio. Lelaki itu sudah masuk dalam daftar DPO. Itu saja yang bisa kami jelaskan sedikit, Dok." Sofi mendengar percakapan itu dari balik pintu kamar perawatannya. Air matanya turun tidak terbendung. Ia takut masuk penjara, tetapi tidak tahu harus bagaimana. Ia tidak tahu di mana keberadaan Gio karena ponsel lelaki itu tidak aktif. Ia sudah minta tolong d

Last Updated : 2025-07-16

53. Kejutan Lain

"Ada itu, Nak, mm... ini karyawan di kantor bilang, di kantor--- eh, maksudnya di ruangan Papa, ditemukan banyak tikus, ada yang udah jadi bangkai tiga ekor. Pada bingung mau buang ke mana, makanya Papa ledek aja buang ke hutan, gak mungkin buang ke tempat sampah'kan?""Kenapa gak mungkin, Pa? Nanti juga dibawa tukang angkut sampah." Lanjut Bunga menimpali. Keningnya masih mengerut dalam karena ia merasa ada yang aneh dengan ucapan papanya. "Makanya, urusan begini saja mereka gak tahu. Udah, ayo, kita balik. Biar cepet sampai rumah, Papa belum minum obat. Oh, iya, jangan lupa telepon bik Uti, minta ke rumah lagi biar jagain kamu dan urus rumah. Setelah dari rumah Helmi, kita langsung pulang ya.""Oke, Pa." Aji terpaksa mengambil kopi susu dingin di dalam lemari es di dalam minimarket, lalu ia bawa ke kasir untuk sekedar memudarkan jejak bahwa ia masuk ke minimarket hanya untuk menelepon seseorang. Bunga pun tidak curiga lagi. Mereka melanjutkan perjalanan menuju toko kue. Bunga membe

Last Updated : 2025-07-18

54. Tolong Matikan Lampu

"Apa maksudnya ini, Pa? Papa dengar suara tadi kan? Papa dan bik Uti? Kapan dan ---" Bunga tak sanggup meneruskan kalimatnya. Wanita itu terduduk karena syok. Perutnya pun terasa keram. "Kamu gak papa, Bunga?""Papa gak perlu khawatirkan Bunga, yang perlu Papa khawatirkan itu adalah bik Uti. Dia melahirkan anak Papa. Emangnya Papa gak tahu? Papa pernah berhubungan dengan bik Uti? Papa--- Bunga kecewa banget nih! Papa berhubungan dengan bik Uti, tapi Papa malah gila sama perempuan jadi-jadian seperti Sofi!""Bunga, sudah, nanti perut kamu sakit. Maafin, Papa. I-itu kejadiannya kurang lebih sekitar delapan bulan lalu, setelah kamu nikah beberapa hari, tapi Papa itu... maksud Papa----" Aji pun terkejut dengan penuturan orang tua dari bik Uti. Benar-benar melahirkan atau hanya kabar bohong saja? Jika benar pembantunya itu hamil, kenapa ia tidak tahu? "Kasihan bik Uti, Pa. Pantesan dia waktu itu aku lihat murung waktu Papa akad nikah. Kirain karena murung takut dipecat, rupanya karena di

Last Updated : 2025-07-18

55. Bayi Lelaki

PoV Uti"Bayinya laki-laki, tampan, hanya berat badannya saja yang kurang. Jadi masih ada di inkubator ya, Mbak.""Makasih, Bu Dokter, alhamdulillah kalau sehat. Lengkap semua kan, Dok?" "Iya, lengkap, alhamdulillah." Aku akhirnya bisa bernapas dengan lega. Tidak apa berat badannya kurang karena nanti setelah menyusui, pasti berat badannya bertambah. Sekarang aku bisa fokus pada pemulihan setelah sesar. "Eh, kamu udah bangun. Gimana, udah ada dokter kemari?" tanya ibuku yang datang sambil membawa pakaian ganti untukku dan bayiku. Karena semua serba dadakan, aku belum membeli apapun untuk bayiku. "Udah, Bu, katanya anak Uti laki-laki dan sehat. Lengkap semua, Bu. Cuma berat badannya kurang.""Iya, bener, sama kurang bapaknya. Aneh banget, hamil sama majikan, bukannya bilang, malah diam-diam aja!" Ibu masih tidak terima, tetapi aku sudah putuskan untuk tidak memberitahu pak Aji. Lagian pria itu entah ada di mana, semoga beliau baik-baik saja. "Sudahlah, Bu, jangan bicara soal itu te

Last Updated : 2025-07-20

56. Lima Puluh Juta

Semua sudah terjadi. Aku menggigil hebat, meski tadi sempat berkeringat. Apa yang sudah aku lakukan? Kenapa aku diam saja saat majikanku menyentuhku? Lelaki yang bukan suamiku. Lelaki dewasa yang terkenal bijak dan sangat baik padaku dan keluargaku di kampung. Adikku bekerja di Jakarta sebagai cleaning service kantor tempat tuan Aji memimpin, itu juga karena beliau. Apa aku diam saja karena aku merasa utang budi?"Kamu kedinginan, saya akan ----""Tuan, s-saya boleh ke kamar saja? Saya mengantuk dan le-lelah." Tubuhku masih berada dalam selimut tebal yang sejatinya aku hanya sering mencuci, kemudian melipatnya."Kamu yakin?" aku mengangguk."Maaf, s-saya gak tahu kalau kamu ternyata. Saya berjanji akan bijak jika kamu sampai ha---""Gak akan, Tuan, saya udah tua. Udah umur tiga puluh lima tahun. Pasti sudah hamilnya. Saya mau ke kamar ya, Tuan." Aku baru bergerak mau turun dari ranjang, tetapi kedua pangkal pahaku sangat sakit."Argh!" Tanpa sadar aku mengeluarkan suara cukup keras. T

Last Updated : 2025-07-20

57. Bertemu

"Papa akan menikah, apa Bik Uti tahu?" tanya non Bunga saat ia menghampiriku yang sedang memasak di dapur. Aku yang tengah mengupas bawah merah, langsung berhenti karena terkejut. Sebenarnya tidak terlalu terkejut karena beberapa kali aku mendengar majikanku bercakap-cakap di telepon, kadang sampai malam. Sejak pulang dari Puncak kalau tidak salah. "Alhamdulillah kalau gitu, Non. Kasihan juga pak bos kalau kelamaan duda," jawabku sambil tersenyum. Aku melanjutkan mengupas kulit bawang merah. Hari ini aku mau bikin gulai ayam, seperti permintaan majikanku. "Dengan siapa Bibik tahu?" aku menggelengkan kepala. "Dengan mama mertua saya. Mama Sofi.""Hah, besan tuan Aji?" Non Bunga mengangguk. "Cantik, sih, Non. Mana masih muda banget. Padahal udah usia empat puluh delapan tahun kan?" Non Bunga kembali mengangguk. Ia harusnya senang papanya akan menikah lagi, tetapi kenapa malah tak semangat. "Iya, tapi gak tahu, deh. Kalau saja bisa, harusnya orang lain saja yang jadi mama sambung sa

Last Updated : 2025-07-21

58. Tertangkap

POV AjiSuasana menjadi hening sesaat. Aku bingung mau bicara apa karena jantungku berdetak terlalu cepat saat ini.Saya benar-benar gak papa. Non Bunga dan Tuan Aji jangan merasa bertanggung jawab. Ini anak saya, jadi ---""Anak itu gak mungkin tiba-tiba ada di perut'kan? Pasti ada yang isi," kata Bunga sambil menatap sinis ke arahku."Non, saya beneran gak papa. Lagian dia ada bukan karena pernikahan, jadi ini anak saya. Nasabnya juga ke saya karena----""Gak bisa, Bik. Ini harus diluruskan. Kenapa harus nasab ke Bibik saja kalau ada lelaki yang mau bertanggung jawab. Apalagi benihnya dari lelaki tersebut. Ya'kan, Pa?" aku mengangguk sambil tersenyum tipis. "Jadi, Bunga punya adek? Aahh ... lucu banget pasti, Pa. Mana bayinya, Bik? Lelaki atau perempuan?""Lelaki, Non." "Aku mau lihat ya, Bik. Ada di ruangan bayi kan? Papa berdua saja di sini dengan Bik Uti. Kalian berdua harus bicara." Baru saja mulut ini terbuka, Bunga sudah keluar dari kamar rawat inap. Kini, hanya aku berdua U

Last Updated : 2025-07-21

59. Keluar Rumah Sakit

"Papa kenapa bengong?" aku menoleh ke belakang saat mendengar suara Bunga. "Eh, Bunga, kenapa, Nak?" "Harusnya Bunga yang tanya, Papa kenapa? Baru teleponan sama siapa?" tanyanya lagi. "Gio ditemukan dan sudah ada di penjara." "Hah, beneran? Alhamdulillah, akhirnya. Ini yang Bunga tunggu-tunggu, Pa. Suami istri itu dapat karma di dunia yang disaksikan langsung oleh Bunga. Tidak ada damai ya, Pa. Semua harus mereka pertanggungjawabkan! Jadi, kapan Papa mau balik ke Jakarta?""Nanti, mungkin setelah akikah adik kamu." Bunga tersenyum amat lebar "Cie... Papa punya bayi, aku punya adek hi hi hi.... belum di kasih nama loh, Pa." Aku mengangguk sambil tersenyum. Aku belum memikirkan nama siapa yang cocok untuk putraku. "Masa akikah belum dapat nama. Mau dikasih nama siapa?" tanya ibu calon mertua saat kami sedang berada di mobil dalam perjalanan pulang ke rumah. Hanya Uti saja yang boleh pulang, sedangkan bayi masih dalam perawatan dokter sampai tujuh hari ke depan. "Nanti saya piki

Last Updated : 2025-07-21

60. Masih Ada Nasib Baik

Tiga minggu kemudian"Heh, ngapain lo duduk aja bengong? Bangun, sikat kamar mandi!""Saya masih lemes, Kak. Aaw! S-sakit Kak!" wanita itu mengaduh saat rambutnya ditarik kasar oleh salah satu tahanan lainnya. "Bangun! Males banget lo jadi manusia! Pantesan lo ada di sini! Jangan sok keren kalau udah di dalam sel! Bangun dan sikat kamar mandi sampe bersih! Kalau tidak, gue gamparin lagi lo!" Sofi didorong masuk ke kamar mandi yang sempit. Air matanya kembali menetes karena marah dengan keadaan. Ia kesal dan kecewa karena pengadilan memutuskan ia bersalah dan dijatuhi hukuman satu tahun enam bulan penjara. Jangankan satu tahun, sudah satu bulan lebih seminggu ia dipenjara, rasanya ingin menyudahi hidupnya. Namun, wanita itu masih memupuk harapan bahwa saat ia keluar nanti, maka ia akan kembali mengemis cinta pada Aji. Selain itu, di sel yang berbeda dan rumah tahanan berbeda juga, Gio pun diputuskan bersalah telah melakukan penipuan berencana yang merugikan lebih dari sepuluh milyar.

Last Updated : 2025-07-22

1 2 3 4 5 6 7

SCAN CODE TO READ ON APP