Pagi itu, cahaya matahari menyelinap lembut melalui celah tirai ruang makan. Di meja kayu yang sederhana namun hangat, Kiara duduk berhadapan dengan Lucas. Mereka menikmati sarapan dalam keheningan yang nyaman—secangkir teh hangat, roti panggang, dan telur mata sapi tersaji rapi di hadapan mereka.Lucas meletakkan sendoknya perlahan, lalu menatap Kiara dengan serius namun lembut.“Pagi ini, aku antar kamu ke kampus,” ucapnya tenang.Kiara sontak menoleh, menatap wajah suaminya dengan ekspresi bingung.“Mas, tidak usah repot-repot. Aku bisa naik angkot kok,” jawabnya pelan, mencoba menolak dengan halus.Namun Lucas hanya menghela napas kecil. “Kalau kamu tidak mau aku yang antar, maka kamu akan diantar sopir. Pilihannya cuma dua itu.”Kiara terdiam, terpaku pada wajah suaminya. Beberapa detik berlalu dalam keheningan sebelum Kiara akhirnya mengangguk kecil.“…Iya, Mas,” jawabnya pelan, menyembunyikan senyum kecil di balik cangkir tehnya.Lucas mengangguk puas, lalu kembali melanjutkan s
Terakhir Diperbarui : 2025-07-16 Baca selengkapnya