All Chapters of Kenikmatan dalam Luka: Chapter 101 - Chapter 110

"Bagaimana mungkin dia setuju begitu saja?" Elian memekik dengan mata melotot."Seperti yang Ariana katakan, dia tidak terlalu curiga padaku," balas Sebastian dengan kedua bahu terangkat. "Tapi, tentu saja tidak semudah itu juga. Dominique memintaku untuk memata-mataimu.Sebelah alis Ariana terangkat mendengar ucapan lelaki di depannya. Dia bahkan sampai mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dia kerjakan. Kebetulan, Sebastian memang datang membawa berita saat jam kantor."Dia mau kau mengawasiku?" tanya Ariana disertai dengan dengusan keras. "Apa dia tidak punya uang untuk membayar seseorang?""Aku dibayar loh. Dengan sangat mahal," jawab Sebastian dengan senyum lebar. "Karena itu, ayo kita buat strategi agar apa yang kita rencanakan tidak terbongkar.""Kau sepertinya melupakan satu hal," balas Ariana ikut tersenyum lebar pada tamunya."Lupa apa?""Misalnya saja nanti Dominique ditangkap dengan tuduhan apa pun itu, dana yang menguncur dari rekeningnya juga pasti aka

"Aku senang ayahmu mau pindah, tapi apakah ini tidak terlalu buru-buru atau mungkin ada yang memaksa?" tanya Ariana yang sedang menatap beberapa orang lalu lalang untuk mengurusi paviliun belakang. "Sayangnya, aku bukan pengambil keputusan," balas Bastian mengedikkan bahu dengan cukup santai. "Ayahmu yang memberi perintah dan ayahku yang meminta paviliun belakang." "Alaric Crawford memang sangat tidak sabar. Itu termasuk pemaksaan." Ariana hanya bisa menggeleng pelan, kemudian beranjak pergi. "Daddy Landon sudah tidur kan?" "Ya." Bastian mengangguk pelan. "Sudah cukup malam saat kami sampai, jadi tentu saja dia sudah tidur. Aku harap, dia tidak terbangun karena para ART sibuk lalu lalang mengatur beberapa hal." "Kita juga harus tidur sekarang kan?" Ariana bertanya tanpa menoleh pada sang suami dan terus melangkah naik tangga. "Besok pagi kita sudah harus berangkat." "Tapi apa aku harus ikut?" tanya Bastian dengan kening berkerut, berjalan sejajar dengan sang istri. "Aku kan k

"Dia masih tidak mau." Elian masuk ke dalam ruang makan, sambil menggeleng pelan. "Gaston ini benar-benar keras kepala." Ariana hanya bisa memijat keningnya, karena sakit kepala. Padahal dia sudah memberikan tawaran yang sangat bagus, tapi ternyata negosiasi masih gagal total. "Ini sepertinya sulit." Sebastian yang sudah sejak tadi duduk sambil makan, meletakkan sendoknya. "Apa kau tidak lihat wajah takutnya sebelum kita keluar ruangan?" "Awalnya saja dia terlihat tenang saat membicarakan Dominique, tapi makin lama dia makin panik. Mungkin, saat awal tadi dia masih terpengaruh dengan alkohol," lanjut Bastian, bahkan dia sampai mengangguk. "Jadi kita harus bagaimana?" Elian kembali bersuara. "Tidak mungkin kita membiarkan dia juga kan?" "Gaston tidak boleh keluar dari tempat ini," putus Ariana sambil menyugar rambut panjangnya secara asal. "Setidaknya, sampai kasus Dominique selesai. Di luar jelas tidak aman." "Tapi, bagaimana dia pada akhirnya bisa lolos dari Dominique y

"Dia mengalami keracunan alkohol." Itulah yang diucapkan dokter, ketika sudah selesai memeriksa Gaston. "Tapi untuk saat ini, dia akan baik-baik saja."Ariana mengembuskan napas lega ketika mendengar apa yang diucapkan sang dokter. Padahal tadi dia juga sudah hampir pingsan, karena Gaston yang sempat terbangun enggan untuk dibawa ke rumah sakit."Kita harus bersyukur Crawford punya dokter pribadi di mana pun kalian berada," ucap Sebastian ikut terlihat lega, setelah tidak ada lagi dokter, perawat atau asisten rumah tangga di kamar."Lebih tepatnya, kita harus bersyukur karena setiap rumah Crawford ada beberapa peralatan medis," koreksi Elian sambil mengangguk pelan. "Tapi sekarang bukan saatnya kita menyombong bukan?" Bastian ikut bersuara. "Kita jelas harus melakukan sesuatu, karena rasanya aneh saja.""Apanya yang aneh?" Sebastian yang bertanya."Gaston yang punya terlalu banyak stok alkohol di kamarnya," jawab Ariana yang kini melirik lelaki yang dia sebut namanya dan sedan

"Menteri M diketahui melakukan tindak pemalsuan dokumen dan pencucian uang?" gumam Dominique dengan kening berkerut, sambil membaca berita yang ada di ponselnya."Itu adalah salah satu menteri yang berhubungan dengan galeri kita." Ravel memberi tahu. "Katanya, entah bagaimana laporan keuangan kementerian tiba-tiba saja diperiksa dan ditemukan kejanggalan.""Akhirnya si menteri ini ikut diperiksa harta pribadinya dan tentu saja itu berarti salah satu galeri kita mungkin akan ditemukan," lanjut Ravel dengan tenang. "Biar bagaimana, kita bertransaksi pakai rekening pribadi pak menteri.""Galeri kita katamu?" tanya Dominique dengan mata melotot. "Apa kau yang membangun tempat itu dengan darah dan uangmu sendiri?""Maaf, maksudku adalah galerimu, Master." Ravel dengan cepat mengoreksi. "Tentu saja semua tempat itu dibangun dengan kerja kerasmu.""Tentu saja, tapi aku mau membiarkan saja tikus bodoh ini." Dominique melempar ponselnya ke atas meja, sebelum beranjak dari sofa tempatnya