Axel terduduk sebentar, mengalihkan pandangannya dari tubuh Gideon. Ia merasa malu dan tidak pantas melakukan itu, meskipun Gideon tidak mengerti, tapi dia tidak boleh memanfaatkan keluguannya seperti itu. Setelah duduk cukup lama, Axel perlahan bangkit dari duduknya. Tubuhnya terasa berat, seperti baru saja menanggung seluruh beban planet. Namun sebelum sempat bangkit sepenuhnya, sesuatu yang kenyal dan hangat kembali terasa menekan dadanya. Ia menunduk. Di sana, terpampang sepasang gumpalan bola besar milik gadis muda berambut hitam di depannya, kulitnya seputih cahaya eter. Hidung Axel menghirup wangi tubuhnya yang memberi kenyamanan tapi memancarkan aura yang tidak asing. Saat Axel menatap wajah gadis itu, mata birunya terbuka perlahan, menatapnya dengan bingung. “Ka… kapten, aku sangat merindukanmu...” suaranya lembut, bergetar seperti angin di padang sunyi. Axel tercekat. Sekilas, ia ingin mundur, tapi gadis itu menatapnya dengan mata penuh keyakinan, mata yang sama dengan AI
Last Updated : 2025-11-04 Read more