บททั้งหมดของ Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya: บทที่ 31 - บทที่ 40

“Pa, aku bakalan gabung sama perusahaan.” Erland yang sedang sibuk dengan tabletnya tiba-tiba menoleh ke anak keduanya. Dia membuka kacamata dan meletakkan tablet itu di atas meja. “Kamu terlambat untuk mengatakan itu, Regan.” Marsha muncul. “Nggak ada yang terlambat kalau kamu peduli sama anakmu.” “Dari awal aku peduli dan memanjakan dia. Sekarang, dia tidak berguna sama sekali. Aku pikir, dengan cara memanjakan dia dan meninggalkan Leon. Dia bakalan lebih maju. Justru Leon yang lebih maju dibandingkan dengan dia.” “Membandingkan kedua anakmu itu saja sudah salah, Pa.” “Tidak ada yang salah, Ma. Kamu memanjakan dia dan sekarang lihat hasilnya. Dia meninggalkan proyek setengah jadi dan membiarkan Leon mengerjakan sisanya. Dia kabur begitu saja. Bahkan Leon waktu itu bersyukur tidak ngamuk di sana.” “Dia sebagai seorang kakak seharusnya membimbing adiknya.” “Tanyakan pada Regan. Apakah Leon diam selama Regan di sana?” Regan diam ketika Erland sendiri tahu bahwa anak pertamanya

Ketika memasuki halaman rumah papanya. Maudy yang pulang karena dihubungi lagi oleh Marcel mengenai William yang sakit. Sampai di sana, dia melihat papanya terbaring lemah di atas ranjang. Menyaksikan pria tua itu tidak berdaya untuk sekarang. Infus dipasang di tangan kirinya. Maudy duduk di sebelah dan memegang tangan kanan papanya. “Dokter bilang Papa sakit apa?” Tanya Maudy ke Marcel yang sudah mengurusnya. “Papa selalu memaksakan diri.” “Kakak kenapa nggak ambil alih perusahaan sih? Mau sampai kapan kakak bakalan gini terus? Di rumah dan nggak pernah ada usaha sama sekali. Nggak mau bantuin papa buat urus perusahaan.” Dia beranikan diri untuk memarahi kakaknya karena selama ini sang kakak memang agak santai soal masa depan. Mengingat perusahaan butuh penerus dan pastinya yang paling diandalkan adalah Marcel. “Kali ini Mama ke pihaknya Maudy, Marcel. Mama nggak bisa biarin Papa kamu terus sakit begini.” Maudy tidak pernah ingin dibela oleh Ana. Dia hanya kasihan melihat Wil

Leon menyempatkan diri untuk pulang ke rumah sang mama setelah sekian lama dia tidak berkunjung. Menghubungi mamanya untuk berkunjung ke sana. Dia melihat ada mobil papanya di garasi ketika dia baru saja turun dari mobilnya.Disambut oleh sang mama saat dirinya tiba di sana. Leon membawakan beberapa bingkisan hadiah untuk wanita itu. Leon mencoba untuk mengalihkan pikirannya tentang Erland tadi. Dia memberikan bingkisan itu untuk sang mama dan kemudian berkata. “Papa mampir?” “Papa lagi main golf di belakang.” “Tumben?” “Papa kamu kan tinggal di sini.” “Hah?” Leon tidak habis pikir dengan pernyataan sang mama. “Ya, papa tinggal di sini. Mama terima lagi. Biar bagaimana pun juga dia papa kamu.” “Tapi, Ma.” Mamanya menggelengkan kepalanya. “Cukup, Leon! Jangan diteruskan lagi, ya! Jangan sampai kebencian kamu itu bikin kamu menderita nantinya.” Leon pun akhirnya diam dan seketika dia menoleh ke arah luar. Dia melihat papanya bermain golf ditemani oleh beberapa orang di sana y

Di luar sedang turun hujan yang begitu lebar dan beberapa kali kilatan petir yang terlihat seperti sedang menyambar.Ceklek. Leon menoleh ke belakang mendengar pintu kamarnya dibuka. Dia melihat Maudy masuk ke kamar dan kemudian duduk di tepi ranjang. Ditutupnya gordennya dan kemudian menghampiri sang istri yang terlihat lebih ceria dibandingkan hari-hari yang kemarin. Duduk di sebelah istrinya. “Belum ngantuk?” Tanya Leon. Maudy memegang tangannya Leon. “Belum, hujannya juga awet banget dari tadi. Kita nggak jadi jalan-jalan.” Leon mengedipkan matanya dan mengangguk. “Lain kali, ya.” “Aku nggak marah kok.” “Aku usahakan lain kali kita jadi perginya.” Maudy mengangguk dengan ekspresinya yang begitu ceria sekali. Leon mengusap kepala istrinya. “Oh ya, kamu belum kenalin aku sama adikmu. Kapan kamu bakalan kenalin aku sama dia?” Leon mungkin akan menghindari itu terlebih dahulu untuk mengenalkan Maudy dengan Regan. Biar saja dia seperti ini dulu. Karena dia belum selesai untuk m

Leon memesan kopi untuk dirinya sendiri setelah dia tiba di kafe milik adiknya. Tidak ada larangan untuknya berkunjung, toh juga dia dan Regan tidak bermusuhan secara langsung. Mereka berdua saling mengintai satu sama lain. Kopi adalah minuman paling pas untuk Leon sekarang ini. Seorang wanita yang baru saja masuk dan langsung membuat Leon tertegun, itu adalah istrinya yang sedang berkunjung bersama dengan teman baiknya. Bagi Leon, selama Maudy masih bisa mengatur dirinya dan menjaga jarak, dia tidak mempermasalahkan pergaulan istrinya. Wanita itu agak terlihat menjaga jarak dengan Regan. Beberapa kali Regan berusaha menyentuh tangannya Maudy namun langsung disingkirkan oleh istrinya. “Benar-benar wanita yang bisa dipercaya,” ucapnya Leon sambil tertawa. Waktu pelayan melewatinya, dia mengangkat tangannya. “Ada yang bisa dibantu?” “Siapa wanita yang bersama, Regan?” Orang-orang tahu kalau Leon adalah kakaknya Regan. Jadi, mungkin akan terbuka soal informasi. “Itu Maudy dan Vane