Jakarta menyambutku seperti mantan yang nggak tahu malu—lembab, sesak, dan tetap merasa berhak atas hidupku. Tapi, juga ngangenin.Begitu kaki menginjak lantai Bandara Soekarno-Hatta, rasanya seperti disentil realita. “Selamat datang kembali, Irene Handoyo,” gumamku dalam hati, pasrah. Liburan kerja yang melelahkan itu baru aja berakhir, dan hidup nyata udah nunggu di tikungan, siap nyekek.Di pintu kedatangan, sosok yang sudah kutahu pasti akan bikin aku naik darah, muncul dengan pose sok seleb, kacamata hitam, hoodie bolong, dan sikap tengil bawaan lahir.“Eh, Princess dari kerajaan wedding sudah kembali!” sapa Pras, adikku, dengan suara yang cukup nyaring buat narik perhatian satu terminal. “Gimana, tujuh malam berturut-turut, sempat tidur?”“Aku tidur sambil jalan, Pras.” Kuhela napas dan menyerahkan koper. “Lo bawa mobil, kan?”“Bawa, dong. Ya, kali gue ke sini ngesot. Suster ngesot emang gue? Oh, iya. Ngomong-ngomong, Lo ketemu jodoh gak di sono?"“Lo tau rasanya digebukin satu
Terakhir Diperbarui : 2025-06-23 Baca selengkapnya