Pukul lima pagi. Raka berdiri di balkon kamar kontrakannya yang sederhana, menghadap langit yang masih gelap. Di tangannya, ada file yang baru saja ia ambil semalam dari laci tersembunyi—file yang selama ini ingin ia bakar habis: dokumen-dokumen ilegal milik kakaknya, Bima, serta catatan transaksi yang mengaitkannya dengan kelompok pemerasan di kawasan Timur Jakarta. Hari ini, dia tidak akan diam lagi. Jam delapan pagi, Raka duduk di kantor Revan Arya Mahendra. Berbeda dengan sebelumnya, suasana hari ini lebih tenang, tapi tak kalah serius. Di ruangan itu, dua pria dari dua dunia yang berbeda, kini duduk di sisi yang sama—dengan satu musuh bersama. Revan membuka laptopnya, lalu memutar rekaman video. “Ini CCTV sekolah, dari tim yang saya sewa. Pria-pria yang datang bersama Bima. Satunya mantan napi kasus penganiayaan, satunya lagi mantan anak geng motor. Bima sedang main api,” jelas Revan. Raka menyerahkan amplop besar. “Ini semua transaksi dia. Nama kontak, nomor re
Last Updated : 2025-07-08 Read more