Ketika aku membuka mata, langit-langit berwarna coklat menatapku dengan tenang. Ada aroma lembut dupa cendana yang samar di udara, dan suara gemericik air dari wadah perunggu di dekat jendela.Aku tidak langsung bergerak. Tubuhku terasa ringan, tapi bukan seperti bangun dari tidur panjang, melainkan seperti baru saja dilepaskan dari sesuatu yang menekan dadaku terlalu keras."Xi'er."Suara itu begitu akrab, begitu lembut, hingga aku hampir menangis mendengarnya.Ye Qingyu duduk di sisi ranjang, menatapku dengan mata yang tidak kukenali, terlalu letih, tapi juga penuh rasa lega. Di bawah matanya ada bayangan tipis, dan rambut di pelipisnya tampak sedikit berantakan."Aku …," suaraku parau. "Di mana kita?""Masih di istana," jawabnya perlahan, menepuk punggung tanganku. "Di kamar tamu bagian timur. Baginda yang memerintahkan agar kau dibawa ke sini setelah kau hampir jatuh di aula."Aku menatapnya lama. "Aku …, hampir pingsan?"Ia mengangguk. "Kau memucat tiba-tiba, tidak menjawab siapa
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-10-09 อ่านเพิ่มเติม