Wanita paruh baya, elegan, pakai blus satin warna lilac dan celana putih. Rambutnya pendek bergelombang rapi, kalung mutiara melingkar di leher. Sekilas, aku pikir dia salah satu tamu VIP. Tapi, ada sesuatu yang familiar.“Terima kasih, Bu,” jawabku ramah. “Saya Irene, WO untuk acara ini.”Dia tersenyum dan senyum itu, entah kenapa membuat jantungku jedag-jedug.“Aku tahu. Gasan sering cerita soal kamu.”Aku membeku. Gasan. Jantung berhenti satu detik. Mataku melebar. “Bu...”“Handoyo, kan?” lanjutnya. “Irene Handoyo?”Aku mengangguk pelan. “Iya, Ibu...”“Ibu Ratna. Ibunya Gasan.”Oh. My. God.Aku langsung berdiri lebih tegak, reflek. “Astaga, Tante. Maaf, saya tidak langsung mengenali Anda.”Dia ketawa pelan. “Enggak apa-apa. Gasan sering cerita, kalau pacarnya super sibuk."Aku membeku lagi. Kali ini, bukan karena gugup kerja, melainkan karena satu kalimat itu, "super sibuk". Seakan-akan, aku ini wanita yang tidak punya waktu sekali pun.“Nak, Irene. Boleh saya traktir kamu kopi? Sa
Last Updated : 2025-09-09 Read more