Lahat ng Kabanata ng GADIS LUGU TAWANAN SANG TIRAN: Kabanata 71 - Kabanata 80

Evelyn masih menangis dalam pelukan Moskov. Mereka tak langsung pergi ke rumah sakit sebelum Evelyn benar benar tenang. Ronald yang berada di luar tak hanya diam. Dia terus berjaga dan membantu prosesi pemakaman Gery. Prosedur dari rumah sakit saat ada yang meninggal semua di kawal ketat oleh anak buah Moskov. "Kalau kau tak bisa tenang, aku tak akan mengantarmu ke tempat peristirahatan Gery yang terakhir. Kau harus tenang terlebih dahulu!!" Evelyn mengangguk, dia menurut pada Moskov meskipun dalam hatinya sudah tak mampu lagi. Setelah melihat Evelyn kembali tenang dalam pelukannya barulah Moskov memanggil Ronald untuk membawa mereka pergi ke rumah sakit. Evelyn menggigit bibirnya menahan air mata yang ingin keluar dari matanya. Dia tak ingin membuat Moskov membatalkan kepergian mereka hanya karena Evelyn menangis. "Gery, kenapa? Kenapa tinggalin kakak seperti ini!!!" batin Evelyn menangis. Moskov masih memeluk tubuh Evelyn erat, dia tak akan membiarkan Evelyn menghad

Evelyn mulai terbangun, tapi dia merasa tubuhnya bertambah berat dan baru tersadar jika Moskov sedang memeluknya erat. Lalu dia mulai mengingat apa yang terjadi padanya, melihat pergelangan tangannya yang di perban. Tak hanya itu, Evelyn juga mengingat kembali kematian Gery adiknya. Air matanya kembali luruh, tapi dia langsung mengusapnya cepat. Dia tak mau Moskov terusik dengan nya lalu terbangun. Perlahan Evelyn mengangkat tangan Moskov agar dia bisa pergi dari sana. Tapi suara Moskov yang sedang langsung menghentikannya "Mau kemana kau?" Evelyn melihat Moskov yang ternyata masih memejamkan matanya tapi bisa tahu jika Evelyn akan pergi. Moskov membuka matanya dan matanya langsung bersitubruk dengan mata Evelyn yang bengkak. Sejak kemarin Evelyn menangis karena gagal menjaga sang adik. Dia nekad bunuh diri dengan melukai tangannya. "Aku mau ke kamar mandi." jawab Evelyn lirih. "Dan melakukan perbuatan konyol lagi seperti kemari?" Evelyn menunduk, meremas selimut

Moskov tahu siapa yang di maksud oleh Evelyn. Dia memberi isyarat pada anak buahnya yang lain untuk mencari keberadaan Roni saat ini. "Kau sudah lebih tenang?" Evelyn mengambil napas panjang, meskipun Mariam tewas mengenaskan tapi tetap saja tak akan mengembalikan Gery kepadanya. "Tapi kematiannya tak akan mengembalikan ibu dan adikku." Moskov tahu bagaimana rasanya kehilangan keluarga yang paling dekat. Dia melihat Evelyn yang tengah memandangi pemandangan dari jendela kamar Moskov yang ada di markas. Greb..... Evelyn yang di peluk Moskov dari belakang sudah terbiasa jadi tak terkejut. Kali ini pikirannya masih kosong dan bingung dengan apa yang harus dia lakukan setelah ini. Evelyn berbalik menghadap Moskov. Tiba tiba memeluk tubuh Moskov dari depan. Gerakan Evelyn yang tiba tiba itu membuat tubuh Moskov membeku. Tak biasanya Evelyn agresif seperti itu. Tangan Moskov yang semula menggantung di udara membalas pelukan Evelyn dengan tak kalah erat. "Apa se

Moksov merebahkan tubuhnya di sebelah Evelyn yang tidur dengan posisi meringkuk. Moskov membiarkan apa yang ingin Evelyn lakukan toh setelah ini Evelyn tetap akan menjadi istrinya. Meskipun itu tanpa persetujuan gadis itu. Saat Moskov ingin memejamkan matanya terdengar desisan dari arah Evelyn. Moskov yang sebelumnya sudah ingin terlelap kembali membuka matanya kesal. "Kau kenapa?" "Perutku tak nyaman, bisakah tuan membawakan air hangat untukku?" Mata Moskov melotot kesal, bagaimana bisa Evelyn malah menyuruh nya mengambil air. Tapi melihat Evelyn kesakitan, mau tak mau Moskov tetap bangkit dari ranjang. "Tuan....." Belum sempat Moskov membuka pintu terdengar suara Evelyn yang memanggilnya kembali. "Apalagi?" "Ehm, itu... tuan....." Evelyn meringis sembari mengigit bibir bawahnya. Dia takut jika Moskov akan marah kepadanya kali ini. "Tolong sekalian pembalut." cicit Evelyn lirih. "Apa?" Moskov mengumpat kasar, bagaimana bisa dia meminta pembalu

Moskov meninggalkan Evelyn yang masih terbengong di depan Vila miliknya. Dengan susah payah Evelyn berjalan dengan mengangkat gaun pernikahannya yang sedikit merepotkan untuknya. Anak buah Moskov yang melihat itu sebenarnya tak tega, tapi mereka tak berani membantu Evelyn karena takut dengan Moskov. "Kenapa gaunnya besar sekali!" dumel Evelyn pelan. Dia berusaha naik ke lantai atas untuk menyusul Moskov, tapi gaun itu ternyata malah membuat masalah untuknya. Karena tak hati hati, Evelyn menginjak ujung gaun itu yang membuat tubuhnya limbung. Greb..... Evelyn memejamkan matanya saat tubuhnya akan terjatuh. Tapi setelah berapa lama dia tak merasakan sakit sama sekali.. Perlahan dia membuka matanya dan melihat wajah Moskov yang sudah menatapnya geram. "Menyusahkan!" Tanpa banyak bicara, Moskov menggendong tubuh Evelyn dan membawanya naik ke lantai atas menuju kamar mereka. Evelyn mengalungkan kedua tangannya karena takut terjatuh. Evelyn terus melihat wajah Mosk