Celeste menunduk, menekan wajahnya ke telapak tangan. “Tolong, angkat, Nadine …," bisiknya lirih dengan rasa bersalah semakin menggulung batinnya. Ia menyesal telah berterus-terang kepada Yaros, tanpa diskusi dulu dengan Nadine.Ia tahu tidak pantas menuntut apa-apa. Namun rasa kehilangan itu terlalu dalam. Sejak kepergian Nadine tadi, bayangan wanita pujaannya bergelayut di pelupuk mata. Senyumnya, suaranya, bahkan napasnya, seperti terpatri di dalam kepalanya.Di rumah pribadinya, ponsel Nadine bergetar di atas meja. Ia melihatnya sekilas. Nama “Celeste” muncul, disertai nada panggilan yang pelan, tetapi menusuk hati.Ia memejamkan mata, membiarkannya berdering hingga berhenti sendiri. Kemudian benda itu bergetar lagi. Dan lagi.Hingga akhirnya ia menekan tombol “Silent.”Air mata turun tanpa suara.“Maaf, Celeste,” bisiknya. “Aku harus berpikir jernih. Aku gak bisa terus begini.”Nadine berjalan ke dapur, menuang segelas air, lalu duduk di lantai, di antara dinginnya ubin dan bayan
Last Updated : 2025-11-12 Read more