Share

Bab 41

Auteur: Flower Lidia
last update Dernière mise à jour: 2025-09-05 21:09:38

Ziva menggeleng cepat. “Bukan begitu. Memang benar aku ke pameran, Dio kebetulan ada di sana. Dia… ya, dia ikut nemenin karena—”

Reza mengangkat tangan, menghentikan penjelasan itu. “Karena aku nggak bisa nemenin kamu?”

Ziva terdiam. Hatinya mencelos.

Reza tertawa pendek, getir. “Jadi setiap kali aku sibuk, orang lain yang ngisi posisi aku? Itu maksudmu?”

“Reza, jangan gitu…” Ziva mendekat, suaranya lirih. “Aku nggak pernah mikirin Dio seperti itu. Aku cuma… aku cuma mau lihat pameran, dan aku pikir nggak ada salahnya kalau ditemenin—”

“—oleh laki-laki lain,” potong Reza cepat. Tatapannya menusuk. “Kamu sadar nggak, Ziva? Foto ini bisa ditafsir macem-macem. Kalau orang luar lihat, mereka bakal pikir kamu selingkuh. Istriku selingkuh.”

Kata-kata itu membuat wajah Ziva memanas. Ia menggigit bibir, menahan rasa sakit sekaligus malu.

Ketegangan makin memuncak.

Tiba-tiba…

Tring! Tring!

Suara dering ponsel memecah atmosfer. Reza spontan melirik layar. Dalam sepersekian detik, wajahnya beru
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 44

    “Aku benar-benar nggak salah lihat, kan?” suara Ziva lirih, gemetar. “Kamu beneran di sini, Reza. Sama dia.”Reza buru-buru melangkah setengah maju. “Ziv, tolong, aku bisa jelaskan—”“Jelaskan apa?” Ziva memotong cepat, suaranya meninggi. “Kamu pikir ada penjelasan logis untuk pemandangan ini?Tatapannya beralih tajam ke Alisya.“Kamu masih belum puas, Lis? Setelah semua yang terjadi, kamu masih juga berdiri di sini, tepat di samping suamiku?”Alisya tersenyum miring, suaranya datar tapi penuh sindiran.“Kenapa? Jalan sama teman lama aja nggak boleh? Atau kamu takut karena tahu Reza lebih nyaman sama aku daripada sama kamu?”Jantung Ziva seperti ditusuk. Ia melangkah setapak maju, menatap Alisya tajam. “Jaga bicaramu, Alisya. Jangan kira aku nggak ngerti permainanmu. Dari dulu kamu selalu begitu… manis di depan, tapi racun di belakang.”Alisya tertawa pelan. “Racun? Lucu sekali. Kalau memang aku racun, kenapa Reza masih mau ada di sini sama aku? Bukankah mestinya dia yang menjauh?”“

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 43

    Tiba-tiba, suara lembut terdengar dari arah pintu. “Ziva…?”Ziva hampir menjatuhkan buku itu dari tangannya. Ia menoleh kaget, dan matanya membelalak—ibunya sendiri sudah berdiri di ambang pintu ruang tamu. Ibu Ziva.“Ma…?” Ziva tercekat. Ia buru-buru menutup buku itu, panik. Tanpa berpikir panjang, ia menyelipkan buku hijau tua itu ke dalam tasnya, berusaha agar tidak terlihat mencurigakan.Ibu Ziva masuk sambil tersenyum lembut. “Kamu kok sendirian? Mama Indri lagi masak ya? Tadi Mama langsung disuruh masuk sama satpam, katanya kamu ada di sini.”Ziva tersenyum canggung, mencoba menutupi kepanikannya. “Iya, Ma… Mama Indri lagi di dapur. Aku tadi lagi lihat-lihat ruang tamu aja.”“Oh…” ibunya mengangguk sambil menepuk bahu Ziva, lalu duduk di sampingnya. “Kebetulan Mama juga kangen sama Mama Indri. Sekalian nyusul kamu ke sini.”Ziva mengangguk, tapi hatinya masih berdegup kencang. Tasnya ia rapatkan ke sisi tubuhnya, seolah menyembunyikan sesuatu yang tak boleh diketahui siapapun.D

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 42

    Hari Minggu mestinya jadi hari paling santai. Ziva bahkan sudah merencanakan banyak hal: sarapan bersama, belanja ke supermarket, lalu pulang dan nonton film sambil rebahan di sofa.Namun pagi itu, rencana hancur begitu saja.Reza berdiri di depan lemari, memilih kemeja dan jas rapi. Wajahnya tampak dingin, meski ia berusaha tersenyum.“Aku ada urusan, jangan tunggu aku makan siang.”Ziva yang masih memegang cangkir kopi terdiam sejenak. “Hari Minggu juga ada urusan? Urusan apa sih?” tanyanya, mencoba terdengar santai.“Ada yang mendesak. Bisnis.” jawab Reza singkat. Ia tidak menatap Ziva terlalu lama, seperti sengaja menghindari.Ziva mengangguk pelan, lalu pura-pura tersenyum. “Yaudah, hati-hati. Jangan kerja terus, nanti aku saingi bisnis kamu pake toko kue deh,” candanya, meski hatinya terasa berat.Reza hanya menghela napas kecil, lalu pergi begitu saja.Padahal, kenyataannya bukan urusan bisnis. Begitu keluar dari apartemen, Reza langsung menyalakan ponselnya. Ada belasan pesan

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 41

    Ziva menggeleng cepat. “Bukan begitu. Memang benar aku ke pameran, Dio kebetulan ada di sana. Dia… ya, dia ikut nemenin karena—”Reza mengangkat tangan, menghentikan penjelasan itu. “Karena aku nggak bisa nemenin kamu?”Ziva terdiam. Hatinya mencelos.Reza tertawa pendek, getir. “Jadi setiap kali aku sibuk, orang lain yang ngisi posisi aku? Itu maksudmu?”“Reza, jangan gitu…” Ziva mendekat, suaranya lirih. “Aku nggak pernah mikirin Dio seperti itu. Aku cuma… aku cuma mau lihat pameran, dan aku pikir nggak ada salahnya kalau ditemenin—”“—oleh laki-laki lain,” potong Reza cepat. Tatapannya menusuk. “Kamu sadar nggak, Ziva? Foto ini bisa ditafsir macem-macem. Kalau orang luar lihat, mereka bakal pikir kamu selingkuh. Istriku selingkuh.”Kata-kata itu membuat wajah Ziva memanas. Ia menggigit bibir, menahan rasa sakit sekaligus malu.Ketegangan makin memuncak.Tiba-tiba… Tring! Tring!Suara dering ponsel memecah atmosfer. Reza spontan melirik layar. Dalam sepersekian detik, wajahnya beru

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 40

    Setelah lebih dari satu jam berkeliling, Ziva menyadari sesuatu—waktu terasa lebih cepat saat ia ditemani. Ia tertawa lebih sering, dan sesekali melupakan kekecewaan terhadap Reza. Namun, begitu langkahnya melambat di depan lukisan terakhir, rasa itu kembali menyelinap.Seharusnya di momen ini, suaminya yang berdiri di sampingnya. Bukan Dio.Dio seakan bisa membaca pikirannya. “Ziv,” panggilnya pelan.“Hm?”“Kamu nggak apa-apa? Dari tadi aku lihat kamu ketawa, tapi… matamu kadang keliatan sendu.”Ziva tersenyum tipis, lalu menggeleng. “Aku baik-baik aja. Cuma… mungkin agak capek.”Dio mengangguk, tak ingin memaksa. “Kalau gitu, mau aku antar ke rumah sakit nanti?”“Tidak usah, Dio. Aku bisa kesana sendiri.” Ziva buru-buru menolak. Ia tahu kalau menerima tawaran itu, hatinya bisa semakin bimbang.Dio menatapnya sejenak, lalu hanya tersenyum. “Baiklah. Tapi aku tetep jalan bareng sampai keluar gedung, oke?”Ziva akhirnya mengangguk. Meski ia menolak, ia tidak bisa menyangkal bahwa kehad

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 39

    Ziva hanya bisa menghela napas panjang. Sejujurnya ia ingin protes lebih keras, tapi percuma saja kalau Reza sudah beralasan.Akhirnya, dengan sedikit kesal, ia memutuskan tetap pergi sendiri.Di PameranGedung pameran itu ramai oleh pengunjung. Lampu-lampu temaram berpadu dengan sorotan spotlight yang menyoroti benda-benda pameran, mulai dari karya seni, desain modern, sampai teknologi terbaru.Ziva berjalan sendirian, tangannya menggenggam tas kecil. Wajahnya tetap antusias, meski di dalam hati ia merasa sedikit sepi.“Kalau aja Reza ikut, pasti lebih seru,” gumamnya lirih.Ketika ia sedang sibuk memperhatikan salah satu lukisan abstrak, sebuah suara familiar terdengar di sampingnya.“Ziva?”Suara itu membuatnya menoleh cepat. Dan benar saja, Dio berdiri di belakangnya dengan ekspresi kaget bercampur senang. Ia mengenakan kemeja putih yang digulung di bagian lengan, rambutnya agak berantakan tapi tetap terlihat rapi.“Dio?” Ziva ikut terkejut. “Kamu juga ke sini?”Dio mengangguk san

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status