All Chapters of Kontrak Nikah: Istri Pengganti Sang Presdir : Chapter 131 - Chapter 140

Suara makian Larisa membuat Laura dan kedua pelayan butik khusus memutar badan. Kedua mata mereka memicing ke arah Larisa. "Ka Larisa!" Pekik Laura, wajahnya terlihat pucat pasi saat Larisa lagi dan lagi meledeknya. Sikap Larisa yang terus saja meremehkan dirinya, membuat Laura tidak nyaman, apa lagi di depan orang lain. Larisa menatap beberapa koleksi gaun yang sengaja Dave khususkan buat Laura. "Semua gaun ini hanya aku yang pantas memakainya,"Kata Larisa menyombongkan diri. Membuat para pelayan itu saling memandang satu sama lain penuh keheranan. Karena Larisa yang mereka lihat ternyata model yang selalu ada di majalah dewasa itu. Bi Surti yang baru saja menerima perintah dari sang tuan, segera menghampiri dan memberitahukan pada Laura."Nyonya Muda, tuan berpesan pada bibi, bahwa nyonya harus bersiap karena nanti setelah pulang tuan akan menjemput nyonya," Kata bi Surti penuh hormat. Laura terdiam, mengingat impian dia sudah hampir di depan mata. Dia tidak mau kehilangan kes

Beberapa jam kemudian, di sebuah ballroom gedung mewah tempat di mana acara catwalk desain Laura akan di launchingkan. Larisa segera menghampiri Erland yang sudah menunggu dari tadi, mereka berdua berbincang serius untuk menjalankan rencana yang sudah mereka susun dari jauh-jauh hari. "Bagaimana kau sudah membawa yang aku suruh?" Larisa memastikan lebih dulu, karena dia tidak mau jika sampai Erland lupa dengan tugasnya. Erland hanya menyeringai saat menanggapi pertanyaan Larisa. “Kamu tidak perlu khawatir Larisa, aku sudah menyiapkan sesuai keinginan mu, tapi ingat jika tidak di lunasi upahnya, aku tidak akan segan membongkar semua ini,” Ancam Erland tersenyum licik. Seketika wajah Larisa menjadi muram, saat Erland beberapa kali terus mengancamnya. “Sial! dia sengaja memanfaatkan aku, aku harus setuju setelah ini aku cari cara buat menyingkirkan dia,” Batin Larisa.Kening Erland berkerut, saat melihat Larisa malah bengong. “Apa yang kamu pikirkan Larisa? Kau tidak akan ingkar janj

“Kenapa harus marah Laura? Bukankah itu kenyataannya?” seringai Erland meraih dan membelai rambut panjang mantan kekasihnya itu. Laura yang terlihat sangat risih dengan sikap Erland, ia segera menepis tangan pria. “Jaga sikap mu Erland, sekarang aku sudah punya suami.” Tegurnya kesal. “Suami? Benarkah bukan kamu hanya menggantikan Larisa?” Ledek Erland berbisik. Wajah Laura terlihat pucat, saat mendengar cibiran Erland yang membuat dia sangat merasa di permalukan di depan banyak orang. Sampai beberapa tamu membidik tajam dan berbisik ke arahnya. Tasya merasa ikut tidak nyaman dengan perlakuan Erland pada Laura. “Laura! Sudah ayo kita kembali nanti tuan Dave gawat kalau melihat ini,” bisik Tasya mengingatkan. Lalu menarik pelan tangan sahabat baiknya itu. Laura setuju dengan pendapat Tasya, namun ketika mereka berjalan Rachel menghampiri Tasya dan sengaja memberikan beberapa dokumen yang harus di tangani. "Hey Tasya! Kamu enak-enakan keluyuran orang lain pada sibuk,

“Laura! Laura santai saja kenapa kamu sewot sekali, dulu kita saling mencintai kan,” Seringai Erland meraih dan menyangkup dagu lancipnya. Laura menepis tangan Erland karena merasa sangat kesal. “Jangan sentuh aku, sekarang minggir dan beri aku jalan,” Bentaknya berusaha menghindar. Namun Larisa yang berada di belakang, sengaja mengelabuhi dan segera membungkam mulut Laura dari belakang dan... “Huummmm...” Laura berusaha untuk melepaskan diri, tapi tubuhnya tiba-tiba saja melemas dan pandangannya pun mulai memburam sampai akhirnya dia kehilangan kesadaran diri dan.... Larisa menyeringai puas, saat melihat Laura akhirnya limbung. Lalu dia menyuruh Erland untuk segera membawanya ke kamar hotel sesuai rencana awal mereka. Dengan patuh Erland segera membopong tubuh Laura dan membawanya. Setelah melihat kondisi dan situasi di lobi gedung itu sedikit sepi karena orang-orang fokus di depan pentas. “Erland! Pastikan kamu harus terlihat tidur dengan Laura,” Laura sengaja mewanti-

Sesampainya di dalam mobil, Dave terpaksa melempar pelan sampai membuat Laura terduduk kaget. “Mas Dave! Aku bukan wanita seperti itu,” Laura menjelaskan, karena tidak ingin jika sampai di pandang sebagai wanita tak setia. Dave hanya diam seribu, wajahnya tampak muram. Lalu membentak Rio sebagai pelampiasan kemarahannya agar segera mengantar mereka ke rumah. Rio hanya bisa patuh, tak berani membangkang apa lagi suasana di dalam mobil terasa hening namun sedikit mencekam. Diamnya Dave membuat Laura semakin takut akan murka sosok lelaki yang bergelar suaminya itu.“Kenapa mas Dave tidak menyahut ku?” Batin Laura sesekali dia memandang wajah tampan Dave dari samping. Dave tidak ingin pertengkaran mereka di ketahui oleh orang lain, termasuk Rip sebisa mungkin dia menahan gejolak amarah yang sudah menggumpal dalam hati. Rio yang fokus menyetir, dia diam-diam memperhatikan lewat kaca spion ketika sang bos dan istrinya hanya saling diam-diam. Membuat dia menggelegkan kepala tak habis pi