Innaya memeluk anaknya erat sambil mengusap punggung berkali-kali untuk menenangkan. Bulir bening pun luruh membasahi pipinya. Matanya tertuju pada layar televisi, melihat orang-orang berlarian panik di dekat bangunan yang hancur lebur. Sebenarnya ia tidak mengerti apa yang membuat anaknya menangis seperti ini, tetapi mulutnya sulit digerakkan hanya untuk bertanya, 'Apa yang sebenarnya terjadi?' Setelah tangisan Sisca agak mereda, terdengar suara serak-serak Kembang Desa itu. "Tolong antar aku ke rumah sakit, Mak. Antar aku ke sana sekarang," isak Sisca, melepas pelukan ibunya. "Mak, aku ... aku ingin ke Jakarta." "Sebenarnya apa yang terjadi Nak?" tanya Innaya, menatap anaknya. Sisca menunjuk ke arah televisi. "Itu Mak, lihat berita itu ... Rumah Sakit tempat Mas Barta kerja dibom dan hancur Mak. Kemungkinan nggak ada korban selamat di sana." Tangisannya kembali pecah. Innaya menatap layar televisi, ternyata itu penyebab anaknya menangis histeris. "Kamu yakin Nak Barta
Last Updated : 2025-09-28 Read more