Semua Bab Kontrak Nikah: Istri Pengganti Sang Presdir : Bab 121 - Bab 130

Larisa menatap nanar Dave, wanita bertubuh seksi itu berjalan menghampiri lelaki tampan dengan gerakan yang begitu sensual, berbalutkan lingerie hitam belahan dada rendah, terlihat jelas kedua bendanya menonjol sengaja menarik perhatian lelaki idamannya saat ini. "Tidak tahu malu kata mu mas? Untuk pria setampan dan segagah kamu aku rela," Bisik Larisa genit, seraya membelai paras rupawan Dave, yang mengunggah hasratnya. Dave membidik tajam, dia meraih dan menghentikan tangan Larisa dan mencengkram nya dengan erat. "Sayangnya, aku tidak tertarik lagi dengan wanita seperti mu," Balas Dave menatap remeh, Larisa dari bawah kaki sampai ke ujung kepala. Seketika senyum genit di wajah Larisa menghilang, saat mendengar kata-kata Dave yang cukup menusuk hati, bak seperti belati tajam, tapi dia tidak peduli yang penting obsesinya harus tercapai. Laura yang tak sengaja melihat di atas balik dinding, saat melihat Dave dan Larisa tengah berbisik dengan jarak mereka yang begitu intim, membua

Laura meneteskan air mata bahagia, saat merasakan ciuman hangat yang begitu dalam dari Dave. Dalam lubuk hatinya bercampur aduk antara bahagia dan sedih. Karena seperti mimpi indah, yang sangat enggan untuk berakhir sulit untuk di percaya. "Sekali lagi lancang berbicara seperti itu aku tidak akan segan membuat ayah mu bangkrut lagi!"Ancam Dave perlahan melepas pagutan bibirnya. Laura tercengang, ia menjaga jarak satu langkah di antara mereka ketika mendengar perkataan Dave yang membuatnya tidak senang. "Cukup mas, tolong jangan libatkan ayah. Dia sembuh juga sudah berkat bagi ku, lagi pula aku hanya ingin memberikan mu kesempatan dulu mas sangat mencinta ka Larisa!" Laura sengaja mengingatkan Dave, karena dia ingin suaminya sendiri yang memutuskan hubungan pernikahan mereka berdua, agar dia tidak perlu repot-repot pergi melarikan diri. Namun wajah Dave malah berubah menjadi masam, setiap kali Laura menawarkan Larisa padanya. "Diam! Jangan sekali lagi membicarakan Laris

"Aaahhhh..." Suara desahan Laura terdengar nyaring, saat bibir Dave, mengigit kecil daun telinganya sampai perlahan menjelajahi leher jenjang putihnya. Tubuh seksinya menggeliat tak tahan, sampai seluruh bulu di tubuhnya meremang saat merasakan sensasi kecupan bibir Dave yang perlahan mulai membuat Laura memejamkan kedua mata. "Hentikan!" Laura memutar badan, Dave menatap tajam dengan sebelah alis yang terangkat, ketika Laura menghentikannya. "Siapa yang memberi mu kualifikasi untuk menolak ku?!" Laura menundukkan wajah, dia sedikit takut saat melihat kedua pelupuk mata Dave memicing tajam padanya, seolah menyiratkan jika pria itu marah besar karena telah merusak suasana romantis di antara mereka berdua. "A–aku, maaf aku sepertinya sangat mual," Laura sengaja menghindar, karena dia tidak mau jika sampai jatuh hati lebih dalam lagi pada pesona suaminya. Darah Dave mendidih, tentu saja dia tidak membiarkan Laura pergi begitu saja. Brak! Laura terkejut, saat ia k

"Ka Larisa?!"Laura terkejut, saat kakanya berada tepat di belakang. Membuat ia sampai tak berani untuk menatap wajahnya mengingat apa yang sudah terjadi semalam."Sepertinya kau begitu menikmati posisi yang seharusnya jadi milik ku ya?" Larisa tersenyum getir, sembari membelai leher Laura yang terlihat banyak tanda merah, bekas jejak bibir Dave semalam.Wajah Laura memucat, dia tidak mungkin juga harus berterus tentang Dave semalam yang sudah menyentuhnya. "Kaka, jangan salah paham ini hanya bekas gigitan nyamuk saja dan alergi ku saja." Larisa meraih dan mencengkram leher Laura penuh amarah, dia sama sekali tidak percaya dengan apa yang di jelaskan Laura. "Kau pikir aku percaya? Aku bukan orang bodoh Laura jelas-jelas ini adalah bekas ciuman!" Laura berusaha melepaskan tangan Larisa, saat nafasnya tercekat di tenggorokan. "Ma–maafkan aku ka, aku tidak bisa menolak, tapi percayalah aku akan segera pergi dari sini."Larisa yang sudah di bakar api cemburu, tidak menggubris perkata

"Maaf tuan, saya hanya menebak saja, seperti ngidamnya kena ke tuan juga," celetuk Rio memberanikan diri mengungkapkan pendapatnya. Dave yang tidak seperti biasanya ingin memakan makanan eskrim dingin itu segera menghabiskannya, dia lakukan semata-mata demi keinginan calon bayi-nya. Melihat sudut bibir sang bos yang sedikit belepotan, Rio segera inisiatif untuk mengambilkan selembar tisu lalu memberikan pada sang tuan. Melihat jarum jam yang berjalan cepat, Dave tidak ingin jika sampai terlambat memimpin meeting penting yang dia gelar di kantornya. "Merepotkan sekali ternyata ngidam ini, Rio cepat, lajukan mobilnya!" "Sip tuan!" Rio dengan sigap melaksanakan sesuai permintaan bosnya. Di sepanjang perjalanan ke kantor, Dave masih sibuk merapihkan diri Karena hari ini akan ada kolega bisnisnya yang menghadiri meeting tentang project penting catwalk di mana hasil desain Laura akan segera dilauchingkan. Sementara di perusahaan, terlihat Billy yang sudah menunggu Dave dari tadi