All Chapters of Sang Penguasa Elemental: Chapter 61 - Chapter 70

"Kalian sangat beruntung, sepertinya takdir memang sudah mempersiapkan ini untuk kalian berdua, terutama kau Evelyn, kau sekarang adalah ratu Orion, kau harus memimpin kami membalas dendam pada para penjajah bangsa dan planet kita." Kata Lilian masih agak kaku karena harus menyebut nama Evelyn secara langsung. "Tidak kakak Lilian, aku bukan pemimpin kalian, Kakak Axel lah Lord Orion saat ini dan kita berempat adalah ratu Orion, lalu kakak Tristan adalah panglima tertinggi Orion mulai sekarang. Kakak, kita harus kembali ke Orion dan mengambil pedang kakek, yang menjadi simbol penguasa tertinggi bagi planet Orion." Kata Evelyn. "Bukankah pedang itu sudah tertinggal cukup lama disana Eve? mungkin saja Black Cyborg sudah mendapatkannya." Jawab Axel sedikit ragu. "Tidak kak, jika bukan orang yang terpilih, mereka tidak akan mampu mengangkat pedang itu, karena dalam pedang itu bersemayam jiwa dan harapan kakek ku, bersama seluruh kekuatan dan kemampuannya." Lanjut Evelyn menjelaskan.

"Coba kau jelaskan Lilian, jangan buat citraku rusak di depan ibu." Kata Axel setengah mengancam. "Kau anak nakal, jangan berani-berani kau menindas menantu ibu." Kata Julia membela Lilian. Mendengar Julia membelanya dan menyebutnya menantu, Lilian merasa hatinya berbunga-bunga. "Tidak bibi, Axel sama sekali tidak menindas ku, dia itu selalu baik dan begitu lembut, dia juga sudah memberi tau kami, kalau kak Catherine adalah yang pertama. Aku dan Oliv sudah tau dan kami sangat menerimanya, lagipula kakak Catherine juga sangat baik. Satu lagi bibi, gadis cantik ini juga adalah pacar Axel, dia adalah yang keempat, namanya Evelyn." Kata Lilian menjelaskan, dan di tutup dengan memperkenalkan Evelyn. "Halo bibi, aku Evelyn, pacar kakak Axel." Kata Evelyn sambil tersenyum manis. "Ba..., bagaimana kamu bisa begitu mendominasi?" Tanya Julia sambil menggamit lengan putranya. "Aduh sakit bu." Teriak Axel berpura-pura. "Kau ini, awas saja kalau kau tidak bisa berlaku adil dan sampai

Dean tertegun sejenak, saat mendengar Vania marah-marah. Beberapa saat kemudian, ia tersadar kembali, lalu buru-buru berkata dengan angkuh, "Tidak mungkin Van, itu sungguh tidak mungkin. Kamu sendiri tahu bagaimana kondisi ekonomi Axel, si pria miskin itu. Bukan kah karena hal itu juga, kau meninggalkannya dan berpaling padaku, jadi mana mungkin kau begitu mudah percaya pada perkataan Olivia si penipu itu." Vania hanya terdiam, ia menatap tajam ke mata Dean. Dengan suara lantang, Dean kembali melanjutkan perkataannya, "Jika Olivia menyukai Axel, apa lagi mereka bener berpacaran, tentu saja Olivia akan mengarang cerita untuk memperbaiki reputasi si miskin itu, agar dirinya tidak ditertawakan oleh teman-teman yang lain. Coba pakai logikamu sedikit, jangan hanya terpengaruh dan dikuasai emosi saja." "Benar juga kata mu, lalu untuk apa dia mengatakan hal tak masuk akal itu? Apakah tujuannya untuk memanas-manasi ku?" Tanya Vania curiga. "Kau sudah menjawab pertanyaanmu sendiri, t

Melihat Vania tidak merespon, Olivia kembali melanjutkan provokasinya, "Lalu yang terakhir, siapa orang gila yang tega membohongi gadis bodoh sepertimu, mengatakan kalau bibi Julia, ibu mertua tersayang ku yang sudah sembuh dan sehat bugar itu meninggal dunia?" Kembali Olivia memberi tekanan pada kata 'Orang gila, gadis bodoh, ibu mertua, dan sehat bugar' seolah dia ingin mengatakan betapa bodoh dan tidak masuk akal nya analisis Vania yang pasti adalah gagasan Dean itu. "Sudah cukup, kau sudah keterlaluan." Teriak Vania marah. Tangan kanannya sudah berayun, hendak menampar wajah Olivia. Olivia yang tidak siap dengan itu, hanya memejamkan matanya, karena tak sempat menghindar. Namun, tepat saat tangan Vania sudah berada sekitar 10 cm dari pipi Olivia, tiba-tiba SSC di tangan kirinya memancarkan cahaya kuning, yang membuat waktu di sekelilingnya seakan melambat. "SSC mendeteksi kekuatan baru." "Kekuatan manipulasi waktu." "Pemilik : Olivia Hansen, 18 tahun, wanita." "

"Ayahmu, paman Will dan juga paman Dani adalah teman sekampus. Hampir tiap hari mereka ada di rumah ibu. Mereka bertiga memperhatikan dan menyayangi ibu seperti adiknya sendiri, ibu yang saat itu masih SMA, selalu meminta bantuan mereka untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah ibu. Paman Dani selalu saja malas. Paman Will, kadang mau, kadang tidak. Tapi Ayah mu..." Perkataan Julia terhenti lalu ia tersenyum. "Sampai paman Dani menikah dengan bibi susan, dan Paman Will juga hampir menikah dengan bibi Sabrina, ayahmu masih tidak mengutarakan perasaannya pada ibu, yang ia berikan hanya perhatian yang tidak terbatas. Jika bukan paman Dani dan paman Will yang memaksanya, mungkin sampai sekarang dia tidak akan punya keberanian untuk melakukan itu." Lanjut Julia sambil senyum-senyum sendiri. "Tapi ibu tau dia sangat mencintai ibu, dan ibu juga sama." Tambah Julia. Ia kembali menarik napas dan melanjutkan "Berbeda dengan paman Will dan paman Dani yang merupakan pengusaha, ayahmu adalah seo