Lahat ng Kabanata ng HASRAT PANAS SANG MAFIA: Kabanata 71 - Kabanata 80

Zane memperhatikan Ava yang sedang tertidur. Wanita itu benar-benar tampak seperti malaikat saat berbaring telanjang dalam pelukannya, dengan rambut tergerai ke segala arah dan ekspresi damai di wajahnya. Ia menyukai saat-saat seperti ini, ketika ia bisa bersantai dan melepaskan semua topeng yang ia kenakan serta semua kepura-puraan.Ia diizinkan untuk memuja malaikatnya tanpa batas. Zane berusaha untuk tidak terlalu sering menikmati momen seperti ini. Ia merasa bahwa setiap kali melakukannya, pikiran untuk melepaskan Ava terasa semakin menyakitkan. Namun malam ini, ia membutuhkannya. Ia perlu tahu bahwa Ava aman.Zane bermain-main dengan pikiran untuk menahan Ava di sisinya selamanya. Ia bisa menjaganya tetap aman, ia bisa memastikan Ava memiliki semua yang pernah diinginkannya. Namun, Ava pantas mendapatkan lebih. Ia pantas bersama seseorang yang ia cintai, pantas untuk bahagia. Jika ia tidak sebajingan ini, ia pasti sudah melepaskannya sejak lama. Tetapi ia ingin menahannya, hanya

Ava duduk di kursi belakang mobil dan nyaris tidak bisa membuka matanya. Tadi malam, ia tidak banyak tidur. Namun, Ava tidak akan menukarnya dengan semua waktu tidur di dunia. Momen-momen yang ia dan Zane lalui setelah Zane membereskan James begitu mendalam, dengan cara yang belum pernah Ava alami, atau bayangkan akan ia rasakan bersama seseorang. Rasanya seperti mereka telah terhubung dan menjalin sebuah ikatan. Ava tidak ingin membohongi dirinya sendiri dengan berpikir bahwa itu adalah cinta. Itu hanyalah angan-angannya. Tapi itu jelas merupakan persahabatan yang kuat."Anda baik-baik saja, Nona A?" tanya Ryder dari kursi depan."Aku baik-baik saja, Ryder. Hanya sedikit lelah," katanya."Apa si bos membuatmu tidak bisa tidur?" tanya Carlos."Carlos! Fokus saja menyetir, Bung." Ava mendengus. Kedua pria itu tertawa dan menatapnya melalui kaca spion."Aku tadinya mau menyarankan Anda tidur sebentar, tapi kita akan sampai dalam dua menit lagi," kata Ryder kemudian."Aku akan baik-baik

Ava menelan ludah dengan susah payah sebelum mencoba memberinya senyum polos."Tidak ada apa-apa," katanya."Tidak ada apa-apa? Itu terlihat seperti celana dalam." Zane memberitahunya, berjalan santai menuju tempat tidur. Ava meletakkan ponselnya di meja nakas."Ini bukan benar-benar celana dalam," dia mencoba membantah sambil mengawasinya."Apa kau berbohong padaku, sayang?""Tidak, aku janji Zane, ini sungguh bukan celana dalam." Ava memberitahunya. Dia tahu dia akan mendapat masalah yang lebih besar jika ketahuan berbohong."Mhm. Tunjukkan padaku bagaimana ini bukan celana dalam," katanya. Ava merasakan napasnya memburu, dan dia merasakan campuran kegembiraan dan kegugupan. Dia perlahan berbalik menghadap Zane saat pria itu berdiri di sudut bawah tempat tidur. Dia menatapnya dan perlahan melebarkan kakinya.Zane memberinya tatapan terkejut, dan fokusnya bergeser saat matanya menjelajah ke bawah tubuhnya hingga ke vaginanya yang terekspos. Ava melihat gairah di mata Zane dan merasak

"Kau baik-baik saja?" tanyanya. Dia pasti menyadari ketegangan yang disebabkan oleh keraguan wanita itu."Ya.""Apa kau takut?" Gerakan jari-jarinya di pintu belakang Ava tidak berhenti, dan Ava tidak bisa menyangkal rasanya menyenangkan."Bukan takut, tapi ragu," katanya."Kau bisa berhenti kapan pun kau mau. Katakan saja dan aku akan mundur," dia mengingatkannya."Aku tahu." Ada jeda saat mereka berdua terdiam. Zane membiarkan Ava memutuskan apakah ingin lanjut atau berhenti. Ava memusatkan seluruh perhatiannya pada jari-jari Zane. Cairan itu telah menghangat, dan terasa sensual saat Zane memainkannya. Ava mendapati dirinya menggoyangkan pinggul ke belakang, ke arah tangannya, mendorongnya untuk terus melanjutkan."Gadis baik. Aku janji akan membuatmu mencapai puncak kenikmatan yang belum pernah kau rasakan," bisiknya, lalu kembali menciumi punggung Ava. Saat Ava kembali rileks, Zane mengubah posisi, jadi dia berada tepat di belakangnya. Dia mulai menggerakkan vibrator itu keluar-ma

"Kupikir aku bisa memanggil salah satu gadis yang bekerja untuk kita dan menjadikannya pengganti," Zane melanjutkan. Ava merasa dirinya menegang dan memaksa otot-ototnya untuk rileks. Kecuali pada minggu pertamanya di mansion, Ava tidak pernah curiga Zane tidur dengan orang lain. Dia terkejut betapa menyakitkan gagasan itu."Itu salah satu cara untuk mengakalinya," dia setuju begitu suaranya kembali. Dia senang suaranya terdengar hampir normal. Dia tidak punya hak untuk menuntut Zane setia padanya. Itulah alasan Zane memilikinya, agar tidak ada tuntutan seperti itu yang dibebankan padanya."Masalahnya, kurasa itu tidak akan berhasil. Johnson mungkin gila, tapi dia tahu cara membaca orang. Kau harus bisa jika ingin sukses di bidang pekerjaan kita. Dia akan tahu jika aku tidak punya ikatan apa pun dengan gadis yang bersamaku. Satu-satunya yang mungkin berhasil adalah Jasmine, tapi itu masalah pelik yang tidak kubutuhkan saat ini.""Berarti tinggal aku," kata Ava."Aku tidak suka," kata