Keesokan harinya ketika kembali menemuinya, dia berjalan pincang, namun masih sempat berbohong padanya dengan alasan bahwa dirinya hanya tidak sengaja jatuh.Lyra mengingat kembali masa lalu, senyumannya terasa pahit.Kenangan lama yang konyol dan lucu itu selalu mereka jadikan bahan canda untuk saling menggoda. Tetapi mengapa sekarang, saat teringat kembali, justru membuatnya tak kuasa menahan air mata.Roni juga teringat akan masa lalu itu, kedua matanya dipenuhi kabut kepiluan.Seandainya mereka bisa kembali ke masa lalu, alangkah baiknya.Seandainya mereka bisa terus hidup seperti dulu, alangkah indahnya.Sayangnya, hidup ini hanya bisa maju ke depan, tidak pernah bisa mundur.Mereka juga mustahil kembali ke waktu semula.“Nyonya nggak perlu mengantar, hamba pamit.” Dengan hati remuk, dia berpamitan pada Lyra.Kesedihan datang tanpa suara, tanpa warna, tanpa rasa, namun seperti kabut tebal yang memenuhi langit, meresap ke setiap celah, tak bisa dihindari.Tenggorokan Lyra terasa te
Read more