“Kayaknya dedek kita bakal mirip kamu.”Reza terkekeh.“Maksudnya mirip aku? Wah, itu kehormatan besar buat si kecil.”Ziva tersenyum penuh arti.“Hehe, boleh. Tapi aku juga percaya dia bakal punya mata aku, bibir aku, senyum aku…”Reza dengan cepat duduk sedikit dan menyilangkan tangannya di dada.“Eh, tunggu dulu. Jangan buru-buru klaim seluruh wajahnya ya. Aku juga mau bagian!”“Bagian apa?” tanya Ziva sambil mengangkat alis.“Mata tajam bapaknya, alis tebal bapaknya, pipi tegas bapaknya…”Ziva tertawa.“Hah! Itu semua bapaknya?"“ Aku cuma mau anak kita punya kombinasi terbaik: mata kamu + alis aku.”Ziva mendekat, menepuk dada Reza pelan.“Kamu pikir aku rela kalah saing soal wajah? Gak mungkin!”“Saing? Kita ini tim, bukan lawan.”“Kali ini kita lawan!.”"Oke, siapa takut"Mereka tertawa. Reza memeluk Ziva dari samping.“Kalau dia mirip kamu, aku senang. Kalau mirip aku, aku bangga.”Ziva menoleh sambil menunjuk Reza.“Nah, itu dia, tapi sifatnya harus pilih satu!”Reza nyengir.
Last Updated : 2025-11-07 Read more