Pengantin Pengganti: Dimanja Suami Butaku의 모든 챕터: 챕터 31 - 챕터 40

“Hari ini jadi main sama teman kamu itu?” tanya Lucas pelan saat mereka tengah sarapan di meja makan yang rapi dan sunyi.“Iya, jadi. Nanti pulangnya tidak usah dijemput,” jawab Kiara sambil menatap piringnya, memotong roti dengan hati-hati.Lucas terdiam sejenak, menyesap kopinya sebelum akhirnya berkata, “Kabari Bobby kalau kamu butuh sesuatu nanti.”Kiara mengangguk singkat. “Iya, Mas. Makasih.”Tak ada percakapan lagi setelah itu. Hanya dentingan sendok dan detik jam dinding yang terdengar di antara mereka. Suasana hening, tapi tidak canggung—lebih seperti dua orang yang terbiasa berada dalam dunia mereka masing-masing.Lucas sudah selesai makan ketika Bobby muncul di ambang pintu. Lucas berdiri dari kursinya, merapikan jasnya.“Aku berangkat dulu,” katanya singkat.Kiara baru hendak membalas, namun terkejut ketika Lucas tiba-tiba mencondongkan badan dan mengecup puncak kepalanya. Gerakannya lembut, seolah begitu alami dilakukan.Lucas pun segera melangkah pergi tanpa menoleh lagi

Kiara melangkah mengikuti Pak Cakra masuk ke rumah utama keluarga Alisher. Hatinya berdebar kencang, tapi wajahnya tetap dipaksakan tenang. Setibanya di ruang tamu, matanya menangkap sorot tajam penuh sinisme dari Tamara yang tengah duduk sambil menyilangkan kaki. Kiara menunduk sedikit, berusaha mengabaikan tatapan menusuk itu. "Silakan masuk, Nona. Tuan Besar sudah menunggu Anda di dalam," ucap Pak Cakra sambil membukakan pintu ruang kerja yang besar dan elegan. Telapak tangan Kiara mulai basah oleh keringat dingin. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya melangkah masuk. Ruangan itu dipenuhi aroma kayu tua dan buku-buku lawas. Di balik meja besar, duduklah Harry Alisher—ayah mertuanya—dengan wajah penuh wibawa namun kini dihiasi amarah yang jelas terlihat. "Selamat siang, Tuan," sapa Kiara pelan, suaranya terdengar gemetar. Harry memutar bola matanya dan berdecak tajam saat melihat penampilan Kiara. Meski Kiara sudah berusaha merapika

Kiara baru pulang saat jam telah menunjukkan pukul sembilan malam. Waktu terasa melesat cepat ketika ia menghabiskan hari bersama Wulan. Mereka terlalu asyik berbelanja dan berbincang hingga tak menyadari malam telah menjelang. Begitu tiba di rumah, Kiara langsung menuju kamar. Saat membuka pintu, ia berpapasan dengan Lucas yang baru saja keluar dari kamar mandi, tubuhnya hanya dililit handuk putih di pinggang. “Kamu baru pulang ya, Mas?” tanya Kiara. “Iya, aku baru sampai. Kamu dari mana saja?” sahut Lucas sambil menyeka sisa air di rambutnya dengan handuk kecil. “Hanya jalan-jalan dan makan bareng Wulan. Maaf, aku pulangnya terlalu malam,” ujar Kiara sambil menutup pintu lalu melangkah ke arah meja dan meletakkan beberapa paper bag di meja kecil dekat ranjang. “Oh iya, tadi aku sempat pakai uang dari kamu buat belanja.” Lucas mengangguk ringan. “Kartu itu memang untuk kamu. Gunakan saja kapanpun kamu butuh.” “Tapi…” Kiara

Kedatangan Kiara pagi itu langsung menjadi pusat perhatian. Sorot mata para mahasiswa mengikuti setiap langkahnya begitu ia turun dari mobil. Berita tentang skorsing dirinya sudah lebih dulu menyebar, membuat banyak orang merasa heran dengan kehadirannya dan mereka juga menanti drama baru yang akan dimulai.Namun Kiara tetap berjalan dengan langkah santai dan kepala tegak. Tak ada sedikitpun rasa bersalah di wajahnya karena dia tahu, dia tidak melakukan kesalahan apa pun.“Kiara!”Suara familiar memanggilnya. Kiara menoleh dan langsung tersenyum lebar melihat Wulan berjalan cepat ke arahnya.“Gimana, semalam jadi buat ponakan?” bisik Wulan nakal, sambil menyikut lengan Kiara.Kiara langsung memberi pukulan pelan ke lengan sahabatnya itu. “Makin lama makin gila kamu, ya!” gerutunya, membuat Wulan terkekeh geli.Keduanya berjalan berdampingan menuju kelas, berbincang ringan seolah tak ada beban. Namun langkah mereka terhenti begitu Claudia dan Aurel berdiri men

“Apa kamu nyaman menggunakan gaun itu?” tanya Lucas pelan saat mereka duduk berdampingan di dalam mobil yang melaju pelan menuju rumah utama keluarga Alisher. “Nyaman, aku suka,” jawab Kiara dengan jujur, senyum kecil mengembang di bibirnya. Lucas hanya mengangguk tipis, tapi Kiara menangkap senyum samar di wajah suaminya itu. Meski tak diucapkan, Kiara tahu Lucas senang mendengarnya. Tak lama kemudian, mobil berhenti di halaman luas rumah utama keluarga Alisher. Aura megah dan tekanan yang menyertainya membuat dada Kiara terasa sesak. Begitu Bobby membuka pintu mobil, Kiara menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah turun bersama Lucas. Mereka berjalan beriringan, tangan mereka saling menggenggam erat. Meski Kiara yang menuntun arah, dia merasa justru Lucas-lah yang sedang memberinya kekuatan lewat genggaman itu. Namun kenyamanan itu segera runtuh ketika mereka memasuki rumah.