Semua Bab Berondong Perkasa: Bab 71 - Bab 80

Setelah pesawat yang ditumpangi Patra mendarat di Bandara Juanda, dia menjalani kembali kehidupannya yang penuh kendali. Para pengawal menjemputnya dengan mobil pribadi untuk kembali ke kediaman Halim.  Ponselnya berbunyi notifikasi pesan, Patra merogoh saku jasnya dan membuka layar gadget mahal itu. Senyuman terkembang di sudut bibirnya. Deana mengiriminya foto dari hasil jepretan fotografer sesi pemotretan sore ini. Dia pun membalas segera, 'Cakep banget cewekku ya. Bikin kangen terus, Miss D!' Di ujung koneksi jalur pribadi itu Deana mengirimkan emoticon love triple. 'Sabar ya, Mas Sayang. We'll meet soon in Bali!' ketiknya. 'Hmm ... worth to wait, Cantik!' balas Patra sebelum menyimpan kembali ponselnya di saku dalam jas. Perjalanan darat itu mencapai tujuan dan Patra pun segera turun dari mobil. Dia melangkah masuk ke dalam ruang tengah di mana Pak Rudiawan Halim sedang duduk membaca majala

"Halo, Tia. Aku sudah hampir sampai di rumah kamu nih. Sudah siap 'kan?" ucap Patra di telepon menggunakan wireless earphone di telinga kirinya. Dia menyetir mobil sendiri untuk menjemput Tatiana berkencan.  Memang itu atas desakan orang tuanya, Patra harus berpura-pura dirinya melakukan dengan senang hati. Malam ini akan jadi sebuah tantangan akting untuk dirinya, dia harus bisa mendapatkan hati Tatiana. "Halo, Mas Patra. Iya, aku tunggu di teras depan kok!" jawab Tatiana lalu dia melambaikan tangan dari kejauhan. Dia telah melihat mobil Porsche merah metalik milik Patra memasuki gerbang kediaman Cakra Atmaja. Patra memarkir mobil di halaman depan teras lalu turun untuk menjemput Tatiana. Dia membukakan pintu mobil untuk wanita yang malam itu mengenakan mini dress biru laut tanpa lengan, begitu sexy menantang. "Cantik banget kamu malam ini, Tia!" puji Patra. Dia memang menilai obyektif penampil

"Uung!" gumam Tatiana yang hilang kesadaran akibat mabuk berat. Dia tidak menolak saat Patra melucuti gaun biru pendeknya. Pria buaya darat itu menelan ludah dengan kasar sembari memandangi tubuh molek Tatiana yang tak lagi tertutupi sehelai benang pun. "Tia, apa kamu dengar suaraku?" tanya Patra sambil meremas bulatan mengkal di area dada wanita berkulit seputih susu itu. Tak ada respon selain desahan pelan yang nyaris tidak terdengar. Maka Patra pun segera melepas semua pakaiannya dan melemparkan sekenanya ke atas lantai kamar club. Ranjang berderit kencang ketika Patra naik ke atasnya lalu menindih tubuh Tatiana yang lembab oleh keringat dingin. Meskipun tak ada perasaan cinta, tetapi batang berurat milik Patra bisa menegang penuh melihat wanita yang biasa berlidah tajam kepadanya itu dalam kondisi pasrah tak berdaya. "Kamu cantik dan menarik, Tia. Hanya saja sikapmu itu aku sangat tidak suka. Sok

"Non ... Non Tia!" Bik Arum yang membawakan nampan sarapan pagi untuk nona mudanya mengetok-ngetok pintu kamar sangat lama. Akhirnya, wanita paruh baya itu menekan gagang pintu yang tak dikunci. Dia masuk lalu meletakkan nampan berisi makanan ke meja kayu bundar di dekat jendela kamar luas berinterior mewah itu. Bik Arum menghampiri pintu kamar mandi lalu mengetoknya seraya berseru, "Saya taruh sarapan di meja, Non!" Tak ada jawaban sama sekali, hanya suara deras air shower yang konstan. Sedikit nekad, Bik Arum membuka pintu kamar mandi. Dia terkesiap ketika melihat siluet Tatiana terbaring di lantai shower box.  Pelayan rumah keluarga Cakra Atmaja itu segera menghampiri shower box dan membuka pintu kaca berlapis embun. "Non, Non Tia pingsan?!" teriaknya seraya menepuk-nepuk wajah pucat seperti kapas itu. Tanpa menunggu lagi, Bik Arum mematikan keran air shower lalu menggendong nona mudanya sekuat tenaga setengah me

"LIA?!" seru Danny ketika melihat istrinya jatuh ke lantai lantaran mencoba melerai perkelahiannya dengan Patra. Tina dan Yayuk bergegas menolong majikan mereka dengan mengangkat Camelia lalu membantunya duduk di kursi.  "Mas Danny, bawa Mbak Lia ke rumah sakit deh cepetan. Takut kandungannya kenapa-kenapa!" ujar Tina panik. Dia ikut merasa nyeri melihat darah segar menetes-netes dari balik tepian gaun selutut wanita itu. Danny melemparkan tatapan membunuh ke Patra. "Lihat akibat perbuatan lo?! Lia ini sedang hamil malahan lo dorong tadi!" teriaknya penuh emosi. Sementara itu Patra melengos seolah-olah tak merasa bersalah sama sekali. "Kalau lo mau ceraiin Lia karena dia kehilangan janinnya, gue malah dengan senang hati menerima kembali dia kok!" jawab Patra bersedekap sembari tertawa sinis. Yayuk melirik tajam pria angkuh itu dan merutuki Patra sambil sibuk merapikan toko k