All Chapters of GADIS LUGU TAWANAN SANG TIRAN: Chapter 81 - Chapter 90

Beberapa hari berlalu, Sasmi pulang ke mansion Moskov dengan wajah seperti biasa. Berbarengan dengan itu, Ronald juga tiba disana dengan wajah dinginnya. Di belakang Ronald ada Max yang mengikutinya. Sasmi yang sempat melihat Max melewatinya seperti familiar tapi Sasmi tak ingat apa apa saat ini. "Untuk apa kalian kemari? Moskov sedang tak ada disini!" Ronald dan Max berhenti, tapi itu hanya sepersekian detik karena mereka berdua mengabaikan Lilia yang ada disana. Ronald mengajak Max pergi ke dapur untuk mencari Bibi pelayan. "Hei, kalian pengawal rendahan! Berhenti kalian!!" teriak Lilia keras. Lilia terburu buru menyusul Ronald ke dapur. "Bibi, tuan akan kembali hari ini. Bisakah menyiapkan makanan untuknya?" pinta Ronald. Ronald dan semua orang mengabaikan Lilia yang datang menghampiri mereka dengan wajah merah padam karena marah. Brak..... "Kurang ajar aku Ronald, kau berani mengabaikan ku? Aku nyonya di rumah ini!!" Ronald berbalik ke arah Lilia dengan w

Berbanding terbalik dengan keadaan Evelyn yang bahagia di mansion. Sasmi dan Lilia harus berjalan jauh dengan membawa barang mereka yang cukup banyak. Mereka harus mencari kendaraan umum agar mereka bisa pergi dari sana. Tenaga mereka sudah habis di gunakan untuk berteriak dan protes di depan gerbang mansion milik Moskov. "Ini salah nenek, kenapa harus berteriak di depan Moskov? Bukannya nenek tahu jika Moskov tak suka orang lain bersikap seperti itu kepadanya!" omel Sasmi kesal. Lilia yang mendengar itu langsung membanting koper yang sedang dia bawa. Brak.... Sasmi berjingkat kaget karena suara koper itu. "Berani kau menyalahkan ku? Apa kau pura pura pikun? Tadi kau yang dengan lancang duduk di meja makan itu. Jika kau lupa aku akan mengingatkan otakmu itu!!" Lilia meraih rambut Sasmi dan menariknya keras. Sasmi yang tak siap langsung berteriak kesakitan. Tak hanya menarik keras rambut Sasmi, tapi Lilia juga memukul Sasmi dengan tongkat miliknya. Bugh Bugh

Moskov seperti orang kesetanan saat ini. Dia berlari cepat menuju ruang UGD agar Evelyn segera mendapat penanganan. Sejak dalam perjalanan Moskov semakin panik karena Evelyn sudah pingsan. "Selamatkan istriku, jika kalian gagal ku habisi kalian semua!" "Tuan, tenanglah!" bibi pelayan menarik Moskov yang sedang mengancam dokter yang akan menangani Evelyn. Dokter itu sudah menyeka keringat dinginnya dan saat terbebas dari cengkeraman Moskov dia berlari masuk ke dalam ruangan UGD. Hampir beberapa menit berlalu. Salah satu suster datang membawa berkas untuk di berikan kepada Moskov. "Tuan, maaf... kondisi nyonya Evelyn sedikit tak baik. Janin yang baru saja beberapa Minggu dengan terpaksa harus kami keluarkan karena nyonya Evelyn terus mengalami pendarahan." Duar .... Tubuh Moskov terhuyung ke belakang. Bibi pelayan yang ada disana menutup mulutnya menahan tangis. "Janin? Evelyn hamil?" tanya Moskov lirih. "Apa kalian tak ada yang tahu?" tanya sang suster bingun

Di negara lain, keluarga Sasmi sedang kalang kabut menghadapi serangan demi serangan yang di lakukan oleh perusahaan Moskov. Semua saham milik mereka turun secara drastis dan tak bisa di selamatkan kembali. Begitu juga yang terjadi pada keluarga Lilia. Meskipun Lilia nenek kandung Moksov tapi melihat semua perbuatan mereka pada Moskov selama ini sudah benar benar membuat muak. Untuk itulah, Moskov tak akan membiarkan begitu saja. Mengingat selama ini Moskov juga sudah terlalu sabar dengan mereka. "Lihat, apa yang di lakukan Ibu pada kita. Sudah aku ingatkan jangan menyentuh apapun yang ada di dekat Moskov. Kita semua akan terkena imbasnya." ucap Anak Lilia yang pertama. "Gila, Moskov melakukan ini semua pada kita, apa dia tak ingat jika kita keluarganya!" Salah satu keponakan Moskov yang biasa bertemu dengan Moskov pun berdecak kesal "Dan apa kalian pernah ingat jika paman Moskov adalah keluarga kita? Jika dia sudah melakukan ini semua berarti dia benar benar sudah tak bisa

"Nyonya?" Adela mencoba memanggil Evelyn kembali, yang membuat Evelyn sedikit berjingkat karena kaget. "Ah, maaf.... iya ada apa?" "Kenapa nyonya malah melamun?" Evelyn menggeleng, dia masih tak nyaman dengan keberadaan Adela disana. Pasalnya Adela adalah orang baru. Dan Evelyn benar benar belum bisa melupakan rasa takutnya pada Mariam atau pun Adeline. Kesannya nama itu hampir sama. Evelyn memandang tak nyaman, dan itu Adela tentu saja paham. Tapi dia tetap berusaha untuk tersenyum kepada Evelyn. "Nyonya tak perlu takut, aku akan memperkenalkan diriku kembali. Namaku Adela, aku adiknya Max nyonya." Mata Evelyn sedikit membeliak karena mendengar Adela ternyata adiknya Max yang kemarin kesini bersama Ronald. "Jadi kau juga salah satu dari mereka?" tanya Evelyn memastikan. Adele mengangguk, Evelyn bisa bernapas lega kali ini. Akhirnya Evelyn perlahan bisa bersikap biasa meskipun belum sepenuhnya. Adela juga tak memaksa Evelyn untuk bisa langsung menerima kebera