Reza mengusap wajahnya kasar, lalu menyandarkan kepala ke belakang. “Aku capek, Za…” suaranya lirih, seperti anak kecil yang kelelahan. “Aku pengen lupain, tapi nggak bisa… mimpi buruk itu selalu balik lagi.”Ziva menggenggam tangannya sebentar, tanpa sadar. “Kamu harus istirahat, Reza,” ucapnya pelan.Reza tidak menjawab. Dengan gerakan setengah sadar, ia bergeser, lalu kepalanya jatuh pelan ke arah pundak Ziva. Ziva terkejut, tubuhnya menegang seketika, tapi ia tidak bergerak. Nafas Reza terasa berat, hangat, sekaligus penuh beban.Untuk pertama kalinya, Ziva melihat sisi Reza yang begitu rapuh—bukan pria santai yang sering membantahnya, melainkan seorang laki-laki yang memendam luka begitu dalam.Waktu berjalan tanpa terasa. Lampu ruang tamu yang redup, suara hujan tipis di luar jendela, dan detak jantung Ziva yang masih berpacu cepat, membuat suasana begitu hening.Ziva berniat menyingkirkan kepala Reza dari pundaknya, tapi tubuhnya terasa kaku. Pada akhirnya, matanya ikut terasa
Last Updated : 2025-09-10 Read more