All Chapters of Kenikmatan dalam Luka: Chapter 111 - Chapter 120

"Ari, aku rasa ini tidak benar." Bastian masih memohon, bahkan saat sang istri sudah berjalan menjauhi mobil. "Mungkin kita bisa pulang saja." "Bastian Jackson," panggil Ariana yang membuat sang suami langsung mematung. "Apa kau sekarang mau membantah?" "Tentu saja aku tidak akan membantah, tapi hanya memberi saran saja. Bagiku, ini sangat tidak bijak," jawab Bastian dengan pelan. "Sayangnya, bagiku ini jalan yang benar." Ariana malah tidak peduli dengan apa yang diucapkan sang suami. "Aku mau melihat perempuan gila itu cemburu padaku." "Cemburu bukan hal yang bagus." Bastian mengejar sang istri, masih sambil menasihati. "Pasangan yang saling cemburu saja bisa berakhir celaka, apalagi kau berhadapan dengan orang gila." "Orang gila adalah sebutan yang bagus, tapi aku tetap mau melakukan ini." Ariana mengembuskan napas keras, di depan pintu berwarna hitam dengan ketukan berbentuk singa. Tangan Ariana baru saja terulur ingin mengetuk, ketika pintu itu tiba-tiba saja membuka. D

"Hello, apa ada orang di dalam?" teriak Sebastian sambil mengetuk sebuah pintu berwarna merah dengan kuat. "Ini sudah pagi, jadi kalian sudah harus check out." "Mau coba aku bantu, Sir?" tanya Hugo yang sejak tadi memang berdiri di belakang sang pemilik gedung dan usaha. Tanpa banyak bicara, Sebastian melangkah mundur. Mempersilakan Hugo yang punya badan lebih besar untuk maju dan menggedor pintu dengan kepalan tangannya yang besar dan kuat. Menggedor, bukan mengetuk pelan. "Aku akan mendobrak pintu, kalau kalian berdua tidak mau keluar," teriak Hugo dengan cukup keras, membuat beberapa orang petugas kebersihan yang lewat menoleh. Hugo harus mengulang untuk berteriak sebanyak dua kali, sebelum akhirnya pintu yang dia gedor terbuka tiba-tiba. Hal yang membuat kepalan tangannya nyaris saja menghantam kepala Bastian yang membuka pintu. "Wow," pekik Bastian langsung menghindar ketika melihat ada kepalan tangan yang mengayun ke arahnya. "Santai saja Bung." "Itu bukan sesuatu yan

"Apa Mr. Jackson sudah bisa dimintai keterangan?" tanya seorang petugas polisi dengan cukup ramah. "Pak, apa kau sudah buta?" tanya Ariana dengan mata melotot. "Suamiku masih terbaring tak sadarkan diri dan lagi pula, masih ada aku di sini. Aku juga korban." "Tentu saja Ma'am." Si polisi muda yang bertugas, hanya bisa tersenyum masam. "Kalau begitu, cepat duduk di sana dan kau bisa mulai bertanya apa pun itu." Ariana menunjuk sofa kosong yang ada di depannya. Sudah dua hari sejak Bastian selesai menjalani operasi dan sekarang sudah dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar. Mereka sebenarnya baru saja tiba di rumah sakit itu, tapi polisi sudah datang untuk meminta keterangan. Lalu sebagai tambahan, tentu saja Bastian mendapatkan kamar paling bagus. Ruangan itu sangat besar dan punya fasilitas layaknya hotel berbintang lima yang mahal. Bukan hanya kamar dan ranjang untuk penjaga, ada juga sofa untuk menerima tamu dan meja kerja. "Jadi Miss Cra ...." "Mrs. Jackson," poto

"Mungkin kau hanya salah lihat saja, Say ....""Aku tidak salah lihat, Mom." Ariana langsung memotong kalimat sang ibu dengan mata melotot. "Memang ruangannya sudah agak gelap karena hanya ada lampu tidur yang menyala, tapi aku yakin."Kedua mata Anna berkedip pelan. Dia ingin sekali mengatakan pada Ariana kalau mungkin putrinya itu salah lihat, tapi rasanya tidak tega juga. Apalagi, dokter yang barusan memeriksa mengatakan keadaan Bastian sudah sedikit lebih baik."Dokter tadi memang bilang dia sudah sedikit lebih baik." Anna mencoba menjelaskan, dan menekankan kata 'sedikit.' "Tapi bukan berarti Bastian bisa segera sadar kan?""Sayang, Bastian itu anak yang tangguh. Mom tahu itu karena sudah mengenal dia sejak kecil, tapi dia mungkin butuh istirahat juga kan? Biar bagaimana, Bastian sudah melewati banyak hal."Embusan napas Ariana terdengar jelas. Padahal dia pikir kedatangan sang ibu ke rumah sakit di pagi hari yang cerah itu, akan membuat dirinya lebih baik. Tapi, sepertinya

"Senang melihatmu sudah sadar, Bas. Tapi sorry, aku datang untuk membahas hal yang lebih penting." Sebastian baru saja datang, tidak lama setelah Elian membawa berita kurang mengenakkan.Elian memang bilang ada perkembangan kasus Dominique, tapi kasus itu berkembang ke arah yang kurang baik. Baru satu hari sejak kedatangan polisi, tapi katanya kasus itu sudah mau ditutup dengan perjanjian damai saja."Sialan sekali, ular gila itu." Ariana tentu saja tidak segan untuk mengumpat. "Bisa-bisanya dia menawarkan damai padaku.""Karena itu aku datang." Sebastian mengeluarkan amplop. "Kemarin dia berbuat ulah dan sekarang sedang mengajukan damai juga pada korban."Alaric adalah orang pertama yang mengambil amplop. Itu berisi beberapa lembar foto yang diambil dari potongan CCTV. Terlihat jelas sekali kalau Dominique sedang memukul seseorang."Itu terjadi di dekat minimarket yang ada di belakang gedung parkir klub." Sebastian menjelaskan. "Aku juga tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya,