"Coba tebak, gimana sikap si lemari es? Lemari es pelan-pelan membuka pintunya dan berkata, 'Masuklah, gerak sendiri.'"Saat Ewan baru saja selesai bercerita, suara Venus terdengar lagi. "Aku kebetulan menulis sebuah puisi. Aku bacakan padamu ya. Kamu tolong nilai, bagus atau nggak?"'Venus bisa menulis puisi?' Ewan langsung teringat pada Nazar. Si kakek itu juga suka menulis puisi, tetapi kebanyakan hanya puisi asal-asalan. Mutunya tidak seberapa.'Seharusnya puisi Venus lebih bagus daripada puisi Nazar, 'kan?' batin Ewan.Saat itu, Venus mulai membacakan puisinya. "Jamban kuno biasanya berupa lubang di atas parit. Matahari bulan tak terlihat, air tetap mengalir. Tak tampak sapi kambing datang makan rumput, hanya tampak kepala plontos kecil yang dicuci."Ewan sampai melongo mendengarnya."Gimana puisiku? Kamu diam saja, apa berarti puisinya jelek? Nggak apa-apa. Aku sudah tulis lagi satu, kubacakan untukmu ....""Eh, Venus, maaf ya. Aku ada urusan, kututup dulu." Ewan segera melepaska
Read more