“Ampun deh, Dok, saya boleh lihat dikit aja kan? Satu huruf aja, huruf depan jenis kelaminnya gitu?”Suara Ziva terdengar memelas di ruang USG.Dokter yang sudah hafal sifatnya cuma tersenyum sabar.“Maaf ya, Bu Ziva, tapi sesuai perjanjian, hasilnya cuma boleh dibuka waktu acara nanti. Semua sudah saya tulis dan segel di amplop ini.”Dokter menyerahkan amplop putih ke Reza.“Titip di Bapak aja ya, soalnya kelihatannya yang satu ini gak bisa tahan rasa penasaran,” ucap sang dokter sambil tersenyum ke arah Reza.Ziva langsung menatapnya tajam.“Dok, saya ini pasien tetap lho, masa gitu amat dibocorin kalau saya kepo?”Reza menyelipkan amplop itu ke dalam jasnya cepat-cepat. “Udah, Ziv. Jangan negosiasi sama dokter, dia punya sumpah profesi.”Ziva mengerucutkan bibirnya.Dalam perjalanan pulang, suasana mobil sempat hening. Sampai akhirnya Ziva nyeletuk, “Kali ini aku gak berharap anak kita mau laki-laki atau perempuan "Reza meliriknya sekilas. “Kenapa, dari kemarin kekeh mau perempuan
Last Updated : 2025-11-18 Read more