All Chapters of Mendadak di Pelaminan dengan Mantan: Chapter 101 - Chapter 110

Melody tersentak hebat bersama wajah yang merah padam diserang telak oleh jawaban tengil Killian yang justru membuat Melody marah, melebih orang yang telah disindirnya.Eleanor menutup mulutnya menahan tawa, pada awalnya dia khawatir ucapan Melody akan menciptakan kecanggungan antara dirinya dan Killian, namun tidak dia sangka justru Killian bereaksi begitu santai menghadapi ucapan Melody. Eleanor merasa senang jika ada orang lain yang menyerang Melody. Jiwa Shanie yang dendam begitu mendambakan keruntuhan Melody. Dendam ini bukan karena Melody sudah merebut calon suaminya, ini dendam tentang seornag kakak yang hatinya telah dihancurkan dan kehormatannya yang telah dia injak-injak.Jika memang Melody menginginkan Javier, Shanie akan merelakannya meski hatinya sakit dan terluka, Shanie tidak akan pernah mempertahankan Javier karena Shanie tahu didunia ini lelaki bukan hanya Javier semata.Namun, ini tentang seorang kakak yang telah habis-habisan memperjuangkan Melody agar dia hidup

“Ibu ingin bicara apa denganku?” tanya Killian duduk berhadapan dengan Jenifer yang telah memanggilnya untuk datang ke ruangan kerja.“Bagaimana kondisi Eleanor?” tanya Jenifer pelan.“Dia butuh waktu beristirahat karena cedera, besok dia akan dimintai kesaksian atas kasusnya, timnya akan mendiskusikan masalah kesehatannya untuk kesiapan pertunjukan mendatang, jika hasil medis tidak memungkikan, pengembalian uang tiket akan segera dilakukan.”Tubuh Jenifer menegak, meneliti wajah putranya dengan seksama. Datar dan dingin seperti biasa, namun dari caranya yang bicara seolah telah tahu segala situasi yang ada disekitar Eleanor, tampaknya Killian telah mengambil alih peran Hardy dengan sangat cepat.Jenifer menarik napasnya dalam-dalam sebelum akhirnya dia bertanya, “Lalu, bagaimana hubunganmu dengan Eleanor sekarang?”Killian mengedikan bahunya dengan santai. “Kami baik-baik saja seperti biasa,” jawabnya seolah tidak terjadi apapun, seakan kematian Hardy bukan sesuatu yang penting.Jen

Saat jiwa Shanie ingat kembali tentang kenangan malam itu, tanpa terasa air mata mulai berderai berjatuhan membasahi pipi.Shanie tidak habis pikir, dosa apa dirinya pada semua orang hingga mereka begitu tega memperlakukan dirinya seperti seoonggok sampah.Shanie meneguk minumannya perlahan, membasahi tenggorokan yang mendadak kering, lalu dilihatnya Javier yang tengah tertunduk lesu mengetuk-ngetuk ujung jarinya pada permukaan meja.“Tampaknya, kau juga memiliki masalah besar sepertiku, Javier,” ucap Eleanor berpura-pura menebak, “apa jangan-jangan kau sedang merenungi pernikahanmu,” ucapnya lagi dengan pelan namun sangat berani sampai membuat Javier mengangkat wajahnya dan menatap serius Eleanor yang tetap memandang lurus ke depan. “Apa kau menyesal telah dengan menikah Melody?” tanya Eleanor, berbicara semakin berani.Javier tersentak kaget mendengar pertanyaan lancang adik iparnya itu, anehnya dibandingkan marah justru Javier merasakan kesedihan yang mendalam seolah hatinya memb

Eleanor menelan salivanya dengan kesulitan, memandangi derasnya hujan yang terlihat di luar. Melalui dinding jendela besar itu, dinginnya malam diluar menembus masuk ke dalam kamar, membut kulitnya menggigil ditekan oleh atmosfer yang telah telah berubah. Bulu kuduk Eleanor meremang, terbayang kejadian di masa lalunya yang sempat hilang dalam memori ingatan Shanie Spancer.Tiga belas tahun yang lalu..Killian pernah menyekapnya selama beberapa hari hanya karena alasan tidak ingin berpisah, Killian tetap kukuh ingin bersama tanpa peduli jika Shanie menjadi bahan bullyan, bahan olok-olokan satu sekolah atas taruhan yang telah Killian buat.Killian sama sekali tidak peduli bahwa kejadian itu membuat Shanie mengalami kecemasan hebat hingga takut bertemu dengan siapapun.Dengan tidak tahu malu, Killian masih berani berkata bahwa dia mencintai Shanie, sementara dunia telah tahu alasan Killian memacari Shanie hanya untuk memenangkan taruhan.Sikap egois Killian begitu menakutkan.Hari demi

Eleanor tidak lagi berbicara setelah Killian menyampaikan penolakannya tegas tidak terbantahkan. Keduanya mengahadapi benang kecanggungan yang sulit untuk diungkapkan.Anak?Seumur hidupnya, Killian tidak pernah membayangkan bahwa dia akan memiliki seseorang yang disebut dengan ‘anak’. Bukan karena Killian egois, namun Killian tahu bahwa jiwanya yang kosong tidak akan pernah bisa membuatnya menjadi figure seorang ayah. Killian mampu memberikan anaknya kebutuhan secara materi, namun tidak untuk yang lainnya.Killian dilahirkan di lingkungan yang sempurna, kedua orang tuanya harmonis penuh kasih sayang, mereka selalu memberikan yang terbaik untuk Killian agar dia selalu sempurna tanpa kekurangan apapun.Namun, kasih sayang itu tidak pernah bisa Killian rasakan.Bukan karena maunya, namun karena keadaan dirinya yang seperti itu sejak dilahirkan. Mengalami kelainan yang disebut dengan sindrom alexithymia.Penyakit itu tidak ada hubungannya dengan gangguan mental, dan menyedihkannya tidak