Semua Bab Dokter Sakti Penguasa Dunia: Bab 31 - Bab 40

Lisa dan Neva tertegun. Mereka tidak tahu apa yang terjadi kepada Ewan. Saat Neva mengejar Ewan, dia melihat Ewan menuruni tangga dengan cepat."Ewan!" panggil Neva yang mengikuti Ewan.Namun, Ewan tidak memedulikan Neva. Dia langsung berlari ke lantai lain di gedung rawat inap."Gawat, Dylan dirawat di lantai ini," gumam Neva. Ekspresinya berubah drastis ketika dia menyadari Ewan berniat mencari Dylan. Neva terus mengejar Ewan sambil berteriak, "Ewan, jangan bertindak gegabah!"Akan tetapi, semua sudah terlambat. Ewan menendang pintu kamar pasien hingga terbuka. Begitu masuk, dia tidak melihat Dylan. Ewan hanya melihat Mona yang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.Ewan bertanya, "Mana Dylan?"Mona kaget karena tiba-tiba ada yang menerobos masuk. Setelah menyadari orang yang datang adalah Ewan, Mona langsung menunjukkan ekspresi jijik.Mona bertanya balik dengan sinis, "Untuk apa kamu datang? Apa kamu datang untuk meminta maaf pada Dylan?"Ewan bertanya lagi, "Jawab aku, mana Dyl

Gedung mangkrak di Jalan Median merupakan gedung mangkrak terbesar di Papandaya. Waktu itu, sebuah perusahaan properti besar membeli tanah ini dengan harga selangit. Mereka mengklaim akan membangun gedung tertinggi di Papandaya.Namun, perusahaan properti tersebut bangkrut ketika konstruksi sudah berlangsung sampai setengah. Bos perusahaan itu kabur dan meninggalkan konstruksi mangkrak terbesar di Papandaya.Selama ini, pemerintah kota ingin mencari perusahaan lain untuk mengambil alih konstruksi ini. Namun, akhirnya tidak berhasil karena berbagai alasan. Gedung mangkrak ini dibiarkan begitu saja.Gedung ini memang memengaruhi citra kota. Akan tetapi, bagi gelandangan dan pengemis yang tidak mempunyai rumah, tempat ini cukup bagus. Bagaimanapun, mereka bisa berteduh dari hujan dan panas jika tinggal di tempat ini.Pagi ini, tiba-tiba sekelompok tamu tak diundang mendatangi gedung mangkrak. Mereka semua terlihat bengis. Sekelompok orang itu menghajar pengemis dan gelandangan di dalam ge

Kedatangan Ewan terlalu terburu-buru, dia masih mengenakan seragam perawat. Wajahnya yang tampan dan lembut membuatnya tampak seperti seorang mahasiswa. Namun saat ini, raut wajahnya penuh amarah dan sorot matanya memancarkan kilatan dingin."Kak Tigor, dia datang," ucap Dylan sambil tersenyum.Tigor menoleh dan melihat Ewan masuk. Dia pun melepaskan genggamannya dari rambut Aruna dan mendengus dingin. "Setelah beres mengurus anakmu, giliran kamu yang kubereskan."Begitu melihat Ewan, Aruna langsung berteriak sekuat tenaga, "Ewan, cepat lari! Mereka mau membunuhmu!""Serbu!"Lantaran khawatir Ewan akan kabur, Tigor langsung mengeluarkan perintah. Sekelompok anak buahnya yang memegang tongkat, segera menyerbu dan mengepung Ewan.Ewan mengabaikan mereka, pandangannya hanya tertuju pada wajah Aruna. Dengan suara penuh perhatian, dia bertanya, "Bu, Ibu nggak apa-apa?""Aku nggak apa-apa. Ewan, cepat pergi, mereka benar-benar ingin membunuhmu ...."Plak!Sebuah tamparan keras mendarat di wa

Ewan menatap Tigor dengan dingin dan tanpa sedikit pun emosi di matanya. "Coba kamu bilang sendiri, mau mati dengan cara gimana?"Sejak Tigor menampar Aruna, Ewan sudah berniat membunuhnya.Tigor memang merasa gentar terhadap Ewan, tapi mulutnya tetap mengeyel. Dia berkata dengan muram, "Bocah, kamu tahu siapa aku ini?""Nggak tahu dan nggak tertarik untuk tahu," jawab Ewan. "Siapa pun yang berani menyentuh ibuku, nasibnya cuma satu. Mati.""Kamu mau membunuhku?" Tigor mendadak tertawa. "Apa kamu nggak tahu kalau membunuh itu melanggar hukum?"Plak!Dalam hitungan detik, Ewan sudah berada di depan Tigor dan langsung menampar wajahnya.Wajah Tigor seketika terpaku. Dia hampir tidak bisa percaya bahwa dirinya benar-benar ditampar. Yang lebih membuatnya lebih merasa terhina lagi adalah, pelakunya hanya seorang perawat tanpa latar belakang apa pun!Ini benar-benar ... aib besar!Tigor benar-benar murka. Dadanya seolah terbakar api emosi. Dia ingin mencabik-cabik Ewan saat itu juga. "Kamu t

Di Kota Papandaya, ada dua gunung yang sangat terkenal. Satu adalah Gunung Kabut yang merupakan tempat berkumpulnya para pejabat dan orang-orang berkuasa. Satunya lagi adalah Gunung Selatan yang sunyi dan tak berpenghuni.Saat ini.Di puncak Gunung Selatan, beberapa anak buah Henry sedang menggali lubang dengan sekop besi.Sementara itu, Tigor berlutut di depan Ewan sambil memohon dalam keadaan terikat erat."Pak Ewan, kumohon jangan bunuh aku. Semua ini karena perintah Dylan! Dylan bilang, kalau aku berhasil membunuh kamu dan ibumu, dia akan memberiku dua miliar!"Meski Tigor bertubuh kekar, berwajah penuh bekas luka, dan tampak garang, kini dia ketakutan sampai seluruh tubuhnya gemetaran."Dia menyuruhmu bunuh orang, langsung kamu turuti. Jadi kalau dia menyuruhmu makan kotoran, kamu mau turuti juga?" ujar Ewan dingin."Pak Ewan, asalkan kamu bersedia mengampuniku, aku rela jadi budakmu. Bukan ... aku bisa jadi anjing pesuruhmu! Guk! Guk! Guk!" Tigor bahkan mulai menyalak seperti anj