Malam sudah larut ketika Revan duduk di depan laptopnya, menatap layar kosong. Bukan karena pekerjaan. Tapi karena pikirannya penuh... tentang Anaya. Sejak mereka mulai berdamai perlahan, Revan tahu bahwa ini bukan tentang menjadi pahlawan yang tiba-tiba menyembuhkan semuanya. Tapi tentang setiap hari — bangun dan memilih untuk tetap tinggal, mencintai, dan menenun luka bersama-sama. Dan malam itu, ia mengetikkan satu surat. Bukan email. Bukan pesan. Tapi surat fisik yang ia niatkan untuk diselipkan di bantal Anaya. Untuk kamu, perempuan paling rumit yang aku cintai, Terima kasih sudah tetap tinggal. Terima kasih sudah gak benar-benar menyerah, meskipun kamu pernah sangat ingin pergi. Aku tahu, rasa takutmu bukan tentang hari ini, tapi tentang luka masa lalu yang belum sembuh. Dan aku gak akan memaksa kamu untuk sembuh cepat. Aku cuma mau kamu tahu, Nay... kamu gak sendirian. Kalau kamu butuh diam, aku akan temani dalam sunyi. Kalau kamu butuh menangis, aku akan jad
Terakhir Diperbarui : 2025-06-30 Baca selengkapnya