Share

Bab 2

Penulis: Kelinci
Entah sudah berapa lama waktu berlalu, sampai akhirnya teriakan nyaring dari Mia menembus dinding dan menyadarkanku dari lamunan.

Wajahku langsung memanas, bukan hanya karena menguping, tapi juga karena lamunan liar yang tiba-tiba muncul dan membangkitkan hasrat yang sudah lama kupendam.

Dibandingkan dengan siksaan fisik, justru pikiranku sendiri yang membuatku merasa malu dan terpuruk.

Beberapa menit kemudian, Mia keluar dari kamar, mengenakan kaus pria yang panjangnya hanya sampai paha. Jelas terlihat tak memakai pakaian dalam. Sambil mengusap pipinya, dia berjalan keluar dengan posisi tubuh yang agak aneh.

“Ibu, kok kamu di sini?”

“Harusnya aku yang bertanya padamu.”

Aku mengambil celana dalam renda warna merah muda dari pojok sofa dan menyodorkan ke tangannya, “Cepat pakai ini.”

Tiba-tiba, lelaki muda bertubuh kekar keluar dari kamar. Dia hanya mengenakan celana dalam dan bentuknya yang menonjol jelas terlihat, susah untuk diabaikan.

Tubuhnya sangat tinggi, lengannya bahkan hampir sebesar pinggangku. Saat berdiri di depanku, dia tampak seperti menara hitam yang menjulang.

Aku bahkan harus mendongak untuk berbicara padanya, “Aku nggak peduli apapun cara yang kamu pakai untuk memikat Mia, tapi aku nggak setuju kalian berpacaran.”

“Ibu! Kok kamu gitu sih?!”

Mendengar ucapanku, Mia langsung kesal, “Aku dan Dennis itu saling mencintai, aku mau tinggal serumah dengannya.”

Dennis sama sekali tak menganggap aku ada. Dia duduk di sofa seberang, lalu dengan santainya merentangkan tangan dan menarik Mia ke pangkuannya, langsung meremas bokongnya tanpa sungkan.

“Aku nggak pernah menggoda Mia, semua yang dia lakukan itu keinginannya sendiri.”

Tak lama kemudian, David juga keluar dari kamar dan ikut membujukku, “Iya, bu guru, sepertinya kamu salah paham.”

“Salah paham apanya? Salah paham kalau dia diperlakukan seperti itu oleh kalian berdua….”

Aku benar-benar tak sanggup melanjutkan kalimat itu.

Aku masih ingat jelas, David yang bilang sendiri kalau minggu lalu Mia dipermainkan oleh mereka berdua selama seharian penuh.

Padahal Mia itu penari balet, tinggi badannya hanya 160 cm dan dikelilingi dua pria setinggi 190 cm yang seperti mesin tempur begitu, tak terbayangkan bakal tersiksa seperti apa.

Memikirkan hal itu, aku langsung menarik Mia turun dari tubuh Dennis, lalu bertanya pelan padanya, “Waktu melakukan itu, kalian pakai pengaman nggak?”

“Nggak….” jawab Mia yang kelihatan agak gugup saat menatapku. Lalu mulai dengan manja mengguncang lenganku, “Aduh bu, kalau kamu khawatir, kamu bisa menginap malam ini di sini.”

“Dasar kamu….”

Meski sebenarnya sangat enggan, tapi karena hari sudah malam dan Mia kelihatan rela kabur dari rumah daripada pulang, akhirnya aku dengan berat hati menyetujuinya.

Dalam hati, aku pun memutuskan, begitu masuk sekolah, Mia harus tinggal di asrama.

Setelah mandi, aku mengusir David ke kamar Dennis dan mengambil alih kamar tidurnya. Baru setelah melihat sendiri Mia benar-benar tertidur, aku melepas gaunku dan masuk ke dalam selimut.

Mungkin karena terlalu banyak guncangan hari ini, aku berbaring di ranjang yang hangat dan harum, rasa kantuk langsung menyerang. Kelopak mataku pun terasa semakin berat.

Tepat saat aku hampir terlelap dalam keadaan setengah sadar, terdengar suara ‘plak’, pintu kamar dibuka.

Lalu, tiba-tiba kasur terasa turun sedikit. Ada yang naik ke ranjang.

Aku berusaha membuka mata dan kulihat di sampingku, Dennis sedang memperlakukan Mia seperti boneka mainan.

Tak butuh waktu lama, Mia langsung larut dalam suasana dan mengeluarkan suara manja, sambil mengangkat bokongnya ke belakang, “Hei… kamu terus curi-curi pandang ke ibuku, kamu mau tidur juga dengannya?”

Dennis mencengkeram rambut Mia dengan kuat, bergerak membabi buta sampai seluruh ranjang bergetar hebat.

“Pinggang ibumu ramping sekali, pantatnya juga besar, mana ada pria yang nggak mau?”

Mia mendongak, kedua tangannya meraba-raba lalu mencengkeram sprei erat-erat. Suaranya mulai tak jelas, “Kalau begitu bakal kukuras habis tenagamu. Biar kamu… nggak sempat lagi memikirkan perempuan lain.”

Tiba-tiba, David mendekati Mia dan menyodorkan dua jarinya ke mulut Mia, lalu menggerak-gerakannya.

“Suaramu kuat sekali.”

“Cepat… tutup mulutku.”

Aku menggigit kuat bibir bawahku.

Meskipun aku sudah menduganya sejak awal, saat benar-benar melihat pemandangan ini, wajahku tetap memerah karena gugup dan malu.

Yang membuat jantungku berdebar lebih kencang adalah setelah Mia terkulai lemas di atas ranjang, David dan Dennis bukannya pergi, mereka malah saling menepuk tangan, lalu mengambil sebotol cairan bening dari laci nakas dan bergerak mendekatiku dari dua arah.

Tubuhku langsung gemetar hebat. Apa yang ingin mereka lakukan padaku?

Barulah aku teringat bahwa ada tulisan pelumas di botol bening itu. Mereka ingin memperkosaku?!

Aku menenggelamkan wajahku ke dalam bantal, seluruh tubuhku terasa panas. Di tengah rasa malu yang membakar, muncul pula sensasi aneh yang menggoda. Bahkan di antara kedua kakiku, ada rasa gatal yang sulit dijelaskan. Di kepalaku, sebuah pertanyaan terus berputar, “Haruskah aku melawan?”

Namun tak lama kemudian, aku tak perlu bingung lagi, karena pria di belakangku sudah langsung menarik celana dalamku….
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Lolos Dari Neraka   Bab 7

    Mia tak bisa menahan rasa takutnya dan menjerit keras.Teriakannya menembus kekacauan yang sedang terjadi.“Jangan pukul ibuku!”Teriak Mia sambil menangis saat melihatku bertarung melawan Dennis.Meski tenaganya kecil, dia tetap memberanikan diri dan menggigit lengan Dennis dengan keras.Namun, tentu saja tubuh kecilnya bukanlah tandingan Dennis. Sekali kibasan, tubuhnya langsung terhempas ke lantai.Melihat putriku jatuh, naluri keibuanku benar-benar meledak.Aku berteriak marah dan nekat menerjang Dennis seperti orang gila, sambil berteriak ke arah mereka, “Cepat pergi!”Sebuah pukulan keras dari Dennis membuatku terjatuh ke lantai dan tinju-tinjunya menerpa tubuhku tanpa ampun.Setiap pukulan membawa rasa sakit luar biasa. Tulang-tulangku terasa menjerit, otot-ototku gemetar dan setiap napas bagai sayatan.Dengan susah payah, aku membuka mata, samar-samar kulihat dua sosok kecil berlari menjauh. Saat itu juga, hatiku sedikit tenang.Asal mereka selamat, itu sudah cukup.Begitu mer

  • Lolos Dari Neraka   Bab 6

    Tak lama kemudian, kesempatan pun datang.Sekarang saatnya!Aku mengepalkan tangan, mengambil jepit rambut tajam yang sejak tadi kusimpan dibawah tubuhku, lalu mengarahkan seluruh tenagaku untuk menusuk matanya.Teriakan menyayat dari mulut David langsung pecah memenuhi ruangan. Dia berguling-guling di lantai sambil memegangi matanya.Mumpung dia kesakitan dan kehilangan akal, aku dengan sigap meraih gantungan kunci di pinggang celananya dan berlari ke arah pintu.Kedua gadis kecil di belakangku sempat terkejut melihat pemandangan yang mengerikan itu. Mata mereka terbelalak, wajahnya membeku dalam ekspresi ketakutan.Tanganku gemetar saat mencoba membuka pintu. Beberapa kali kunci tak pas dengan lubangnya karena aku terlalu panik. Aku menahan napas dan mencoba fokus.“Aaarghh! Mataku!”David masih berteriak kesakitan di belakangku. Aku takut suara teriakannya bakal menarik perhatian Dennis. Aku pun memaksa diri untuk tetap tenang.Klik! Akhirnya terdengar suara kunci terbuka. Aku langs

  • Lolos Dari Neraka   Bab 5

    Aku dan Mia saling berpelukan erat, tak tahu sampai kapan hidup dalam kurungan ini akan berakhir.Setiap kali malam tiba, seluruh ruang bawah tanah ini akan gelap gulita, bahkan sampai tak bisa melihat jari sendiri.Di tempat yang dingin dan lembap ini, aku dan putriku terjebak dan waktu seolah berjalan sangat lambat.Namun, seiring berjalannya hari, kami mulai terbiasa dengan gelap dan lembapnya tempat ini.Namun, keinginan untuk kabur justru semakin hari semakin kuat.Aku harus membawa Mia keluar dari neraka ini.Setiap kali datang memberi kami makan, hanya satu dari mereka yang muncul, entah itu David atau Dennis. Biasanya mereka hanya datang setiap tiga hari sekali.Dua hari sisanya, saat mereka tidak muncul, itulah satu-satunya kesempatan kami untuk melarikan diri.Aku mulai mengamati dinding dan lantai dengan seksama, mencari celah atau tempat tersembunyi yang mungkin bisa jadi jalan keluar.Namun, setelah menelusuri sekeliling, hasilnya nihil.Tempat ini hanyalah ruang bawah tan

  • Lolos Dari Neraka   Bab 4

    Melihat sosok David yang belum pernah kulihat seperti ini, aku langsung terpaku di tempat. Kemudian, aku langsung bersujud di lantai, nyaris memohon padanya,“Mia demam tinggi, aku butuh obat penurun demam!”Namun, wajahnya sama sekali tak menunjukkan emosi, seolah semua ini tak ada hubungan dengannya.“Itu bukan urusanku.”David benar-benar tak peduli dengan permohonanku. Penderitaan dan keputusasaanku seperti tak terlihat olehnya.Aku tak percaya, itu kalimat yang keluar dari mulutnya.Di luar, hujan masih mengetuk-ngetuk jendela, seperti memukul dadaku dengan keras, menimbulkan gelombang kecemasan yang tak berhenti.Sangking putus asanya, suaraku sampai bergetar menahan tangis. Aku nekat mengungkit kenangan semalam, berharap dia mau membantu.“David, tolong… anggap saja demi diriku, berikan sedikit obat untuk Mia, ya? Dia nggak boleh terus dibiarkan begini.”Aku merendah sedalam-dalamnya, tapi tetap saja tak ada belas kasihan dari dirinya.Dengan pandangan meremehkan, dia menatapku

  • Lolos Dari Neraka   Bab 3

    Melihat keadaan yang semakin tak terkendali, rasa panik terus-menerus membanjiri hatiku, “Awas!”Dalam kepanikan, aku berteriak sekuat tenaga, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman mereka.Namun, diriku mana mungkin bisa melawan dua pria dewasa. Baru saja hendak melawan, tanganku sudah langsung ditahan erat, sama sekali tak bisa bergerak.Kedua tanganku mencengkeram sprei sekuat tenaga, ujung jariku sampai memutih karena terlalu keras mencengkeram. Setiap otot tubuhku berusaha melawan, tapi aku tahu betul, semua itu sia-sia.Perlahan, harapanku pun larut dan benar-benar putus asa.Di tengah pandangan yang kabur, akhirnya aku kehilangan kesadaran sepenuhnya.Aku terbangun karena rasa dingin yang begitu menusuk. Begitu membuka mata, hanya ada sedikit cahaya yang masuk dari celah di atas kepala, cukup untuk menerangi sedikit area di sekitar kami.Cahaya itu bagaikan benang tipis, samar-samar menyinari dinding dan lantai.Udara penuh dengan kelembapan, dinding, serta lantainya dilapisi

  • Lolos Dari Neraka   Bab 2

    Entah sudah berapa lama waktu berlalu, sampai akhirnya teriakan nyaring dari Mia menembus dinding dan menyadarkanku dari lamunan.Wajahku langsung memanas, bukan hanya karena menguping, tapi juga karena lamunan liar yang tiba-tiba muncul dan membangkitkan hasrat yang sudah lama kupendam.Dibandingkan dengan siksaan fisik, justru pikiranku sendiri yang membuatku merasa malu dan terpuruk.Beberapa menit kemudian, Mia keluar dari kamar, mengenakan kaus pria yang panjangnya hanya sampai paha. Jelas terlihat tak memakai pakaian dalam. Sambil mengusap pipinya, dia berjalan keluar dengan posisi tubuh yang agak aneh.“Ibu, kok kamu di sini?”“Harusnya aku yang bertanya padamu.”Aku mengambil celana dalam renda warna merah muda dari pojok sofa dan menyodorkan ke tangannya, “Cepat pakai ini.”Tiba-tiba, lelaki muda bertubuh kekar keluar dari kamar. Dia hanya mengenakan celana dalam dan bentuknya yang menonjol jelas terlihat, susah untuk diabaikan.Tubuhnya sangat tinggi, lengannya bahkan hampir

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status