Semua Bab Terjebak di Pangkuan Pria Lumpuh: Bab 41 - Bab 50

Pukul 10.00 siang sudah tiba. Dinda nampak mengetuk pintu kamar Kamila. Adik kandung Daffa itu nampak bersemangat. Di tangannya terdapat paper bag yang sudah berisi gaun yang telah dibawanya dari butik pagi tadi. Daffa sudah memberitahukannya mengenai pakaian untuk Kamila yang akan dikenakan makan siang nanti. Tok tok tok! "Mba Kamila!" Dinda memanggil nama Kamila usai mengetuk pintu. "Ya sebentar," sahut Kamila dari dalam kamar.Begitu pintu kamar Kamila dibuka, Dinda melihat ternyata Kamila tengah mengemas pakaian di dalam sana."Mba Kamila, sedang apa?" Dinda terlihat keheranan. Dia melihat dengan jelas beberapa tumpuk pakaian di atas ranjang Kamila. Di sampingnya Dinda melihat ada tas besar tempat pakaian. "Hanya sedang beres-beres aja. Ada apa?" Jawab Kamila dengan santainya. "Beres-beres kok pakaiannya dikeluarin semua seperti itu? Jangan-jangan Mba Kamila mau pergi," sangka Dinda. Kamila hanya mengulum senyum. Nyatanya dia memang akan segera pergi. Hanya tinggal menghitun

Kedua alis Kamila terlihat naik ke atas.Beberapa orang pelayan restoran yang berpakaian seragam serba pink, mendekati kursi Kamila sambil membawa kue tart di atas nampan yang mewah.Bukan hanya itu, beberapa pria yang membawa alat musik di tangannya pun turut mendekati Kamila. Mereka semuanya menyanyikan lagu ulang tahun yang diiringi dengan musik romantis."Selamat ulang tahun! Selamat ulang tahun, ya!" ucap Daffa kepada Kamila.Bahkan untuk yang pertama kalinya Daffa bernyanyi di hadapan Kamila."Happy birthday! Happy birthday to you. Happy birthday to you. Happy birthday, happy birthday. Happy birthday to you. Selamat ulang tahun, kami ucapkan. Selamat panjang umur, kita 'kan doakan. Selamat sejahtera, sehat, sentosa. Selamat panjang umur dan bahagia. Panjang umurnya, panjang umurnya. Panjang umurnya serta mulia. Serta mulia, serta mulia. Tiup lilinnya, tiup lilinnya. Tiup lilinnya sekarang juga. Sekarang juga, sekarang juga!"Kamila nampak terharu. Dia sampai menutup mulut yang s

Sepeninggal Selin di toko tas branded itu, Daffa terlihat merenung sendirian. Ada yang mengganggu pikirannya, yakni mengenai kepiluan Selin. Daffa merasa tidak rela setelah mendengar kehidupan Selin yang begitu pilu. Seandainya kelumpuhan tidak menimpa padanya dahulu, hidup Selin tidak akan menderita. Saat ini, Daffa dan Selin pasti sudah hidup bahagia.Awalnya Daffa menyangka kalau hanya dirinya yang mengalami kisah pilu sendirian, tapi ternyata hidup sang mantan kekasih lebih menyedihkan daripadanya. "Semua ini gara-gara Melia! Wanita itu yang telah merusak kehidupanku dan juga kehidupan Selin. Bukan hanya itu, Melia juga telah mengorbankan Kamila sebagai tameng. Memang dasar wanita pengecut!" Daffa terlihat mengepalkan kedua telapak tangannya, tatkala menahan emosi yang kembali meletup di ubun-ubun. Padahal sebelumnya dia sudah melupakan kesalahan Melia, tapi semuanya kembali tersulut setelah mendengar kisah sedih yang Selin alami.Daffa segera bangkit dari atas sofa berwarna put

Pria berseragam hitam putih itu terlihat kebingungan."Maaf, Pak. Semalam saat pukul dua dini hari, Saya ketiduran di pos. Tiba-tiba suara gerbang ditutup membangunkan saya. Saat itu, Saya melihat Non Kamila sudah berada di luar gerbang. Sepertinya dan Kamila berhasil mengambil kunci dari kantong saya. Saya sempat ingin mengejar Non Kamila, tapi kuncinya langsung dilempar oleh non Kamila ke halaman yang cukup jauh. Ketika saya berlari mengambil kunci, Non Kamila sudah tidak ada. Semalam, Non Kamila terlihat sedang menangis." Satpam gerbang segera menjelaskan. "Apa!" Daffa terkejut."Periksa CCTV saja, Mas. Kita pasti tahu penyebab kenapa Mba Kamila pergi dari rumah ini," saran Dinda pada Daffa. "Aku akan cek CCTV. Kamu pergi saja ke butik." Sepertinya Daffa menyadari kesalahannya. Dia tidak mau kalau sampai Dinda mengetahui perbuatannya semalam."Tapi, Mas. Aku pengen lihat hasil rekaman CCTV-nya," pinta Dinda."Tidak usah! Kamu segera pergi ke butik. Ini sudah siang," tolak Daffa l

Tapi raut wajah Galang terlihat biasa saja. Dia terlihat mengukir senyum. "Kalau menurut aku, virgin sebuah mahkota yang paling berharga bagi wanita. Mahkota itu adalah sesuatu yang harus dijaga sampai dia menikah dengan seseorang yang menjadi pilihannya." Galang menjawab."Lalu bagaimana kalau seorang wanita sudah tidak memiliki mahkota itu lagi?" Kamila kembali bertanya. Raut wajahnya sebisa mungkin dibuat tenang agar Galang tidak curiga. "Iya artinya wanita itu sudah tidak perawan lagi. Simple kan." Galang semakin tidak mengerti dengan pertanyaan Kamila."Emangnya kenapa? Kok kamu malah membahas itu. Padahal 'kan ada yang lebih penting yang harus kita bahas sekarang," lanjutnya menjadi keheranan.Kamila tampak menurunkan tatapan. "Tidak apa-apa, tempo lalu aku sempat bertemu dengan temanku. Dia bercerita banyak sekali. Dia juga mau minta pendapatku. Tapi aku tidak bisa mengeluarkan pendapat. Makanya aku bertanya sama kamu sebagai seorang pria. Bagaimana pendapat seorang pria tent