Librairie

Rechercher

Accueil / Romansa / BANGKITNYA ISTRI YANG TERTINDAS / Chapitre 81 - Chapitre 90

Tous les chapitres de : Chapitre 81 - Chapitre 90

143

BAB 81

Renald tersenyum sinis. Rencananya menghasut Enzy berjalan mulus, dan ia tinggal menunggu sertifikat pindah nama dengan bantuan dari temannya. Enzy memecah keheningan dengan bertanya, "Anak-anak dan Ibu sudah makan, Mas?" Renald menjawab, "Anak-anak sudah, tapi Ibu belum. Dia menolak makanan yang aku berikan." Mendengar itu, Enzy menatap Renald curiga. "Masa? Kenapa dia menolak? Apa kamu tidak membelikannya bakso seperti yang dia inginkan?" tanya Enzy, nada suaranya lembut. Renald menatapnya tajam. "Tadi ada tukang bakso, tapi uangku habis buat beli kuota, rokok, dan top up game," katanya santai. Enzy menghela napas pasrah. Ia tahu Renald memang boros dan jatah bulanan dari Enzo selalu habis di tangan suaminya, menyisakan sedikit untuk anak-anak. Enzy kemudian berjalan menuju kamar ibunya. Ia mengambil napas panjang, lalu membuka pintu. Pemandangan di depannya membuatnya terkejut. "Ibu! Apa-apaan ini?" teriak Enzy, jijik melihat ibunya melukis di dinding menggunakan kotoran send

Dernière mise à jour : 2025-10-06

BAB 82

Tutt! Amora memutus panggilan itu secara sepihak, seolah memutus benang rapuh yang masih menghubungkannya dengan masa lalunya. Ia buru-buru mematikan ponselnya, kemudian meletakkannya kembali di atas meja.“Ada apa? Mau apa si mantan telepon kamu?” tanya Jeriho dengan penuh selidik. Nada suaranya berubah, tak lagi santai. Ada ketegasan dan proteksi di sana.“Dia minta aku buat jengukin dia di rumah sakit,” jawab Amora, sambil menghela napas. “Katanya, enggak ada yang jagain dia di sana.”“Loh, istrinya kemana?”“Katanya, Vanya enggak bisa nemenin dia selama dua puluh empat jam karena lagi hamil,” jelas Amora, menirukan nada bicara Enzo yang penuh kebohongan.“Halah!” Jeriho mengibaskan tangannya ke udara. “Dasar pembohong!” lanjutnya sambil berdecak sinis. “Palingan, istri matrenya itu sudah mulai menunjukkan sifat aslinya di hadapan Enzo. Baik Livy ataupun Vanya kan memang enggak ada bedanya. Mereka sebenarnya enggak pernah benar-benar jatuh cinta sama Enzo. Mereka hanya menginginka

Dernière mise à jour : 2025-10-06

BAB 83

Enzo mencoba meraih tangan Amora, matanya memancarkan keputusasaan. "Ra, Mas tahu kalau kamu sebenarnya masih sayang banget sama Mas, itu sebabnya kamu datang ke sini, kan? Pasti saat kamu dengar kabar soal kecelakaan Mas, kamu sangat kaget dan panik. Kamu pasti nangis-nangis karena takut Mas kenapa-kenapa, kan?""Apa yang kamu miliki sehingga aku harus kembali sama lelaki nggak berguna macam kamu?" Amora menanggapi dengan kalimat sarkas. Ia tidak lagi peduli jika Enzo menganggapnya kejam. Ini satu-satunya cara agar pria itu berhenti berharap."Lihat diri kamu baik-baik, Zo! Kamu itu sudah nggak bisa jalan lagi. Harta kamu, semuanya juga sudah habis. Terus, apa yang akan aku dapatkan jika aku kembali sama kamu, hah? Tongkat estafet untuk menghidupi seluruh keluarga kamu? Iya?"Enzo terdiam. Kata-kata Amora menusuknya, tepat di ulu hatinya. "Ra, kamu itu cinta mati sama Mas. Kamu mana pernah memandang Mas hanya dari harta dan tahta, Sayang! Tapi, kenapa sekarang kamu malah ngomong kaya

Dernière mise à jour : 2025-10-07

BAB 84

Jericho menggelengkan kepalanya, senyum tipis terukir di bibirnya saat melihat Amora dan Aiden, dua bersaudara itu, kembali berdebat. Meski saling sindir dan beradu argumen, ada ikatan kuat yang terpancar dari mereka. Mereka adalah dua kutub magnet yang selalu tarik-angsur, namun tidak pernah terpisah. Jericho terbiasa dengan pemandangan itu."Tadi kenapa enggak mau ikut ke dalam sih, Bro?" tanya Aiden, memecah kesunyian di dalam mobil. Suaranya terdengar lebih santai setelah perdebatan kecilnya dengan Amora. "Mulut gue pegal juga ngajak adik gue berantem terus."Jericho mengangkat bahunya, matanya tetap fokus pada jalanan di depan. "Males," jawabnya singkat."Males kenapa?" Aiden mendesak."Males lihat buaya darat ngemis-ngemis maaf," gumam Jericho, suaranya sengaja dibuat samar. Ia tidak ingin Aiden tahu isi hatinya yang sebenarnya.Namun, Aiden adalah Aiden. Sahabatnya sejak lama. Ia menangkap gumaman itu dengan telinga tajamnya. Sebuah tawa kecil meledak dari Aiden, yang langsung

Dernière mise à jour : 2025-10-08

BAB 85

Rahang Enzo mengeras, menahan amarah yang membuncah di dadanya. Setiap kata yang keluar dari mulut Livy, perempuan yang pernah menjadi bagian dari hidupnya, kini terasa seperti belati tajam yang menusuk tepat di ulu hatinya. Hinaan itu begitu dalam, menggali luka lama yang ia coba lupakan. Enzo merasa harga dirinya luluh lantak di hadapan Vanya dan seorang suster yang baru saja lewat."Pergi, Livy!" bentaknya, suaranya parau, napasnya naik-turun tak beraturan. "Aku bilang pergi sekarang juga! Apa kamu tidak mengerti bahasa manusia?!"Livy, dengan senyum mengejek yang mengerikan, menatap Enzo lekat-lekat. "Kamu ngusir aku?" tanyanya, suaranya dipenuhi nada kemenangan yang menusuk. "Setelah semua yang kamu lakukan padaku, kamu berani mengusirku? Betapa lucunya, Mas Enzo!" Ia kembali tertawa, tawa yang terdengar bagai melodi suram di telinga Enzo. "Ya, aku ngusir kamu! Pergi sekarang!" Enzo berseru, suaranya bergetar menahan amarah. "Atau kamu mau aku panggil perawat dan security untuk

Dernière mise à jour : 2025-10-09

BAB 86

Renald terdiam sejenak, otaknya berputar cepat mencari alasan yang logis untuk mengelabui istrinya. Ia tahu Enzy adalah orang yang lugu dan penurut, tetapi ia juga tahu bahwa jika amarahnya sudah mencapai batas, Enzy bisa bersikap nekat dan tidak terduga. Enzy adalah fondasi moral keluarganya, dan Renald sadar betul betapa jauhnya ia melangkah dari nilai-nilai itu."Mas, jawab!" desak Enzy, menggoyangkan lengan suaminya. "Kenapa diam saja sih? Masih mau bohong sama aku? Masih mau menyembunyikan sesuatu dariku?""M-Mas lagi cari jam tangan Mas yang hilang, Sayang," jawab Renald, mencoba terdengar meyakinkan. Ia memaksakan senyum yang kaku di wajahnya. "Kamu tahu kan betapa berharganya jam tangan itu buat Mas? Ya... jam tangan yang kamu beliin tahun lalu itu, loh. Yang harganya dua setengah juta. Mas ingat, terakhir kali Mas pakai jam itu di sini, sebelum kita pergi menjenguk Enzo."Enzy mengerutkan keningnya. Alasan itu terdengar janggal. "Bukannya jam tangan itu sudah kamu jual, Mas?"

Dernière mise à jour : 2025-10-11

BAB 87

"Gimana, Sayang? Ketemu?" Renald berkacak pinggang, napasnya tersengal-sengal. Ia baru saja selesai mengacak-acak isi laci meja kerja Enzo. Keringat membasahi dahinya, dan rasa frustrasi mulai merayap di dalam dirinya. Ia merasa menjajadi pecundang, menghabiskan waktu berharganya untuk mencari sesuatu yang bahkan mungkin tidak ada di sini."Aku sudah membongkar semuanya, laci demi laci, bahkan sampai ke tumpukan berkas yang berdebu. Tapi, hasilnya nihil. Tidak ada apa-apa di sana. Tidak ada yang tersembunyi. Kamu sendiri bagaimana? Ada sesuatu? Tolong bilang ada sesuatu, Zy, aku sudah tidak kuat lagi." Lanjutnya lagi."Nggak ada juga, Mas," sahut Enzy, suaranya terdengar lelah, putus asa, dan penuh kekecewaan. Ia baru selesai menutup pintu lemari penyimpanan berkas-berkas milik Enzo, yang tingginya menjulang hingga ke langit-langit. Pakaiannya sedikit kotor karena debu yang beterbangan. "Aku sudah memeriksa semua rak, dari atas sampai bawah. Aku bahkan memeriksa di antara lipatan ker

Dernière mise à jour : 2025-10-12

BAB 88

"Selamat pagi, Pak!" Suara perempuan itu terdengar begitu ceria dan ramah. Aiden, yang sedang sibuk dengan pekerjaan di hadapannya, hanya mengangguk sekilas kemudian menjawab, "pagi." Bagi Aiden, dunia hanya berputar pada pekerjaan. Jemarinya menari lincah di atas keyboard, mata tajamnya tak berkedip dari layar. Ruangannya adalah zona fokus di mana orang hanya datang, memberi yang ia butuhkan, lalu pergi. Segala hal berjalan sesuai rutinitas yang ia bangun; tanpa gangguan, tanpa interupsi."Ini kopi yang Bapak minta." Aroma kopi pekat menguar, semakin dekat. Aiden, tanpa menoleh, mengulurkan tangan. Ia terlalu terbiasa dengan sekretarisnya yang sigap, seolah tahu kebutuhan bosnya tanpa perlu diminta. Tak penting siapa yang mengantar, yang penting secangkir kopi itu sudah ada di tangannya."Ya, makasih." Dengan singkat, Aiden berterima kasih. Ia tak menyadari kopi di tangannya berasal dari orang yang berbeda. Baginya, itu hanya kopi. Rasa pahit yang familiar langsung mengembalikannya

Dernière mise à jour : 2025-10-13

BAB 89

Perhatian Amora sepenuhnya tersedot pada pria di hadapannya. Ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Jericho, seorang pria yang begitu licik dan penuh strategi, kini berdiri dengan senyum puas, seolah ia baru saja memenangkan lotre. Amora merasakan gejolak aneh di dadanya. Ada rasa senang, gugup, malu, dan sedikit kesal yang melebur menjadi satu. Semuanya terasa begitu nyata, membuat pipinya merona."Ingat, ya! Bulan depan kita langsung nikah. Nanti, lamarannya pas tanggal muda aja."Amora mengerutkan dahi, mencoba mencerna kalimat itu. Ia menyadari nada suara Jericho yang begitu santai, seolah ia sedang membicarakan hal sepele seperti membeli kopi. "Kenapa harus tanggal muda?" Amora bertanya, berusaha mencari celah untuk melepaskan diri dari jebakan yang terasa begitu manis ini.Jericho langsung tersenyum manis, senyum yang membuat Amora seketika merasakan kupu-kupu berterbangan di perutnya. "Karena saya baru gajian."Hah?Amora melongo. Ekspresi wajah Jericho yang terlihat sangat

Dernière mise à jour : 2025-10-13

BAB 90

Empat pasang mata, yang seolah-olah dipahat dari ketidakpercayaan, menatap sosok Jericho. Jericho, putra tunggal dan pewaris tunggal keluarga Agra yang selama ini terkenal dingin, pragmatis, dan tak pernah menunjukkan minat pada urusan hati, kini berdiri di hadapan mereka dengan sebuah pernyataan yang menggoncang fondasi keluarga: "Jericho mau menikah."Sonya, sang ibu, menoleh pada suaminya, Adrian, dengan ekspresi yang begitu membingungkan hingga tak mampu diartikan. Ia mengedipkan matanya, seolah-olah berusaha membersihkan kabut di retina yang mungkin menyebabkan halusinasi. "Pi," bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar. "Mami nggak salah dengar, kan? Putra kita… minta nikah?"Adrian, sosok pria berwibawa yang biasanya selalu tenang, hanya bisa menghela napas. Gestur itu, sederhana namun penuh makna, menunjukkan betapa kebingungannya sama persis dengan istrinya. "Kayaknya, pendengaran kita masih normal, Mi," jawabnya, suaranya pelan dan penuh keraguan. "Tapi, masa iya, sih? Sejak

Dernière mise à jour : 2025-10-14

Dernier

...

...

Suivant

Scanner le code pour lire sur l'application

DMCA.com Protection Status