Langkah berat terdengar menghantam lantai marmer koridor panjang.Aura dingin yang selalu menyertai Xavier Anderson kini semakin pekat, nyaris membuat udara di sekitarnya ikut menegang.Dua bodyguard yang berjaga di depan ruangan hanya sempat menunduk sebelum pintu didorong terbuka dengan kasar.Ben, yang sejak tadi duduk di sofa dengan lengan diperban, sontak berdiri tegak.Tubuhnya masih terasa nyeri, namun rasa hormat bercampur gugup membuatnya memaksa diri untuk berdiri sempurna.Xavier menatapnya lurus—mata hitamnya menusuk, penuh wibawa dan dingin sekaligus. Tidak ada senyum, tidak ada basa-basi. Hanya tatapan tajam yang membuat Ben nyaris kehilangan kata.“Ben.” ucap Xavier dengan nada dalam dan berat, seperti guruh yang tertahan.“Ya, Tuan.” Ben menunduk cepat.Xavier maju mendekat dan berdiri tepat di depannya.Sesaat dia hanya menatap, seakan menilai seluruh jiwa lelaki muda itu.Kemudian dia berkata, “Aku datang untuk mengucapkan terima kasih padamu.”Ben mengangkat wajahny
Dernière mise à jour : 2025-09-01 Read More