Nadine mundur perlahan, punggungnya menabrak dinding kaca laboratorium.“Kau bukan Yaros yang kukenal,” bisiknya, suara bergetar di antara takut dan sedih.Wajah Yaros berubah, antara bingung dan tersiksa. Tangannya bergetar, seolah ia sendiri berusaha menahan sesuatu di dalam tubuhnya. “Ini masih aku, Nadine. Tapi, ada sesuatu yang lain dalam otak dan tubuhku. Semacam suara. Eh, bukan. Itu lebih seperti sebuah dorongan.”“Dorongan untuk apa?” Nadine menatapnya lekat-lekat, air mata menetes di pipinya. Ia dalam situasi terkejut sekaligus takut.“Untuk memastikan kau tidak pergi,” jawabnya lirih. “Setiap kali aku jauh darimu, jantungku berhenti berdetak. Setiap kali aku mencoba berpikir jernih, Kairos berbisik, bahwa kau milikku. Bahwa aku tidak boleh kehilanganmu lagi.”Nadine menatapnya ngeri. “Itu bukan cinta, Yaros. Itu resonansi dari sistem. Itu bukan kau.”Namun Yaros justru menunduk, napasnya berat. “Aku tidak tahu mana bagian yang masih aku. Aku merasa hidup, tapi sekaligus
Last Updated : 2025-10-28 Read more