Jaiden berbalik, dan untuk pertama kalinya sejak masuk, matanya jatuh pada Juliete. Wanita itu terduduk di tepi sofa, wajahnya pucat, tubuhnya bergetar hebat, napasnya tersengal. Mata hazelnya berusaha tetap fokus, meski jelas sekali ia sedang berperang melawan pengaruh obat yang menjalar di darahnya. Jaiden mendekat, berjongkok di hadapannya. “Juliete…” suaranya lebih lembut, namun tetap tegang. “Aku di sini. Lihat aku.” Jemarinya terulur, menyentuh dagu Juliete, memaksa wanita itu menatap langsung ke matanya. Dan di sana, meski samar, Juliete menemukan satu hal yang menahan dirinya dari kehancuran—ketegasan, amarah, dan kepemilikan mutlak Jaiden. Jaiden menunduk, menatap wajah pucat Juliete yang nyaris tanpa tenaga. Keringat dingin membasahi pelipis dan lehernya, membuat dada Jaiden sesak oleh rasa bersalah sekaligus amarah. Ia tidak sanggup membiarkan gadis itu tergeletak begitu saja. Dengan sekali gerakan, tubuh Juliete terangkat ke dalam gendongannya. “Benjamin, siapkan m
Terakhir Diperbarui : 2025-08-22 Baca selengkapnya