Melihat sosok David yang belum pernah kulihat seperti ini, aku langsung terpaku di tempat. Kemudian, aku langsung bersujud di lantai, nyaris memohon padanya,“Mia demam tinggi, aku butuh obat penurun demam!”Namun, wajahnya sama sekali tak menunjukkan emosi, seolah semua ini tak ada hubungan dengannya.“Itu bukan urusanku.”David benar-benar tak peduli dengan permohonanku. Penderitaan dan keputusasaanku seperti tak terlihat olehnya.Aku tak percaya, itu kalimat yang keluar dari mulutnya.Di luar, hujan masih mengetuk-ngetuk jendela, seperti memukul dadaku dengan keras, menimbulkan gelombang kecemasan yang tak berhenti.Sangking putus asanya, suaraku sampai bergetar menahan tangis. Aku nekat mengungkit kenangan semalam, berharap dia mau membantu.“David, tolong… anggap saja demi diriku, berikan sedikit obat untuk Mia, ya? Dia nggak boleh terus dibiarkan begini.”Aku merendah sedalam-dalamnya, tapi tetap saja tak ada belas kasihan dari dirinya.Dengan pandangan meremehkan, dia menatapku
Baca selengkapnya