All Chapters of Perjalanan Sang Batara: Chapter 211 - Chapter 220

Saat melihat Rara Gendis berkelebat ke arah Mahadewi, Jaka Geni langsung paham apa yang akan di lakukan wanita itu. Tak kalah cepat Jaka melesat bagaikan anak panah di lepas dari busur yang di iringi cahaya kilat dari tubuhnya. Sedikit lagi tangan Rara Gendis menyentuh tubuh Mahadewi, kaki Jaka telah sampai lebih dulu. Buk! Tubuh Rara Gendis Prameswari terpental di udara, Jaka Geni yang sudah terlanjur geram langsung menghantam tubuh wanita itu dengan ajian Gledek Sambar Nyawa! "Glegarrr!"Kali ini tubuh kurus Rara Gendis terpental dalam keadaan hancur pada bagian dadanya. Tubuhnya gosong mengerikan. Hingga akhirnya tubuh wanita dari neraka itu berhenti setelah menabrak batu besar dengan keras. Rara Gendis tak menyangka hari itu adalah terakhir dia hidup. "Apakah hukuman para dewa itu di wakilkan oleh anak muda ini... Ugh! Uhuk! Sialan! Sudah susah payah menghimpun kekuatan, malah kalah dengan cara seperti ini..." lirih wanita tua yang pakaiannya sudah tak berwujud lagi. Jak

Tribuana Mahadewi terdiam. Dia tidak tahu apa yang di maksud Ratu tentang kedai. Yang jelas tahu hanyalah Jaka Geni dan Maharani. "Apa yang terjadi di kedai waktu itu Ratu?" tanya Mahadewi dengan berhati-hati. "Pendekar Topeng Mas mencoba mendekatiku. Waktu itu kakang Jaka Geni tengah lemah karena kekuatannya hilang sementara." ucap Ratu mengingat kejadian terakhir itu sebelum dia mulai lupa apa yang selanjutnya terjadi. "Lalu apa yang kau ingat lagi Ratu, apakah kau ingat wajah pemuda bernama Jaka Geni itu?" tanya Mahadewi yang sebenarnya penasaran dengan kekuatan Jaka Geni yang hilang sementara. Itu dia pikir nanti. Dia juga bisa menanyakan langsung kepada Jaka Geni. "Aku hanya ingat suaranya, aku juga ingat aroma tubuhnya saat berkeringat.." wajah sang Ratu tiba-tiba memerah karena mengingat saat dia dan Pendekar Tangan Gledek melakukan ritual suci. Mahadewi mengambil pakaian yang ada di sebelah Ratu, lalu dia berikan kepada Ratu itu. "Coba kau hirup aroma pada pakaian ini. A

Tiga orang berkumis melesat bersamaan ke arah Jaka Geni berdiri. Dengan tenang Jaka menghindari setiap serangan tiga orang tersebut. Meski dirinya di keroyok tiga orang sekaligus. Bukan hal sulit baginya. Marah karena tidak bisa mengenai satu pukulan pun, tiga penculik itu keluarkan golok mereka yang menggantung di pinggang. Jaka Geni masih tenang dengan pertarungan yang baginya tak seberapa itu. Tiga golok berkiblat ke arah nya semua. Mengeluarkan aura tenaga dalam yang lumayan. Tapi itu masih belum cukup untuk menandingi kecepatan Jaka dalam menghindar. Bosan menghindar terus, Jaka tarik salah satu celana dari tiga orang itu hingga membuatnya kelimpungan membenahi celananya yang terlepas. Tak cukup sampai disitu, dia juga berkali-kali mengerjai dua orang lainnya. Terkadang di jewer telinganya, ada juga yang Jaka cabut bulu kakinya hingga membuat orang tersebut teriak-teriak memaki. Puas mempermainkan mereka Jaka Geni hajar ketiganya dengan tendangan hingga semuanya pingsan. A

Seorang pemuda mengenakan pakaian warna hijau tua berlari memasuki sebuah kerajaan kecil. Melihat siapa yang datang, prajurit yang berjaga di pintu gerbang segera membukakan pintu. Dengan cepat pemuda itu terus berlari tanpa berhenti meski nafasnya sudah terasa hampir putus. Dia harus mengabarkan berita penting kepada Raja di kerajaan kecil di kawasan Lembah Guci itu. Kerajaan itu tak lain adalah kerajaan Probo Lintang. Sebuah istana yang berdiri cukup kokoh dan megah itu terlihat sepi. Dengan cepat pemuda tadi berlari memasuki istana. Di dalam istana, telah duduk di atas singgasana emas seorang wanita yang sangat cantik. Parasnya benar-benar cantik dan menawan hati. Tatapan matanya tegas memperlihatkan sosok seorang Raja wanita yang tegas dalam bertindak. Pakaian hijau tua berbalut selendang warna kuning membuat parasnya terlihat semakin cantik. Dia adalah Raja Kerajaan Probo Lintang, Rara Ayu Bumi. Pemuda tadi langsung masuk ke dalam keraton pertemuan. Semua petinggi yang sudah

Jaka Geni terkesiap mendengar ucapan Rara Ayu Bumi. "Tapi,... Kau sudah tahu aku punya istri empat. Dan aku sama sekali tidak berbohong!" sanggah Jaka Geni. "Aku tidak menganggap mu berbohong pendekar. Tapi, aku minta tolong kepadamu... Ini menyangkut keinginan rakyatku." ucap Rara Ayu Bumi dengan wajah sedih. Jaka Geni mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan. Lalu dia menghela nafas panjang. "Apa yang bisa aku tolong Ayu Bumi?" tanya Jaka setelah diam cukup lama. "Rakyat Probo Lintang butuh sosok Raja sejati. Aku menggantikan ayahanda memerintah kerajaan ini. Beberapa kali aku di pinang oleh raja muda, namun semua tidak ada yang cocok. Mereka ingin aku menjadi permaisuri di kerajaan mereka. Lalu, siapa yang akan memimpin kerajaan kecil ini?" ucap Rara Ayu Bumi sedih. Sesaat dia diam, lalu kembali melanjutkan. "Ada beberapa Pendekar yang mencoba melamar-ku, namun saat mereka tahu syarat yang aku ajukan, mereka pergi begitu saja." "Memang apa syarat nya sampai mereka tidak